Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani melibatkan kader posyandu dan penjual sayur keliling dalam penyaluran makanan bernutrisi kepada keluarga balita dengan permasalahan tumbuh kembang sebagai upaya percepatan penurunan stunting di daerahnya.
"Pemkab Banyuwangi mengalokasikan anggaran Rp7 miliar untuk intervensi nutrisi ke ibu hamil risiko tinggi dan bayi di bawah dua tahun (baduta) guna mempercepat penurunan stunting," katanya di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.
Bupati Ipuk menjelaskan anggaran sekitar Rp7 miliar itu dialokasikan ke 25 kecamatan, dan nantinya kecamatan bekerja sama dengan warung atau pedagang sayur keliling untuk menyalurkan makanan bernutrisi.
Seperti telur, ikan, ayam, daging kepada bayi dan dan bumil risti. Warung dan mlijoan nantinya akan dibayar oleh tim untuk proses penyalurannya.
Dengan program ini, lanjut dia, selain bayi dan ibu hamil mendapat tambahan asupan nutrisi, warung-warung dan pedagang sayur keliling juga mendapat manfaat. Ini juga upaya untuk meninggkatkan ekonomi arus bawah.
Menurut Ipuk, untuk memonitor perkembangan balita stunting, kader posyandu atau dasa wisma dilibatkan. Mereka setiap harinya diminta mengunggah data nutrisi yang diterima sasaran dalam sebuah aplikasi Banyuwangi Tanggap Stunting.
"Mereka setiap hari akan memperbarui data, mulai nutrisi yang diterima maupun perkembangan kondisi bayi atau ibu hamil risiko tinggi yang sedang diintervensi. Jadi, datanya real time," ucapnya.
Dalam penanganan stunting, Pemkab Banyuwangi telah mengidentifikasi data by name, by address, berikut faktor risikonya.
"Harapan kami, dengan data yang diperbarui setiap saat akan mempermudah intervensi program tepat sasaran," ujar dia.
Bupati Ipuk menambahkan, untuk penanganan stunting tiap kecamatan telah dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diketuai oleh camat bersama kepala puskesmas, dengan anggota tenaga kesehatan, dan elemen kader lainnya.
"Tim ini bertugas melakukan pemantauan dan memasukkan data secara real time. Balita atau ibu hamil risiko tinggi juga akan dipantau secara rutin perkembangannya oleh bidan atau petugas puskesmas setempat," katanya.
Di sisi lain, Bupati Ipuk mengunjungi Ibu Maninten yang putrinya usia 19 bulan memiliki berat badan kurang dari 8 kilogram dan tinggi badan hanya 73 centimeter.
Maninten yang tinggal di Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, ini setiap hari akan dikirimi sayuran dan bahan makanan berprotein tinggi oleh Suyanto (penjual sayur keliling).
Sementara itu, Rinatus Sholeha, salah seorang kader posyandu yang bertugas di Dusun Pringgodani, Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, mengaku turut senang mendapatkan tugas tambahan ini.
Selain mengecek apakah bahan makanan yang diberikan sesuai nutrisi, mereka juga melaporkan hasil pemantauan ke aplikasi Banyuwangi Tanggap Stunting, berikut perkembangan kondisi kesehatan balita.
"Rumah saya sekitar 1 kilometer dari rumah Ibu Maninten, namun tiap hari saya cek nutrisi apa yang sudah didapat agar pertumbuhan balita tersebut sesuai standar. Semoga apa yang saya lakukan ini menjadi amal saya, karena membantu agar balita bisa tumbuh menjadi anak yang pintar," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Pemkab Banyuwangi mengalokasikan anggaran Rp7 miliar untuk intervensi nutrisi ke ibu hamil risiko tinggi dan bayi di bawah dua tahun (baduta) guna mempercepat penurunan stunting," katanya di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.
Bupati Ipuk menjelaskan anggaran sekitar Rp7 miliar itu dialokasikan ke 25 kecamatan, dan nantinya kecamatan bekerja sama dengan warung atau pedagang sayur keliling untuk menyalurkan makanan bernutrisi.
Seperti telur, ikan, ayam, daging kepada bayi dan dan bumil risti. Warung dan mlijoan nantinya akan dibayar oleh tim untuk proses penyalurannya.
Dengan program ini, lanjut dia, selain bayi dan ibu hamil mendapat tambahan asupan nutrisi, warung-warung dan pedagang sayur keliling juga mendapat manfaat. Ini juga upaya untuk meninggkatkan ekonomi arus bawah.
Menurut Ipuk, untuk memonitor perkembangan balita stunting, kader posyandu atau dasa wisma dilibatkan. Mereka setiap harinya diminta mengunggah data nutrisi yang diterima sasaran dalam sebuah aplikasi Banyuwangi Tanggap Stunting.
"Mereka setiap hari akan memperbarui data, mulai nutrisi yang diterima maupun perkembangan kondisi bayi atau ibu hamil risiko tinggi yang sedang diintervensi. Jadi, datanya real time," ucapnya.
Dalam penanganan stunting, Pemkab Banyuwangi telah mengidentifikasi data by name, by address, berikut faktor risikonya.
"Harapan kami, dengan data yang diperbarui setiap saat akan mempermudah intervensi program tepat sasaran," ujar dia.
Bupati Ipuk menambahkan, untuk penanganan stunting tiap kecamatan telah dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang diketuai oleh camat bersama kepala puskesmas, dengan anggota tenaga kesehatan, dan elemen kader lainnya.
"Tim ini bertugas melakukan pemantauan dan memasukkan data secara real time. Balita atau ibu hamil risiko tinggi juga akan dipantau secara rutin perkembangannya oleh bidan atau petugas puskesmas setempat," katanya.
Di sisi lain, Bupati Ipuk mengunjungi Ibu Maninten yang putrinya usia 19 bulan memiliki berat badan kurang dari 8 kilogram dan tinggi badan hanya 73 centimeter.
Maninten yang tinggal di Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, ini setiap hari akan dikirimi sayuran dan bahan makanan berprotein tinggi oleh Suyanto (penjual sayur keliling).
Sementara itu, Rinatus Sholeha, salah seorang kader posyandu yang bertugas di Dusun Pringgodani, Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, mengaku turut senang mendapatkan tugas tambahan ini.
Selain mengecek apakah bahan makanan yang diberikan sesuai nutrisi, mereka juga melaporkan hasil pemantauan ke aplikasi Banyuwangi Tanggap Stunting, berikut perkembangan kondisi kesehatan balita.
"Rumah saya sekitar 1 kilometer dari rumah Ibu Maninten, namun tiap hari saya cek nutrisi apa yang sudah didapat agar pertumbuhan balita tersebut sesuai standar. Semoga apa yang saya lakukan ini menjadi amal saya, karena membantu agar balita bisa tumbuh menjadi anak yang pintar," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023