Penderita HIV/AIDS di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, pada tahun ini lebih banyak didominasi oleh kelompok usia pekerja.

"Tentu kami prihatin. Jadi kami berharap, sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS harus terus digencarkan," kata Ketua Komisi D Bidang Kesehatan DPRD Surabaya Khusnul Khotimah di Surabaya, Kamis.

Menurut Khusnul, berdasarkan keterangan Dinas Kesehatan Surabaya pada saat rapat dengar pendapat, diketahui jumlah penderita HIV pada 2022 bertambah sebanyak 355 kasus.

Dengan demikian, total ada 1.026 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di metropolis yang didominasi oleh kelompok usia pekerja.

Naiknya penderita HIV/AIDS ini membuat Komisi D DPRD Surabaya prihatin. Untuk itu, kata dia, pihaknya mendesak agar Pemerintah Kota Surabaya melakukan sejumlah upaya pencegahan yang lebih terukur.

Selain mengencangkan sosialisasi tentang perilaku seksual berisiko, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, serta penyakit menular seksual, lanjut dia, Komisi D juga meminta Dinkes Surabaya untuk lebih proaktif dalam penanganan kepada para penderita agar tak semakin menulari.

"Dinkes juga perlu menjalin kerja sama yang baik dengan OPD (organisasi perangkat daerah) terkait, para perusahaan, dan masyarakat untuk menguatkan informasi ini, mengingat penderita didominasi oleh kelompok usia pekerja atau karyawan," ujar Khusnul.

Legislator PDI Perjuangan ini mengatakan, ada sekitar Rp3 miliar yang dialokasikan oleh dinkes dalam pos penanggulangan penyakit menular dan tidak menular. Anggaran tersebut, salah satunya digunakan untuk mensuplai antiretroviral (ARV).

Khusnul menjelaskan, ARV merupakan obat yang didistribusikan dari pusat untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi.

"Obat ini harus rutin dikonsumsi oleh penderita. Sebab, sebagai salah satu upaya atau treatment bagi mereka yang terjangkit HIV. Karena itu, kami minta yang saat ini sudah terjangkiti itu harus lebih berhati-hati dan disiplin dalam merawat diri," ujar dia.

Mendapati hal itu, Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina tidak memungkiri adanya penambahan kasus HIV/AIDS di Surabaya.

Dia menyebut, penderita tersebar di seluruh Surabaya, namun paling banyak berada di Kecamatan Wonokromo.

Sedangkan kelompok usia rentan terkena HIV/AIDS bergeser dari usia pelajar dan mahasiswa pada 2021 ke kelompok usia pekerja dan karyawan di tahun ini.

Nanik menambahkan, sebagai langkah pencegahan, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait.

"Persoalan kesehatan penyelesaiannya tidak bisa kami sendiri, melainkan dengan menggandeng banyak pihak," ujar dia.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022