Batik merupakan salah satu warisan budaya kebanggaan Indonesia yang kini berada di puncak popularitasnya. Sejumlah pemimpin negara dan undangan KTT G20 bahkan bersedia mengenakan busana batik pada saat menghadiri jamuan makan malam pada puncak KTT G20 di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali, Selasa (15/11). Mayoritas kepala negara kompak mengenakan batik dengan beragam motif dan warna.

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan  atau   United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan budaya takbenda atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, pada 2 Oktober 2009. Pengakuan dari UNESCO tersebut mendorong pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Budaya batik sendiri berkembang pesat di Indonesia. Hal itu dapat ditelusuri sejak zaman Majapahit,  kemudian berkembang pesat pada era Kesultanan Mataram di daerah Surakarta dan Yogyakarta, dan kemudian menyebar ke berbagai wilayah Nusantara.

Thomas Stamford Raffles dalam buku The History of Java bahkan mencatat setidaknya ada 100 motif batik yang pernah dijumpainya di Jawa pada saat dia menjabat sebagai Gubernur Jenderal (1811-1816).

Batik Nusantara telah berkembang dan berevolusi dalam perjalanannya yang begitu panjang. Bermula dari lingkungan keraton yang sangat terbatas, kini batik telah berkembang menjadi salah satu komoditas industri kreatif Indonesia yang menerobos pasar global.

Terlepas dari proses asli membatik yang merujuk pada teknik menggambar yang melibatkan lilin, canting, dan peralatan khusus lainnya, batik saat ini juga telah diproduksi dengan berbagai teknik produksi modern.

Perkembangan batik yang semakin pesat inilah yang membuat daerah-daerah di Indonesia ingin menonjolkan batik khas daerah agar bisa dikenal di Nusantara, bahkan dunia. Hal ini mendorong jajaran pemerintah daerah (pemda) berfikir kreatif dan inovatif.

Salah satu pemda yang berupaya mengembangkan batik khas daerah adalah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Hal itu berawal dari keinginan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi agar batik khas Surabaya bisa diekspor ke mancanegara.

Oleh karena itu,  kemudian digelar acara akbar bertajuk "Karnaval nang Tunjungan" di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, pada 30 Oktober 2022. Acara tersebut digelar Pemkot Surabaya bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Surabaya dan Bank Jatim.

Melalui acara tersebut, pemkot ingin memperkenalkan motif batik khas Kota Surabaya dengan menggerakkan para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Sekaligus pula untuk memamerkan dan memperagakan busana batik karya dari para desainer UMKM Surabaya.

Motif batik yang diperkenalkan adalah hasil karya dari 16 pembatik dan 14 desainer UMKM asal Kota Surabaya yakni, motif batik Sparkling Surabaya, Gembili Wonokromo, Remo Surabayan, Abhi Boyo, Kembang Bungur, dan Doro Kidungan.


Peragaan busana

Event akbar "Karnaval nang Tunjungan" ternyata mampu memikat hati beberapa kepala daerah di wilayah Gerbangkertasusila yang meliputi Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan.

Bahkan, lima kepala daerah di Gerbangkertasusila beserta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Surabaya bersedia menghadiri acara tersebut dan sekaligus memperagakan busana batik karya para desainer muda UMKM Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama sejumlah kepala daerah di Jatim berseragam batik sedang memainkan alat musik di acara "Karnaval Nang Tunjungan" di Kota Surabaya, Minggu (30/10/2022) malam. (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya)


Mereka adalah Bupati Gresik, Bupati Mojokerto, Wali kota Mojokerto, Bupati Sidoarjo, Bupati Lamongan, Forkopimda Kota Surabaya, Pimpinan DPRD Kota Surabaya, Kapolrestabes Kota Surabaya, dan Pimpinan Bank Jatim.

Cak Eri-panggilan akrab Wali Kota Eri Cahyadi--mengaku bangga dan berterima kasih atas kehadiran para kepala daerah di "Karnaval nang Tunjungan" yang sekaligus untuk memperingati Hari Batik Nasional Tahun 2022 itu. Tentunya hal ini menunjukkan bahwa Surabaya tidak bisa lepas dari Gerbangkertasusila.

Apalagi, seluruh batik yang dikenakan para tamu undangan merupakan karya UMKM Surabaya. Meski demikian, motif batik yang dipakai ada yang digabung dengan tenun dari Gresik, Lamongan, Mojokerto maupun Sidoarjo.

Enam motif batik

Berbeda dengan batik daerah lainnya, sejarah batik Surabaya cukup sulit ditelusuri mengingat Kota Pahlawan ini dulu dikenal sebagai daerah transit.  Batik Surabaya sekilas tampak biasa saja. Namun, jika dilihat secara detail, batik Surabaya tampak istimewa dengan warna dan konsep yang kuat dan berani. 

Motif batik Surabaya terus berkembang dan jumlahnya cukup banyak,  di antaranya batik motif Kembang Semanggi, Sawunggaling, Ujung Galuh, Mangrove, Laksamana Cheng Ho, Kintir-Kintiran, Kembang Bungur, Remo Surabayan, Sparkling, Abhi Boyo, Gembili Wonokromo,  dan lainnya.

Setelah melalui proses panjang,  guna memberikan perlindungan hukum terhadap motif-motif batik tersebut, akhirnya Pemkot Surabaya mematenkan enam motif batik khas Kota Pahlawan. Enam motif batik itu benar-benar menggambarkan Kota Surabaya dari berbagai hal, sehingga ke depannya motif batik ciri khas Surabaya itu siap diedarkan dan diproduksi secara massal.

Pemkot Surabaya mengajukan hak paten enam motif batik Surabaya itu kepada Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI. Pengajuan itu sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu, dan akhirnya keluar hak patennya pada akhir Oktober 2022. Enam motif batik yang sudah dipatenkan itu adalah Sparkling, Kintir-Kintiran, Abhi Boyo, Gembili Wonokromo, Kembang Bungur, dan Remo Surabayan.

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Surabaya, Fauzie Mustaqiem Yos, menjelaskan, keenam motif batik ini adalah pemenang 1-6 dari Lomba Desain Batik Surabaya 2022 yang digelar beberapa waktu lalu.

Setelah enam motif batik khas Surabaya itu dipatenkan, Pemkot Surabaya bersama semua elemen akan terus mengenalkan dan memasarkan batik berbagai motif tersebut, baik di tingkat lokal, nasional, hingga internasional.

Selain itu, juga terus memasarkan produk khas Surabaya tersebut di Surabaya Kriya Gallery (SKG) Reborn. Bahkan, ke depan juga akan ada beberapa acara atau pameran untuk memasarkan enam motif batik khas Surabaya ini.

Pemkot Surabaya saat ini sedang mencari tempat khusus untuk praktik pembuatan batik khas Surabaya. Harapannya, ketika ada tamu dari luar kota dan luar negeri, bisa mengunjungi tempat tersebut sekaligus belajar batik dan mengetahui secara langsung proses pembuatannya batik khas Surabaya.

Salah satu perajin batik Kota Surabaya, Dewi Saraswati mengaku bersyukur karya batiknya kini telah dipatenkan. Batik tema Sparkling Surabaya miliknya kini telah memiliki hak paten setelah diikutkan lomba Desain Batik Surabaya.

Hal sama juga dikatakan perajin batik lainnya, Nuraini Farida. Dia mengaku senang karena motif batik Kintir-Kintiran karyanya sudah dipantenkan. Nuraini menjelaskan, desain motif batik yang dibuatnya menggambarkan bahwa Surabaya di kelilingi beberapa sungai.

Desain ini juga melambangkan bahwa arek-arek Suroboyo bagaikan aliran air yang bisa mengikuti kemanapun kemajuan zaman, artinya arek-arek Suroboyo bisa berada dalam kondisi apapun untuk memperjuangkan hidup dan cita-citanya.

Dalam desain Kintir-kintir ini juga ada garis lengkungan dan garis yang bergerigi untuk mewakili aliran sungai dan alam mangrove dengan akar-akarnya yang tampak tajam. Ada pula ornamen Suro dan Boyo dalam bentuk stilasi yang melambangkan arek-arek Suroboyo.

Tidak hanya itu, juga mencantumkan semanggi yang melambangkan cinta dan harmoni, serta ada ornamen garis-garis bambu sebagai lambang perjuangan dan loyalitas.

Konser musik

Untuk memperkenalkan motif batik khas Surabaya, Pemerintah "Kota Pahlawan"  juga dengan menggelar konser musik. Konser bertajuk "Spontanz Festival in Collaboration with Batik Surabaya"  tersebut digelar di Mal Tunjungan Plaza 3 Surabaya pada 18 November 2022.

Dalam kegiatan ini, Pemkot Surabaya memamerkan sekaligus memperagakan batik karya desainer UMKM Kota Pahlawan. Menariknya, batik yang dipamerkan itu diperagakan oleh artis ternama Ibu Kota seperti Bunga Citra Lestari, Kunto Aji, Kahitna dan lainnya.

Acara itu digelar seperti pada saat pameran batik di Tunjungan Fashion Week bulan Juli lalu, yaitu mengenalkan batik khas Surabaya secara luas. Namun, di acara ini bukan hanya sekadar untuk mengenalkan, akan tetapi sekaligus memasarkan produk batik khas UMKM Surabaya.

Cara ini dianggap ampuh untuk dijadikan sarana promosi mengingat pada saat acara di Tunjungan Romansa, kala itu banyak yang penasaran dengan karya batik UMKM Surabaya. Saat itu, banyak artis yang tertarik dengan batik Surabaya, sehingga Pemkot mencoba menyasar ke pasar yang lebih luas melalui konser musik.

Promotor "Spontanz Festival in Collaboration with Batik Surabaya", Yashafi Yan Arsala menyebutkan, gambaran acara yang akan digelar pada 18 November 2022 itu digelar seperti konser musik, namun dengan nuansa batik. Jadi mulai dari artis, panitia, MC, visualisasinya, semua serba batik.

Dalam acara ini, pemkot juga akan memamerkan 6 karya motif batik yang telah dipatenkan itu. Bukan sekadar dipamerkan, bintang tamu asal Ibu Kota yang hadir di acara ini juga memakai 6 motif batik tersebut.

Upaya mengenalkan motif batik khas Surabaya tidak hanya dilakukan sekali. Sebab, nantinya, semua kegiatan yang digelar oleh Pemkot Surabaya diharapkan wajib  mengenalkan motif batik khas Surabaya. 

Tidak hanya itu, para generasi muda di Kota Pahlawan,  diharapkan juga ikut berperan dengan terus mempromosikan motif batik khas Surabaya. Untuk memulainya,  generasi muda harus sudah mulai terbiasa mengenakan busana batik, khususnya motif batik khas Surabaya.
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022