Trenggalek - Dinas Kesehatan Trenggalek mencatat telah terjadi peningkatan jumlah penderita "Human Immuno Deficiency Virus" (HIV) dan "Acquirea Immuno Deficiency Syndrome" (AIDS) setiap tahunnya. "Tahun 2010 yang lalu kita temukan 27 penderita, sedangkan untuk tahun 2011, sampai bulan juli bertambah delapan orang yang positif terinfeksi HIV/AIDS," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Penyakit Lingkungan (P2PL), Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, Suparman, Rabu. Suparman menjelaskan, sejak pertama kali ditemukan pada tahun 2004, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Trenggalek terus mengalami peningkatan, bahkan peningkatanya per tahun rata-rata diatas sepuluh kasus. "Kalau jumlah total penderita HIV/AIDS sampai saat ini (2004-2011) sebanyak 114 orang, dari jumlah tersebut yang meninggal 33 orang dan yang masih hidup 81 orang," katanya. Lanjut dia, mayoritas kasus HIV/AIDS di Trenggalek diakibatkan dari seks bebas yang dilakukan oleh penderita saat merantau di luar pulau atau luar negeri. "Penderita di sini sebagian besar adalah 'impor', jadi terinfeksinya saat mereka di Kalimantan, Papua, Sumantera, atau di daerah lain, kemudian mereka pulang dan menular kepada istri," imbuh pria yang akrab disapa Parman ini. Untuk pendeteksian dini, Dinas Kesehatan rutin melakukan pemeriksaan secara periodik ke beberapa kelompok masyarakat yang rawan terkena HIV/AIDS, seperti di rumah tahanan (rutan) dan sejumlah kelompok waria. "Belum lama ini kita lakukan pemeriksaan di Rutan Trenggalek, namun hasilnya nihil, yang kami temukan hanya penyakit sipilis, Hepatitis B dan Hepatitis C," papar pria yang berkantor di jalan dr Seotomo, Trenggalek, Jatim ini. Sementara itu untuk proses penangananya, Dinas Kesehatan masih bekerja sama dengan klinik VCT Tulungagung, karena hingga kini belum memiliki klinik VCT sendiri. "Pemeriksaan awal kita lakukan di laboratorium kesehan daerah, kemudian kalau positif kita rujuk ke VCT RSUD dr Iskak Tulungagung untuk dilakukan tes ulang serta mendapatkan konseling, di sana nanti juga dapat obat gratis," tuturnya. Suparman menambahkan, meskipun HIV/AIDS tergolong penyakit mematikan, ODHA masih diperbolehkan menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasanya karena penyakit semacam ini penularannya tidak mudah. "Namun, kita masih tetap melakukan pengawasan insensif terhadap penderita dan anggota keluarganya, terutama kepada istri, karena salah satu penularan HIV adalah melalui hubungan seksual, kalau hubungan seksnya itu tanpa pengaman bisa saja tertular," tegasnya.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011