Young Buddhist Association Indonesia bersama Ecoton menjalankan Tradisi Fang Seng dengan melepaskan ribuan satwa air mulai dari ikan gabus, bulus hingga belut di Sungai Kalimas, Kota Surabaya, Jatim, Sabtu.
"Total donasi dari 114 donatur, sehingga berhasil mengumpulkan 42 kilogram ikan gabus, 828,5 kilogram belut, dan 2 ekor bulus," kata Koordinator panitia Fang Sheng dari Young Budhhist Association Indonesia William Vijjadhammo saat pelepasan satwa air di Kalimas.
Bahkan, lanjut dia, pihaknya juga menggalang dana untuk pembuatan trashboom demi menjaga ekosistem hayati. Hal ini dilakukan untuk melestarikan tradisi Fang Sheng yang merupakan salah satu tradisi agama Buddha.
Ia menjelaskan, ribuan satwa yang dilepas ini didapatkan atau dibeli dari pasar ikan, pemasok dari berbagai supermarket, dan restoran-restoran yang ada di Kota Surabaya dan sekitarnya.
Dia meyakini, bahwa ikan-ikan yang akan disembelih dan dikonsumsi itu sangat menderita. Makanya, dibebaskan ke lingkungan habitatnya. Tujuannya, agar ikan ini bisa melanjutkan hidup, berkembang biak dan memberi banyak manfaat kepada alam.
Kegiatan ini, kata dia, merupakan salah satu ritual agama Buddha yang dikenal dengan melepaskan makhluk hidup kembali ke alam bebas atau ke habitat aslinya.
"Ritual ini dalam agama kami dikenal dengan Fang Sheng, yaitu kegiatan melepaskan satwa yang terancam terbunuh ke alam bebas agar kita sebagai manusia terhindar dari mara bahaya dan mendapatkan kebaikan karena menolong mahkluk yang menderita," ujarnya.
Selain melakukan ritual Fang Sheng, Young Buddhist Association Indonesia juga menggalang dana untuk pembuatan trashboom atau penghalang sampah di sungai. Tujuannya juga untuk menyelamatkan makhluk hidup yang ada di lautan agar tidak tercemar sampah dan plastik akibat ulah manusia membuang sampah pada sungai.
Sementara itu, Deputi Eksternal dan Kemitraan Ecoton Aziz mengatakan kegiatan pelepasan makhluk hidup ini merupakan salah satu kegiatan pengembalian satwa dan ikan pada tempat asalnya. Apalagi lokasi pelepasan itu merupakan kawasan suaka ikan kali Surabaya, sebuah kawasan lingkungan yang memperoleh SK Kawasan Suaka Ikan dari Gubernur Jawa Timur karena sebagai tempat bertelurnya dan berkembang biak hewan seperti belut dan bulus.
"Tentu kegiatan ini akan membantu menambah ekosistem dan keanekaragaman hayati di Sungai Kalimas," katanya.
Dia juga mengaku senang dan bangga karena Young Buddhist Association juga menggalang dana untuk menginisiasi pembuatan trashboom atau trash barrier yang merupakan penjaring sampah yang dipasang pada badan air sungai. Tujuan pemasangan trashboom untuk mengetahui jumlah debit sampah yang masuk ke badan air sungai di suatu kawasan.
"Trashboom juga berguna untuk menangkap sampah sungai agar tidak bocor ke laut. Trashboom ini adalah salah satu teknologi yang membantu pengelolaan sungai. Alat ini juga sangat bermanfaat untuk menganalisis komposisi sampah yang telah masuk ke badan air sungai," kata dia.
Berdasarkan studi lapangan yang telah di lakukan di Kali Pelayaran Sidoarjo, komposisi sampah yang didapat meliputi sampah organik, sampah plastik termasuk kemasan sachet, sedotan, botol, dan kantong kresek. Makanya, trashboom ini juga sangat bermanfaat untuk menghalang sampah plastik agar tidak masuk ke aliran sungai di bawahnya dan tidak mengalir ke laut.
"Mari bersama-bersama untuk terus berupaya menjaga kelestarian sungai karena biota-biota sungai membutuhkan air yang bersih dan ekosistem yang layak untuk mendukung perkembangbiakan dan kelangsungan hidup keanekaragaman hayati," demikian Azis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Total donasi dari 114 donatur, sehingga berhasil mengumpulkan 42 kilogram ikan gabus, 828,5 kilogram belut, dan 2 ekor bulus," kata Koordinator panitia Fang Sheng dari Young Budhhist Association Indonesia William Vijjadhammo saat pelepasan satwa air di Kalimas.
Bahkan, lanjut dia, pihaknya juga menggalang dana untuk pembuatan trashboom demi menjaga ekosistem hayati. Hal ini dilakukan untuk melestarikan tradisi Fang Sheng yang merupakan salah satu tradisi agama Buddha.
Ia menjelaskan, ribuan satwa yang dilepas ini didapatkan atau dibeli dari pasar ikan, pemasok dari berbagai supermarket, dan restoran-restoran yang ada di Kota Surabaya dan sekitarnya.
Dia meyakini, bahwa ikan-ikan yang akan disembelih dan dikonsumsi itu sangat menderita. Makanya, dibebaskan ke lingkungan habitatnya. Tujuannya, agar ikan ini bisa melanjutkan hidup, berkembang biak dan memberi banyak manfaat kepada alam.
Kegiatan ini, kata dia, merupakan salah satu ritual agama Buddha yang dikenal dengan melepaskan makhluk hidup kembali ke alam bebas atau ke habitat aslinya.
"Ritual ini dalam agama kami dikenal dengan Fang Sheng, yaitu kegiatan melepaskan satwa yang terancam terbunuh ke alam bebas agar kita sebagai manusia terhindar dari mara bahaya dan mendapatkan kebaikan karena menolong mahkluk yang menderita," ujarnya.
Selain melakukan ritual Fang Sheng, Young Buddhist Association Indonesia juga menggalang dana untuk pembuatan trashboom atau penghalang sampah di sungai. Tujuannya juga untuk menyelamatkan makhluk hidup yang ada di lautan agar tidak tercemar sampah dan plastik akibat ulah manusia membuang sampah pada sungai.
Sementara itu, Deputi Eksternal dan Kemitraan Ecoton Aziz mengatakan kegiatan pelepasan makhluk hidup ini merupakan salah satu kegiatan pengembalian satwa dan ikan pada tempat asalnya. Apalagi lokasi pelepasan itu merupakan kawasan suaka ikan kali Surabaya, sebuah kawasan lingkungan yang memperoleh SK Kawasan Suaka Ikan dari Gubernur Jawa Timur karena sebagai tempat bertelurnya dan berkembang biak hewan seperti belut dan bulus.
"Tentu kegiatan ini akan membantu menambah ekosistem dan keanekaragaman hayati di Sungai Kalimas," katanya.
Dia juga mengaku senang dan bangga karena Young Buddhist Association juga menggalang dana untuk menginisiasi pembuatan trashboom atau trash barrier yang merupakan penjaring sampah yang dipasang pada badan air sungai. Tujuan pemasangan trashboom untuk mengetahui jumlah debit sampah yang masuk ke badan air sungai di suatu kawasan.
"Trashboom juga berguna untuk menangkap sampah sungai agar tidak bocor ke laut. Trashboom ini adalah salah satu teknologi yang membantu pengelolaan sungai. Alat ini juga sangat bermanfaat untuk menganalisis komposisi sampah yang telah masuk ke badan air sungai," kata dia.
Berdasarkan studi lapangan yang telah di lakukan di Kali Pelayaran Sidoarjo, komposisi sampah yang didapat meliputi sampah organik, sampah plastik termasuk kemasan sachet, sedotan, botol, dan kantong kresek. Makanya, trashboom ini juga sangat bermanfaat untuk menghalang sampah plastik agar tidak masuk ke aliran sungai di bawahnya dan tidak mengalir ke laut.
"Mari bersama-bersama untuk terus berupaya menjaga kelestarian sungai karena biota-biota sungai membutuhkan air yang bersih dan ekosistem yang layak untuk mendukung perkembangbiakan dan kelangsungan hidup keanekaragaman hayati," demikian Azis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022