Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menikmati kopi tarik, rawon hingga kerupuk ikan saat konsolidasi partai dengan pengurus dan kader di Kota Surabaya.

Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Kamis, menyempatkan menjajal sejumlah kuliner lokal di sela-sela agenda konsolidasi partai di Kota Surabaya sepanjang hari mulai pagi hingga malam. 

Pada Rabu siang, Hasto mampir di Viaduct by Gubeng, sebuah kafe dan barbershop yang digerakkan oleh warga kurang mampu binaan Pemkot Surabaya, atau disebut sebagai "Rumah Padat Karya". 

Di sana, Hasto menyesap jahe hangat dan menikmati beragam jajanan tradisional, seperti pecel semanggi khas Surabaya.

Pecel semanggi diolah dari daun tanaman semanggi yang dikukus, dipadukan dengan sambal, beragam sayuran lain, kerupuk puli dari beras, serta bumbu berbasis ketela.

"Rasa pecel semanggi ini memang khas. Tidak ada di daerah lain. Enak sekali. Ini bukti betapa kayanya kuliner Nusantara. Beberapa kali ke Surabaya saya sudah menjajal rujak cingur, rawon, pecel semanggi, tahu campur Kalasan, hingga bebek goreng," ujar Hasto.

Pada Rabu malam, seusai memberikan arahan pada agenda konsolidasi bersama 2.000 kader PDIP, Hasto mampir di warung kopi kawasan Jalan Embong Malang.

Di sana, Hasto bercengkerama dengan para kader PDIP tingkat kecamatan se-Surabaya. Canda tawa tercipta, tak ada sekat di antara mereka.

Hasto pun memesan kopi tarik hangat. "Cuacanya pas. Seusai hujan tadi siang, memang pasnya menikmati minuman hangat. Kopi tariknya pas rasanya," ucapnya.

Kopi tarik yang dipesan Hasto memadukan kopi orisinal dan susu. Olahannya menerbitkan busa di permukaan minuman, menambah cita rasa saat menyesapnya.

Sambil bercerita berbagai hal, mulai dari politik, film, potensi UMKM, hingga anekdot, tak terasa kopi tarik di cangkir putih yang dipegang Hasto pun habis.

Selain kopi tarik, Hasto juga menikmati kerupuk ikan yang disajikan di warung tersebut. Kerenyahan dan rasa ikan yang terasa kuat rupanya menarik perhatian Hasto. 

Di Surabaya, ia juga menjajal "rawon setan" yang legendaris dan tersohor. Kuahnya yang segar dan daging yang empuk, berpadu dengan kerupuk dan telur bebek alias telur asin, membuat rawon khas Surabaya memang selalu dinanti penikmat kuliner.

"Semua harus bangga pada kekayaan kuliner Nusantara. Bumbu-bumbunya khas, sangat unik sesuai karakter daerah. Bahkan meski berasal dari satu jenis masakan, antardaerah itu beda cara masak dan penyajiannya. Rasanya pun bisa beda di tiap daerah, meski itu satu jenis masakan yang sama," tutur dia.

Dengan kesadaran itulah, lanjut Hasto, Bung Karno menginstruksikan adanya dokumentasi resep makanan Nusantara dalam buku "Mustika Rasa". Buku setebal lebih dari 1.000 halaman itu berisi resep makanan Nusantara dari berbagai penjuru Tanah Air, terbit pada 1967.

"Bung Karno sejak dulu sudah memiliki kesadaran sejarah dan kesadaran budaya bahwa kekayaan rempah Indonesia bisa menghasilkan kekayaan kuliner yang sangat beragam, di mana sektor kuliner ini kemudian sangat dahsyat menggerakkan ekonomi lokal, menumbuhkan sentra ekonomi lewat warung, depot, rumah makan, restoran, kafe, warung kopi, lapo, dan sebagainya," kata Hasto.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022