Asosiasi Profesi Ortopedagogik Indonesia (APOI) mendorong adanya pemerataan dan peningkatan kompetensi guru pendidikan luar biasa (PLB).
"Dalam program kerja APOI, kami memprioritaskan pemerataan guru. Selama ini guru reguler lebih banyak mendampingi anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam belajar, dibanding guru PLB," kata Ketua APOI, Dr. Sujarwanto, M.Pd di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Minggu.
Sujarwanto mengatakan, untuk pendidikan guru PLB saja, di Indonesia baru 23 perguruan tinggi yang menyediakan program studi tersebut. Sebarannya pun tidak merata.
Untuk itu, dalam program lima tahun ke depan, Sujarwanto menyebut, pihaknya akan membuat regulasi bersama dengan anggota APOI untuk membantu pemerintah dalam rangka memfasilitasi dan mendampingi ABK sejak TK hingga siap terjun di dunia industri.
"Angka pastinya (jumlah guru PLB) masih belum ada secara riil. Karena kami masih melakukan pendataan. Tapi itu akan menjadi prioritas kami dalam program ini," ujar dia.
Dalam merealisasikan itu, pria yang Wakil Rektor bidang Perencanaan dan Kerja sama Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut mengatakan pihaknya akan membentuk APOI di tiap daerah. Apalagi pihaknya sudah memiliki tool kid untuk bahan pengembangan kompetensi guru PLB.
Sujarwanto menyatakan, untuk memperkuat hal tersebut APOI akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat (Kemendikbud Ristek), provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
"Kami akan mengacu konsepnya Mas Menteri yaitu merdeka belajar. Nanti akan kami kolaborasikan dengan kementerian baik pusat, provinsi maupun daerah. Karena kalau di tingkat SD itu kan di daerah. Kalau SMA/SMK itu di provinsi. Nah, kami coba kolaborasikan dengan itu, sehingga terjadi sinergi," ujar dia.
Program lainnya yakni pemerataan guru PLB. Melalui database yang akan dibuat, APOI dapat mengetahui jumlah guru PLB dan jumlah kebutuhan lembaga yang membutuhkan guru PLB.
"Dengan begitu kita akan terbantu dalam pemetaan dan pemerataan guru PLB. Akan mudah melakukan sebaran (kebutuhan guru) melalui database yang kami miliki," kata dia.
Selain peningkatan kompetensi guru PLB dan sebarannya, APOI juga akan melalukan pendampingan kepada ABK yang belum memiliki pekerjaan karena dari 15 juta penduduk disabilitas yang belum mendapatkan pekerjaan di bawah 1 juta orang.
"Kami akan mendampingi itu. Jadi di samping itu kami juga akan melakukan pendampingan-pendampingan lainnya salah satu programnya. Kami buat regulasi bersama teman APOI untuk memfasilitasi mendampingi orang dengan disabilitas dari TK hingga masuk dunia kerja," ujar dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Dalam program kerja APOI, kami memprioritaskan pemerataan guru. Selama ini guru reguler lebih banyak mendampingi anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam belajar, dibanding guru PLB," kata Ketua APOI, Dr. Sujarwanto, M.Pd di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Minggu.
Sujarwanto mengatakan, untuk pendidikan guru PLB saja, di Indonesia baru 23 perguruan tinggi yang menyediakan program studi tersebut. Sebarannya pun tidak merata.
Untuk itu, dalam program lima tahun ke depan, Sujarwanto menyebut, pihaknya akan membuat regulasi bersama dengan anggota APOI untuk membantu pemerintah dalam rangka memfasilitasi dan mendampingi ABK sejak TK hingga siap terjun di dunia industri.
"Angka pastinya (jumlah guru PLB) masih belum ada secara riil. Karena kami masih melakukan pendataan. Tapi itu akan menjadi prioritas kami dalam program ini," ujar dia.
Dalam merealisasikan itu, pria yang Wakil Rektor bidang Perencanaan dan Kerja sama Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut mengatakan pihaknya akan membentuk APOI di tiap daerah. Apalagi pihaknya sudah memiliki tool kid untuk bahan pengembangan kompetensi guru PLB.
Sujarwanto menyatakan, untuk memperkuat hal tersebut APOI akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat (Kemendikbud Ristek), provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
"Kami akan mengacu konsepnya Mas Menteri yaitu merdeka belajar. Nanti akan kami kolaborasikan dengan kementerian baik pusat, provinsi maupun daerah. Karena kalau di tingkat SD itu kan di daerah. Kalau SMA/SMK itu di provinsi. Nah, kami coba kolaborasikan dengan itu, sehingga terjadi sinergi," ujar dia.
Program lainnya yakni pemerataan guru PLB. Melalui database yang akan dibuat, APOI dapat mengetahui jumlah guru PLB dan jumlah kebutuhan lembaga yang membutuhkan guru PLB.
"Dengan begitu kita akan terbantu dalam pemetaan dan pemerataan guru PLB. Akan mudah melakukan sebaran (kebutuhan guru) melalui database yang kami miliki," kata dia.
Selain peningkatan kompetensi guru PLB dan sebarannya, APOI juga akan melalukan pendampingan kepada ABK yang belum memiliki pekerjaan karena dari 15 juta penduduk disabilitas yang belum mendapatkan pekerjaan di bawah 1 juta orang.
"Kami akan mendampingi itu. Jadi di samping itu kami juga akan melakukan pendampingan-pendampingan lainnya salah satu programnya. Kami buat regulasi bersama teman APOI untuk memfasilitasi mendampingi orang dengan disabilitas dari TK hingga masuk dunia kerja," ujar dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022