Eks penghuni kolong jembatan tol kawasan Kampung 1001 Malam, Kota Surabaya, Jawa Timur, mengaku lebih nyaman tinggal di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Sumur Welut yang difasilitasi pemerintah kota setempat.

"Beda jauh, nyaman di sini. Kalau di sana kan di bawah tol, banyak debu dan di pinggir sungai. Alhamdulillah di sini (rusunawa Sumur Welut) nyaman, tidak khawatir lagi dengan anak saya," kata pasangan suami istri Iin dan Firmansyah yang merupakan eks penghuni kolong jembatan tol di Surabaya, Kamis.

Pemkot Surabaya telah memberikan fasilitas hunian rusunawa untuk 16 Kepala Keluarga (KK) yang sebelumnya tinggal di kolong jembatan tol Dupak, kawasan Kampung 1001 Malam. Belasan warga yang telah dipindah itu mengaku bersyukur, karena saat ini menjalani hidup yang lebih layak.

Iin dan Firmansyah harus dipindah oleh pemkot karena selama belasan tahun tinggal di tempat yang sangat tidak layak. Tempat yang mereka tinggali beratap beton jembatan tol, sedangkan lantainya hanya beralas papan kayu. Bukan itu saja, dindingnya pun sebatas kayu triplek.

Tentu saja kondisi ini tidak nyaman bagi Iin dan Firmansyah. Terlebih, saat ini wanita 34 tahun itu sedang hamil tua dan memiliki seorang anak balita. Hidup belasan tahun di kolong bawah tol, seakan menjadi mimpi buruk bagi keluarga kecil itu. Hal itu karena kualitas udara, lingkungan dan pengaruh sosial di kawasan ini sangat tidak nyaman untuk dijadikan sebuah hunian.

Pasutri yang kesehariannya mencari nafkah sebagai sebagai pengamen itu mengaku tidak ingin kembali lagi tinggal di bawa kolong jembatan tol. Mereka mengatakan, ingin hidup seperti masyarakat pada umumnya yang lebih layak.

Selama tinggal di kolong jembatan tol, pasutri ini mengaku kerap diejek oleh orang karena statusnya yang kurang beruntung. Meskipun begitu, keluarga kecil ini tak putus semangat walaupun kesehariannya mengamen di jalanan.

"Kemarin sudah didata pemkot, mau diberi pekerjaan. Saya minta jadi tukang sapu. Kalau saya menganggur, kasihan anak dan istri saya," ujar Firmansyah.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat eksekusi pemindahan warga kolong jembatan tol di kawasan Kampung 1001 Malam pada Senin (17/10) mengatakan, pemkot tidak asal memindahkan warga dan menertibkan bangunan liar saja.

Akan tetapi, pemkot juga bertanggung jawab, memberikan jaminan perhatian kesehatan, pendidikan, dan penghasilan kepada warga yang dipindahkan ke rusunawa Sumur Welut.

Dengan kepastian itu, pasutri ini tersebut merasa lega dan berharap ke depannya bisa menyekolahkan anak-anak hingga ke jenjang yang lebih tinggi. "Tidak seperti orang tuanya, sejak kecil hidup di jalanan. Saya tidak ingin anak-anak bernasib sama seperti orang tuanya," kata Firmansyah.

Selain Iin dan Firmansyah, ada Surati, 53, yang merasakan pahitnya hidup di kolong jembatan tol kawasan Kampung 1001 Malam. Surati hidup di hunian tak layak itu sudah 25 tahun. Kini mereka telah berpindah ke rusunawa Sumur Welut bersama tiga anak perempuannya.

Senada dengan Iin dan Firmansyah, Surati pun merasa sangat nyaman tinggal di rusun. Hidupnya kini lebih layak. Terlebih, rusun yang ditinggali telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas di dalamnya, mulai sembako, kipas angin, kasur, gas LPG 3 kilogram, hingga pekerjaan.

"Makanan juga dijamin, pagi, siang dan malam setiap hari. Kemarin anak-anak saya juga sudah didata untuk dicarikan pekerjaan yang sesuai. Kalau saya, diberi pekerjaan menjadi juru masak," demikian Surati. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022