Sejumlah warga mengaku telah dirugikan secara finansial karena menurunnya omzet dagangannya atas pembangunan saluran air di kawasan perkampungan Kota Surabaya, Jawa Timur.

"Pengaruh banget ke omzet, tiga bulan ini pendapatan menurun," ujar Mina, penjual bubur bayi organik yang tiap hari berjualan di Jalan Karah Agung, Surabaya, Selasa.  

Menurut dia, sebelumnya sehari bisa Rp800 ribu pernah juga Rp1,4 juta, namun sekarang tinggal Rp500 ribu.

Hal sama juga dialami pedagang lainnya, Indah. Penjual Pecel ini mengaku dagangannya sepi akibat adanya pengerjaan saluran air yang tidak kunjung selesai. 

"Sepi, orang-orang gak mampir, harapannya pengerjaan saluran bisa cepat selesai, soalnya ini sudah lama," kata dia.

Selain itu, Heru penjual jajanan Pukis juga mengaku pendapatannya turun hingga 50 persen lebih. "Biasanya ramai, sekarang pembeli berkurang," ujarnya.

Adapun di beberapa warung semacam pujasera mengharuskan untuk tutup sementara waktu karena terhalang akses jalan untuk pembangunan. 

"Ini mangkrak gak selesai-selesai yang bikin kami jadi bingung, kalo panas debunya minta ampun, kalo hujan becek jalan berlubang," kata Jumai pedagang pujasera. 

Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti mengaku telah mendapatkan keluhan dari warga  yang berjualan  di sepanjang Jalan Karah Agung.

Menurut dia, kondisi debu tebal dan berterbangan di tiga bulan belakangan sebab pengerjaan proyek drainase menjadi suasana yang dirasakan warga di daerah Karah.

Tampak beberapa alat berat, gundukan pasir, kemudian tumpukan beton-beton serta kerangka-kerangka besi menghiasi di sepanjang Jalan Karah Agung tersebut. Suasana tersebut, kata Reni, mengganggu warga, terlebih membuat mereka tidak nyaman ketika berjualan.  

Wakil rakyat itu menuturkan secara umum masyarakat khususnya para pelaku ekonomi itu mendukung pembangunan saluran untuk mengatasi banjir.

"Warga mendukung pembangunan, namun kami tidak bisa menyalahkan kalau warga kemudian merasa terganggu, terdampak baik secara finansial dirugikan," kata Reni. 

Namun, lanjut dia, pedagang-pedagang ini menyayangkan proses penyelesaian yang memakan waktu lama dan menimbulkan dampak terlebih komplain konsumen mereka.

Bahkan tidak sedikit yang tutup lapak karena sulit parkir bagi konsumen yang ingin membeli sebab keadaan pengerjaan yang tidak kunjung rampung.

Untuk itu, Reni mendorong Pemkot Surabaya agar proses pembangunan senilai Rp9,7 miliar dengan lama pekerjaan 150 hari ini dapat segera rampung. 

"Sebagaimana yang sudah saya sampaikan juga sebelumnya, setiap pengerjaan infrastruktur itu harus tepat waktu dengan kualitas yang baik," kata dia.

Menurut dia, warga sangat mendukung pembangunan dan berharap tepat waktu dan tidak molor dan hasil pengerjaan memiliki kualitas baik. 

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan, pengerjaan saluran dikebut dan dilakukan pada siang dan malam hari.

"Rata-rata pengerjaan malam, kalau musim hujan seperti ini berarti tidak bisa dikerjakan malam, harus siang. Masyarakat bertanya, kenapa harus dikerjakan siang? (Menimbulkan) macet. Nah, pilih macet atau banjir? Kalau tidak dikerjakan nanti banjir, macet saat siang ini kan hanya beberapa waktu dan tidak selamanya," ujar dia. (*)



 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : A Malik Ibrahim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022