Dua mahasiswa Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Jember Oryza Sativa Roshaney dan Khilfa Yahya tidak menyangka bisa merasakan kuliah selama satu semester di Bio, Lebensmittel und Verfahrens Technologie (BLVT) Flensburg University of Applied Science, Jerman, berkat penelitiannya tentang daging sintetis.
Daging sintetis yang merupakan daging buatan manusia, mungkin masih terdengar asing bagi kebanyakan orang. Bahkan, dalam menyikapi hal tersebut bisa jadi masih pro dan kontra, apalagi untuk dikonsumsi atau digunakan untuk hal lain.
Namun demikian, keberadaan daging sintetis makin mengemuka saat multi jutawan Bill Gates menyerukan negara kaya mulai mempertimbangkan mengembangkan daging sintetis untuk menanggulangi pemanasan global.
Oryza Sativa Roshaney yang baru pulang ke Jember menceritakan awalnya ada program International Credit Transfer dari Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa jenjang sarjana mengikuti kuliah selama satu semester di perguruan tinggi di Jerman.
Universitas Jember ternyata sudah memiliki kerja sama dengan Flensburg University of Applied Science, sehingga mahasiswi asal Malang tersebut diarahkan dosennya untuk mengikuti kuliah di sana.
Selain harus mempersiapkan syarat administrasi, Oryza yang biasa dipanggil Ocha dan koleganya wajib membuat esai yang memuat riset bidang bioteknologi apa yang akan dilakukan di Jerman.
Akhirnya Ocha memilih riset mengenai daging sintetis, karena belum banyak diteliti di Indonesia. Ternyata riset mengenai daging sintetis juga ditawarkan dalam program International Credit Transfer.
Dari seratusan pendaftar dari Kampus Universitas Jember, akhirnya Ocha berhasil lolos bersama rekannya Khilfa Yahya yang bergabung dengan peserta lainnya dari seluruh dunia. Mereka memulai kuliah di negara pemilik kompetisi sepak bola Bundesliga itu pada 24 September 2022.
"Saya tertarik meneliti daging sintetis karena walaupun masih pro dan kontra, namun punya potensi besar, semisal dalam bidang kesehatan," tuturnya.
Ia menjelaskan, pembuatan obat baru bisa dicoba dengan daging sintetis, sehingga meminimalkan percobaan kepada hewan atau manusia.
Pengembangan daging sintetis juga diproyeksikan dapat mengurangi gas metana yang dihasilkan peternakan yang berkontribusi bagi kerusakan atmosfer sehingga meningkatkan pemanasan global.
Namun, terus terang untuk pengembangan daging sintetis guna konsumsi masih jadi polemik. Sebab, dikhawatirkan akan mematikan usaha peternak dan belum lagi dengan perdebatan mengenai dampak mengonsumsi daging sintetis berikut sisi etika dan pandangan agama.
Selama mengikuti kuliah di BLVT Flensburg University of Applied Science, dua mahasiswa Unej itu meneliti hormon pertumbuhan apa yang paling baik untuk pertumbuhan daging sintetis di bawah bimbingan Dr Holger Rehmann.
Secara sederhana, pembuatan daging sintetis dimulai dengan pengambilan sel dari hewan ternak untuk kemudian diberi hormon pertumbuhan dalam proses in vitro di laboratorium hingga kemudian menjadi daging seperti daging yang kita kenal pada umumnya.
Selama kuliah di BLVT Flensburg University of Applied Science, kedua mahasiswi Unej itu tidak mengalami kesulitan karena kawan dan pengajar di sana sangat membantu. Bahkan, keduanya lebih banyak mengikuti kuliah teori di kelas yang sebetulnya untuk jenjang pascasarjana.
Belum lagi dengan fasilitas laboratorium yang canggih membuat mahasiswi Program Studi Biologi Fakultas MIPA terpacu untuk terus meneliti tentang daging sintetis.
Ocha mengaku sangat terkesan dengan suasana Kota Flensburg yang menurutnya tak terlalu ramai jika dibandingkan seperti kota-kota besar di Jerman, sebut saja Berlin, Hamburg, Frankfurt atau Dortmund.
Oleh karena itu, Flensburg cocok sebagai lokasi untuk menuntut ilmu. Untuk menuju Flensburg dari Berlin dibutuhkan waktu 12 jam melalui perjalanan kereta api atau bus.
Beruntungnya negara bagian Schleswig-Holstein itu menggratiskan perjalanan dengan transportasi umum bagi pelajar, mahasiswa dan warga tertentu di wilayahnya. Hanya saja jika menggunakan transportasi umum melintasi wilayah negara bagian lain, maka perlu membayar.
Selama di Flensburg, kedua mahasiswa Unej itu menempati apartemen di Bauer Lanstrasse . Untuk menghemat pengeluaran harus memasak sendiri, kebetulan ada toko bahan makanan Asia di sana.
Semisal, beras kemasan ukuran 8 kilogram dijual seharga 9 Euro. Beruntungnya lagi, ternyata banyak warga muslim yang tinggal di sana berasal dari Turki atau Pakistan, sehingga makanan halal bisa dicari dengan mudah.
Kenangan yang mengasyikkan ketika menjalani kuliah di BLVT Flensburg University of Applied Science mendorong Ocha ingin meneruskan jenjang kuliah ke Jerman.
Mimpi itu tinggal selangkah lagi untuk dicapainya, karena saat ini Ocha tengah menyiapkan risetnya untuk kemudian dikirimkan ke sebuah jurnal ilmiah di Jerman.
"Insyaallah pada 15 Januari 2023, saya akan mengirimkan hasil riset saya yang juga diakui sebagai tugas akhir saya ke jurnal ilmiah di Flensburg University of Applied Science sambil mencari kesempatan pendanaan beasiswa, semoga bisa terwujud," ujarnya.
Dukungan Rektor
Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna, mengaku bangga dengan banyaknya mahasiswa berprestasi baik di bidang ilmiah maupun nonilmiah, sehingga dapat memiliki kesempatan untuk kuliah dan bekerja di luar negeri.
Selain Ocha mendapatkan kesempatan ke Jerman, tiga mahasiswa terbaik Unej juga berangkat ke tiga negara yakni Polandia, Spanyol, dan Republik Ceko melalui program Indonesian International Student Mobility Award (IISMA).
Tidak hanya kuliah, mahasiswa Universitas Jember juga ada yang praktek mengajar ke Thailand selama sebulan melalui program Kuliah Kerja dan Pengenalan Lapangan Persekolahan (KKPLP) Internasional.
"Mahasiswa yang berkesempatan belajar di luar negeri harus rajin belajar, mengambil sebanyak-banyaknya pelajaran dan pengalaman positif, serta menjaga nama baik almamater Universitas Jember dan Indonesia pada umumnya," katanya.
Iwan juga mendorong semakin banyak mahasiswa Universitas Jember yang kuliah di luar negeri agar mendapatkan pengalaman dan wawasan yang lebih luas, sehingga semakin membuka peluang kerja yang cukup bagus setelah mengenyam pendidikan di luar negeri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Daging sintetis yang merupakan daging buatan manusia, mungkin masih terdengar asing bagi kebanyakan orang. Bahkan, dalam menyikapi hal tersebut bisa jadi masih pro dan kontra, apalagi untuk dikonsumsi atau digunakan untuk hal lain.
Namun demikian, keberadaan daging sintetis makin mengemuka saat multi jutawan Bill Gates menyerukan negara kaya mulai mempertimbangkan mengembangkan daging sintetis untuk menanggulangi pemanasan global.
Oryza Sativa Roshaney yang baru pulang ke Jember menceritakan awalnya ada program International Credit Transfer dari Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa jenjang sarjana mengikuti kuliah selama satu semester di perguruan tinggi di Jerman.
Universitas Jember ternyata sudah memiliki kerja sama dengan Flensburg University of Applied Science, sehingga mahasiswi asal Malang tersebut diarahkan dosennya untuk mengikuti kuliah di sana.
Selain harus mempersiapkan syarat administrasi, Oryza yang biasa dipanggil Ocha dan koleganya wajib membuat esai yang memuat riset bidang bioteknologi apa yang akan dilakukan di Jerman.
Akhirnya Ocha memilih riset mengenai daging sintetis, karena belum banyak diteliti di Indonesia. Ternyata riset mengenai daging sintetis juga ditawarkan dalam program International Credit Transfer.
Dari seratusan pendaftar dari Kampus Universitas Jember, akhirnya Ocha berhasil lolos bersama rekannya Khilfa Yahya yang bergabung dengan peserta lainnya dari seluruh dunia. Mereka memulai kuliah di negara pemilik kompetisi sepak bola Bundesliga itu pada 24 September 2022.
"Saya tertarik meneliti daging sintetis karena walaupun masih pro dan kontra, namun punya potensi besar, semisal dalam bidang kesehatan," tuturnya.
Ia menjelaskan, pembuatan obat baru bisa dicoba dengan daging sintetis, sehingga meminimalkan percobaan kepada hewan atau manusia.
Pengembangan daging sintetis juga diproyeksikan dapat mengurangi gas metana yang dihasilkan peternakan yang berkontribusi bagi kerusakan atmosfer sehingga meningkatkan pemanasan global.
Namun, terus terang untuk pengembangan daging sintetis guna konsumsi masih jadi polemik. Sebab, dikhawatirkan akan mematikan usaha peternak dan belum lagi dengan perdebatan mengenai dampak mengonsumsi daging sintetis berikut sisi etika dan pandangan agama.
Selama mengikuti kuliah di BLVT Flensburg University of Applied Science, dua mahasiswa Unej itu meneliti hormon pertumbuhan apa yang paling baik untuk pertumbuhan daging sintetis di bawah bimbingan Dr Holger Rehmann.
Secara sederhana, pembuatan daging sintetis dimulai dengan pengambilan sel dari hewan ternak untuk kemudian diberi hormon pertumbuhan dalam proses in vitro di laboratorium hingga kemudian menjadi daging seperti daging yang kita kenal pada umumnya.
Selama kuliah di BLVT Flensburg University of Applied Science, kedua mahasiswi Unej itu tidak mengalami kesulitan karena kawan dan pengajar di sana sangat membantu. Bahkan, keduanya lebih banyak mengikuti kuliah teori di kelas yang sebetulnya untuk jenjang pascasarjana.
Belum lagi dengan fasilitas laboratorium yang canggih membuat mahasiswi Program Studi Biologi Fakultas MIPA terpacu untuk terus meneliti tentang daging sintetis.
Ocha mengaku sangat terkesan dengan suasana Kota Flensburg yang menurutnya tak terlalu ramai jika dibandingkan seperti kota-kota besar di Jerman, sebut saja Berlin, Hamburg, Frankfurt atau Dortmund.
Oleh karena itu, Flensburg cocok sebagai lokasi untuk menuntut ilmu. Untuk menuju Flensburg dari Berlin dibutuhkan waktu 12 jam melalui perjalanan kereta api atau bus.
Beruntungnya negara bagian Schleswig-Holstein itu menggratiskan perjalanan dengan transportasi umum bagi pelajar, mahasiswa dan warga tertentu di wilayahnya. Hanya saja jika menggunakan transportasi umum melintasi wilayah negara bagian lain, maka perlu membayar.
Selama di Flensburg, kedua mahasiswa Unej itu menempati apartemen di Bauer Lanstrasse . Untuk menghemat pengeluaran harus memasak sendiri, kebetulan ada toko bahan makanan Asia di sana.
Semisal, beras kemasan ukuran 8 kilogram dijual seharga 9 Euro. Beruntungnya lagi, ternyata banyak warga muslim yang tinggal di sana berasal dari Turki atau Pakistan, sehingga makanan halal bisa dicari dengan mudah.
Kenangan yang mengasyikkan ketika menjalani kuliah di BLVT Flensburg University of Applied Science mendorong Ocha ingin meneruskan jenjang kuliah ke Jerman.
Mimpi itu tinggal selangkah lagi untuk dicapainya, karena saat ini Ocha tengah menyiapkan risetnya untuk kemudian dikirimkan ke sebuah jurnal ilmiah di Jerman.
"Insyaallah pada 15 Januari 2023, saya akan mengirimkan hasil riset saya yang juga diakui sebagai tugas akhir saya ke jurnal ilmiah di Flensburg University of Applied Science sambil mencari kesempatan pendanaan beasiswa, semoga bisa terwujud," ujarnya.
Dukungan Rektor
Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna, mengaku bangga dengan banyaknya mahasiswa berprestasi baik di bidang ilmiah maupun nonilmiah, sehingga dapat memiliki kesempatan untuk kuliah dan bekerja di luar negeri.
Selain Ocha mendapatkan kesempatan ke Jerman, tiga mahasiswa terbaik Unej juga berangkat ke tiga negara yakni Polandia, Spanyol, dan Republik Ceko melalui program Indonesian International Student Mobility Award (IISMA).
Tidak hanya kuliah, mahasiswa Universitas Jember juga ada yang praktek mengajar ke Thailand selama sebulan melalui program Kuliah Kerja dan Pengenalan Lapangan Persekolahan (KKPLP) Internasional.
"Mahasiswa yang berkesempatan belajar di luar negeri harus rajin belajar, mengambil sebanyak-banyaknya pelajaran dan pengalaman positif, serta menjaga nama baik almamater Universitas Jember dan Indonesia pada umumnya," katanya.
Iwan juga mendorong semakin banyak mahasiswa Universitas Jember yang kuliah di luar negeri agar mendapatkan pengalaman dan wawasan yang lebih luas, sehingga semakin membuka peluang kerja yang cukup bagus setelah mengenyam pendidikan di luar negeri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023