Ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 yang akan menghadirkan beberapa pergelaran modest fashion oleh desainer-desainer ternama, membagikan perjalanan modest fashion di Indonesia yang kaya akan kreativitas dan corak menarik di dalamnya, sehingga memiliki minat yang tinggi saat ini.
Di Indonesia sendiri, posisi modest fashion menguat dalam mengisi gelaran serta industri fashion sekira sepuluh tahun belakangan. Menurut keterangan JFW pada Minggu, langkah awal modest fashion di Indonesia dipelopori oleh para desainer busana muslim seperti Dian Pelangi atau Ria Miranda. Ada juga Itang Yunasz yang memasukkan unsur tradisional Nusantara dalam rancangannya.
Di dalam periode yang berdekatan, beragam desain busana muslim dan berhijab menjadi sorotan. Muncullah berbagai jenama modest fashion yang bernuansa muslim. Bahkan, gaya busana berhijab juga mengisi hampir setiap halaman majalah fesyen dan tampil di berbagai media massa.
Tentunya hal tersebut menjadi fenomena yang tak bisa dilepaskan dari fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam serta paralel dengan kondisi pascareformasi, ketika kebebasan mengenakan simbol agama dalam berbusana makin memiliki ruang.
Dalam perkembangannya beberapa tahun belakangan, semakin banyak pegiat fesyen atau konsumen yang juga unjuk tampilan dalam balutan modest fashion. Modest fashion tampil tak hanya sebatas baju muslim saja, namun dipersonalisasi menjadi pakaian sehari-hari, baik untuk bekerja, berolahraga, bersosialisasi, maupun untuk menghadiri acara penting.
Modest fashion di Indonesia tak lagi hanya dimaknai sebagai pilihan busana atas dasar religi saja. Seorang modest dresser, Yusra Siddiqui dalam Who What Wear mengatakan bahwa tidak ada definisi tunggal tentang seperti apakah modest wear.
Sebab, menurutnya, setiap orang memiliki persepsi masing-masing. Seseorang bisa saja memilih modest fashion atas alasan agama atau etnis. Ada pula yang memutuskan untuk mengenakan modest fashion atas alasan kenyamanan. Modest fashion mengedepankan nilai kebebasan di dalam tren mode.
Banyak selebriti, supermodel, maupun fashion enthusiast di media sosial tampil dengan modest fashion mulai dari blazer berukuran besar yang dipadukan dengan turtle neck, celana atau rok longgar, maupun terusan loose dengan potongan dan siluetnya yang khas ala Anandia Putri yang menggawangi IKYK.
Tak jarang, kemeja menswear yang dipadukan dengan layer juga menjadi pilihan dalam modest fashion, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Rani Hatta dalam karyanya.
Khazanah budaya tradisional Nusantara membawa corak sendiri bagi modest fashion di Indonesia. Beberapa elemen desain baju tradisional seperti baju bodo, ulos, atau kerah bulat untuk pria khas Kepulauan Riau muncul sebagai kreasi modest fashion. Bahkan, material kain tradisional seperti tenun, lurik, dan batik juga menghiasi rupa modest fashion di Indonesia.
Beberapa desainer seperti Danjyo Hiyoji maupun brand Purana menampilkan koleksi serupa dalam Jakarta Fashion Week 2019 lalu. Di media sosial sendiri, tidak sedikit pula unggahan yang mengikuti gerakan #berkain dengan padu padan khas modest fashion. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Di Indonesia sendiri, posisi modest fashion menguat dalam mengisi gelaran serta industri fashion sekira sepuluh tahun belakangan. Menurut keterangan JFW pada Minggu, langkah awal modest fashion di Indonesia dipelopori oleh para desainer busana muslim seperti Dian Pelangi atau Ria Miranda. Ada juga Itang Yunasz yang memasukkan unsur tradisional Nusantara dalam rancangannya.
Di dalam periode yang berdekatan, beragam desain busana muslim dan berhijab menjadi sorotan. Muncullah berbagai jenama modest fashion yang bernuansa muslim. Bahkan, gaya busana berhijab juga mengisi hampir setiap halaman majalah fesyen dan tampil di berbagai media massa.
Tentunya hal tersebut menjadi fenomena yang tak bisa dilepaskan dari fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam serta paralel dengan kondisi pascareformasi, ketika kebebasan mengenakan simbol agama dalam berbusana makin memiliki ruang.
Dalam perkembangannya beberapa tahun belakangan, semakin banyak pegiat fesyen atau konsumen yang juga unjuk tampilan dalam balutan modest fashion. Modest fashion tampil tak hanya sebatas baju muslim saja, namun dipersonalisasi menjadi pakaian sehari-hari, baik untuk bekerja, berolahraga, bersosialisasi, maupun untuk menghadiri acara penting.
Modest fashion di Indonesia tak lagi hanya dimaknai sebagai pilihan busana atas dasar religi saja. Seorang modest dresser, Yusra Siddiqui dalam Who What Wear mengatakan bahwa tidak ada definisi tunggal tentang seperti apakah modest wear.
Sebab, menurutnya, setiap orang memiliki persepsi masing-masing. Seseorang bisa saja memilih modest fashion atas alasan agama atau etnis. Ada pula yang memutuskan untuk mengenakan modest fashion atas alasan kenyamanan. Modest fashion mengedepankan nilai kebebasan di dalam tren mode.
Banyak selebriti, supermodel, maupun fashion enthusiast di media sosial tampil dengan modest fashion mulai dari blazer berukuran besar yang dipadukan dengan turtle neck, celana atau rok longgar, maupun terusan loose dengan potongan dan siluetnya yang khas ala Anandia Putri yang menggawangi IKYK.
Tak jarang, kemeja menswear yang dipadukan dengan layer juga menjadi pilihan dalam modest fashion, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Rani Hatta dalam karyanya.
Khazanah budaya tradisional Nusantara membawa corak sendiri bagi modest fashion di Indonesia. Beberapa elemen desain baju tradisional seperti baju bodo, ulos, atau kerah bulat untuk pria khas Kepulauan Riau muncul sebagai kreasi modest fashion. Bahkan, material kain tradisional seperti tenun, lurik, dan batik juga menghiasi rupa modest fashion di Indonesia.
Beberapa desainer seperti Danjyo Hiyoji maupun brand Purana menampilkan koleksi serupa dalam Jakarta Fashion Week 2019 lalu. Di media sosial sendiri, tidak sedikit pula unggahan yang mengikuti gerakan #berkain dengan padu padan khas modest fashion. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022