Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan, Jawa Timur berupaya menekan kasus kekerdilan pada balita di wilayah itu melalui pola triple helix.

"Triple Helix ini merupakan konsep kolaborasi atau kerja sama antara pemerintah, Universitas dan industri," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Bangkalan Sudiyo di Bangkalan, Jawa Timur, Jumat.

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, Universitas sebagai pusat pengembangan penelitian, dan industri sebagai penyedia kebutuhan layanan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Sudiyo, penyelesaian kasus kekerdilan dengan pola triple helix ini, berdasarkan hasil kajian dan penelitian yang dilakukan oleh sejumlah perguruan tinggi di Jawa Timur. Di antaranya oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dan Politeknik Kesehatan Malang.

Sudiyo menuturkan, Pemkab Bangkalan bekerja sama dengan kedua perguruan tinggi itu dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).

Hasil penelitian badan riset dan kedua perguruan tinggi tersebut merekomendasikan akan pentingnya Pemkab Bangkalan melakukan inovasi dalam menekan kasus kekerdilan melalui pola triple helix.

Kepala Dinkes Bangkalan Sudiyo juga menjelaskan, bahwa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab kekerdilan di Kabupaten Bangkalan karena faktor penyebab langsung dan tidak langsung.

"Yang dimaksud dengan faktor langsung adalah kasus kekerdilan yang terjadi pada balita akibat penyakit infeksi," katanya.

Sedangkan penyebab tidak langsung di antaranya karena tingkat pendapatan, pendidikan, sanitasi lingkungan, sosial budaya pola asuh balita.

Tingkat pendidikan dalam keluarga, terutama ibu, juga berpotensi menjadi penyebab terjadinya kekerdilan pada anak, karena kurangnya pemahaman tentang gizi yang menjadi kebutuhan balita.

"Hasil penelitian ini menjadi acuan bagi kami, sehingga pada akhirnya Pemkab Bangkalan memutuskan saran dan rekomendasi tim dan perguruan tinggi dalam menekan kasus kekerdilan melalui pola triple helix tersebut," katanya, menjelaskan.

Berdasarkan data Dinkes Pemkab Bangkalan, pada tahun 2020 jumlah balita di daerahnya yang terdata mengalami kekerdilan sebanyak 3.240 orang, sedangkan pada 2021 sebanyak 2.314 orang atau menurun sebanyak 926 balita.

Penurunan ini terjadi, berkat program penambahan makanan pada ibu hamil dan menyusui, disamping peningkatan pengawasan oleh petugas melalui pos pelayanan terpadu (posyandu).

"Kami yakin melalui konsep kerja terintegrasi dengan perguruan tinggi dan pelaku industri yang kita sebut triple helix ini nanti, kasus kekerdilan di Bangkalan bisa ditekan maksimal," katanya.

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022