Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Kota Madiun mencatat sebanyak 209 kasus penderita demam berdarah selama bulan Januari hingga Desember tahun 2022 yang terjadi di wilayah setempat.
"Sampai dengan akhir tahun ini, ada sebanyak 209 kasus demam berdarah, yang dua kasus di antaranya meninggal dunia," ujar Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Kota Madiun, dr Denik Wuryani di Madiun, Sabtu.
Menurut dia, memasuki musim hujan, kasus demam berdarah di Kota Madiun mulai menunjukkan tren naik. Karenanya masyarakat diminta untuk mewaspadai ancaman penyakit demam berdarah yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut.
Sesuai data, pada Desember ini saja ditemukan 11 warga Kota Madiun mengalami DBD. Dibandingkan tahun lalu, jumlah kasus demam berdarah pada tahun 2022 ini terpantau lebih banyak.
"Cuaca yang kadang hujan dan tidak, menyebabkan nyamuk berkembang biak lebih cepat," katanya.
Lebih lanjut, Denik menjelaskan, dari sebanyak 209 penderita DBD tahun ini, mayoritas berasal dari kalangan anak usia 5-14 tahun. Dengan total 114 kasus dan dua kematian.
Kemudian, usia 15-44 tahun sebanyak 71 kasus, usia 1-4 tahun ada 12 kasus, pasien usia 45 tahun ke atas 10 kasus, dan di bawah satu tahun ada dua kasus.
Untuk itu, Denik mengimbau masyarakat untuk menerapkan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus. Yakni, menguras dan menutup tempat penampungan air, memanfaatkan barang bekas, dan membersihkan lingkungan sekitar.
"Jika terdapat anggota keluarga yang mengalami demam, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat," imbuhnya.
Dia menambahkan, tim Dinkes PPKB akan mengintensifkan pemantauan di wilayah-wilayah rawan DBD. Selain "fogging" atau pengasapan di wilayah temuan kasus, program juru pemantau jentik (jumantik) yang telah berjalan juga terus dioptimalkan.
"Semua wilayah di Kota Madiun berpotensi. Upaya sudah kami lakukan. Maka, kami harap masyarakat juga ikut menjaga lingkungannya masing-masing," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Sampai dengan akhir tahun ini, ada sebanyak 209 kasus demam berdarah, yang dua kasus di antaranya meninggal dunia," ujar Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Kota Madiun, dr Denik Wuryani di Madiun, Sabtu.
Menurut dia, memasuki musim hujan, kasus demam berdarah di Kota Madiun mulai menunjukkan tren naik. Karenanya masyarakat diminta untuk mewaspadai ancaman penyakit demam berdarah yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut.
Sesuai data, pada Desember ini saja ditemukan 11 warga Kota Madiun mengalami DBD. Dibandingkan tahun lalu, jumlah kasus demam berdarah pada tahun 2022 ini terpantau lebih banyak.
"Cuaca yang kadang hujan dan tidak, menyebabkan nyamuk berkembang biak lebih cepat," katanya.
Lebih lanjut, Denik menjelaskan, dari sebanyak 209 penderita DBD tahun ini, mayoritas berasal dari kalangan anak usia 5-14 tahun. Dengan total 114 kasus dan dua kematian.
Kemudian, usia 15-44 tahun sebanyak 71 kasus, usia 1-4 tahun ada 12 kasus, pasien usia 45 tahun ke atas 10 kasus, dan di bawah satu tahun ada dua kasus.
Untuk itu, Denik mengimbau masyarakat untuk menerapkan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M plus. Yakni, menguras dan menutup tempat penampungan air, memanfaatkan barang bekas, dan membersihkan lingkungan sekitar.
"Jika terdapat anggota keluarga yang mengalami demam, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat," imbuhnya.
Dia menambahkan, tim Dinkes PPKB akan mengintensifkan pemantauan di wilayah-wilayah rawan DBD. Selain "fogging" atau pengasapan di wilayah temuan kasus, program juru pemantau jentik (jumantik) yang telah berjalan juga terus dioptimalkan.
"Semua wilayah di Kota Madiun berpotensi. Upaya sudah kami lakukan. Maka, kami harap masyarakat juga ikut menjaga lingkungannya masing-masing," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022