Guru Madrasah Ibtidaiyah di Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang merazia mainan lato-lato yang dibawa anak-anak ke sekolah sebab dinilai bisa membahayakan jika dimainkan.

Kepala Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Desa Genukwatu Miftahudin mengemukakan pihak sekolah sudah meminta kepada wali murid agar anak-anak tidak membawa mainan lato-lato ke sekolah. Anak-anak pun

"Kami sudah mengimbau agar anak-anak tidak membawa mainan lato-latonya ke sekolah. Lato-lato kan keras, jadi kami mengantisipasinya, apalagi pernah ada yang kena lato-lato," kata Miftahudin di Jombang, Selasa.

Ia mengatakan, razia dilakukan sebelum jam pelajaran berlangsung. Guru-guru dibagi menjadi beberapa tim, sehingga razia bisa segera diselesaikan.

Para guru memeriksa tas anak-anak. Satu per satu tas diperiksa dan hasilnya masih ada anak-anak yang membawa mainan tersebut ke sekolah. Mereka menaruhnya di dalam tas.

Guru yang mendapati mainan lato-lato murid tersebut langsung membawa mainan ke ruang guru. Namun, murid diizinkan untuk membawanya lagi setelah jam pelajaran sekolah berakhir.

Ia mengakui, razia ini beberapa kali dilakukan. Saat awal, banyak anak-anak yang membawa mainan ini, namun kini hanya beberapa saja yang ditemukan guru.

Pihaknya menambahkan pemeriksaan ini rutin digelar karena dinilai permainan tersebut meresahkan dan membahayakan.

Ia berharap, dengan pemeriksaan yang dilakukan itu, mereka menjadi lebih sadar untuk tidak membawa mainan itu ke sekolah dan lebih berhati-hati saat memainkan lato-lato.

Pihak sekolah juga berharap agar wali murid memeriksa barang bawaan anak-anak sebelum berangkat sekolah.

"Kami berharap anak-anak tidak membawa lato-lato ke sekolah," kata Miftahudin.

Lato-lato adalah mainan zaman dahulu yang sempat populer di Indonesia sejak era 1990-an. Kini, mainan yang mengeluarkan suara nok nok itu kembali viral.

Bahkan, Presiden Joko Widodo pun sempat mencoba mainan tersebut saat berkunjung ke Subang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Kepala Kementerian Agama Kabupaten Jombang Taufiqurrahman mengatakan hingga sekarang belum ada larangan resmi terkait dengan membawa mainan lato-lato di sekolah.

"Kalau mereka bermain saat istirahat saya kira belum ada larangan, kecuali dalam perkembangan mengganggu konsentrasi dan prestasi siswa tentu akan dievaluasi," katanya.

Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Jombang Arif Hidayatullah menambahkan di wilayah madrasah Jombang hingga kini belum ada laporan adanya korban akibat mainan lato-lato.

Namun, pihaknya juga mendukung jika dari sekolah mengeluarkan imbauan dan larangan untuk membawa mainan tersebut ke sekolah.

"Diimbau untuk tidak menggunakan lato-lato, khawatirnya pecah bisa mengenai kepala siswa ini kan bahaya. Selain itu, jangan sampai mengganggu proses belajar mengajar dan ketiga suaranya bising," kata Arif Hidayatullah.

Di wilayah Kementerian Agama Kabupaten Jombang yang diketahui sudah mengimbau untuk tidak membawa mainan lato-lato ada beberapa sekolah termasuk MIN 1 Jombang dan Madrasah Ibtidaiyah di Desa Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.

Secara jumlah, ada 816 madrasah baik tingkat Raudhah Athfal (RA/ setingkat TK) hingga madrasah aliyah (MA) di wilayah Jombang.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023