Tiga kementerian, masing-masing Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah berkolaborasi dengan Kementerian Desa PDTT dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melatih pelaku UMKM Situbondo, Jawa Timur, menjadi eksportir skala kecil dengan memanfaatkan media sosial.
Tidak hanya itu, 45 orang pelaku UMKM ini diajari mulai mencari pembeli dan memasarkan produk-produknya dipasarkan ke luar negeri dengan memanfaatkan media sosial. Pelatihan UMKM naik kelas yang dilaksanakan di Desa Wisata Kampung Blekok, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, ini akan berlangsung selama empat hari, mulai Minggu (28/8) hingga Rabu (31/8).
"Jadi, pelatihan eksportir ini dilaksanakan oleh Kemenkop UKM berkolaborasi dengan Kemendes PDTT dan Kemenparekraf. Selama empat hari para peserta mengikuti pelatihan di sini. Dan bagusnya peserta langsung mengikuti praktik menjadi eksportir," ujar panitia pelaksana, Ranti Seta Ayu Pratiwi yang juga pengelola Desa Wisata Kampung Blekok Situbondo.
Menurut Seta, program Pelatihan Eksportir bagi pelaku UMKM ini juga didukung tanggung jawab perusahaan (CSR) PT Paiton Energy dan PT POMI.
"CSR Paiton Energy dan POMI memberdayakan pelaku UMKM dan juga termasuk dalam promosi maupun pemasarannya," kata Seta.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga pada Kementerian Desa PDTT, Syamsul Widodo mengatakan dalam pelatihan eksportir itu mengubah cara pelaku UMKM mengakses pasar, karena selama ini banyak hasil komoditas desa terlihat kurang memiliki daya saing karena para pelaku UMKM tidak memiliki akses pasar.
"Sejak dua tahun terakhir ini Kemendes melatih pelaku UMKM menjadi eksportir berbasis komoditas desa. Ini ide lama dan tidak banyak yang melakukan. Kami sudah melakukan pelatihan semacam ini dan berhasil," katanya.
Menurut Syamsul, pelaku UMKM bisa memanfaatkan teknologi informasi untik bisa menjadi eksportir skala kecil. Karena, kata dia, selama ini menjadi eksportir harus berskala besar.
Seperti perajin bunga hias di Kabupaten Kediri, ia mencontohkan, yang setiap hari hanya mengirim 20 hingga 40 paket bunga hias ke luar negeri, namun memiliki omzet hingga Rp400 juta setiap bulannya.
"Selama ini kalau jadi eksportir harus satu kontainer. Nah, sekarang kami menemukan konsepnya agar pelaku UMKM jadi eksportir tapi dengan skala kecil," katanya.
Dalam pelatihan eksportir itu, dipandu para ahli dan pelaku UMKM yang sudah berhasil menjadi eksportir. Selain dibekali materi, para peserta langsung melakukan praktik menjadi eksportir memanfaatkan teknologi informasi.
Tiap peserta pelatihan eksportir diminta membawa laptop, karena mereka akan langsung praktik bagaimana pelaku UMKM menjadi eksportir dengan tagline UMKM mendunia.
Sementara Bupati Situbondo Karna Suswandi menyampaikan terima kasih pada Kementerian Koperasi dan UKM, Kemendes PDTT dan Kemenparekraf telah memberikan pelatihan eksportir bagi UMKM di Situbondo.
"Harapan kami kepada para pelaku UMKM yang mengikuti pelatihan eksportir benar-benar memanfaatkannya dengan baik. Ini kesempatan baik bagi pelaku UMKM menjadi eksportir skala kecil dengan memanfaatkan teknologi informasi," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Tidak hanya itu, 45 orang pelaku UMKM ini diajari mulai mencari pembeli dan memasarkan produk-produknya dipasarkan ke luar negeri dengan memanfaatkan media sosial. Pelatihan UMKM naik kelas yang dilaksanakan di Desa Wisata Kampung Blekok, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, ini akan berlangsung selama empat hari, mulai Minggu (28/8) hingga Rabu (31/8).
"Jadi, pelatihan eksportir ini dilaksanakan oleh Kemenkop UKM berkolaborasi dengan Kemendes PDTT dan Kemenparekraf. Selama empat hari para peserta mengikuti pelatihan di sini. Dan bagusnya peserta langsung mengikuti praktik menjadi eksportir," ujar panitia pelaksana, Ranti Seta Ayu Pratiwi yang juga pengelola Desa Wisata Kampung Blekok Situbondo.
Menurut Seta, program Pelatihan Eksportir bagi pelaku UMKM ini juga didukung tanggung jawab perusahaan (CSR) PT Paiton Energy dan PT POMI.
"CSR Paiton Energy dan POMI memberdayakan pelaku UMKM dan juga termasuk dalam promosi maupun pemasarannya," kata Seta.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga pada Kementerian Desa PDTT, Syamsul Widodo mengatakan dalam pelatihan eksportir itu mengubah cara pelaku UMKM mengakses pasar, karena selama ini banyak hasil komoditas desa terlihat kurang memiliki daya saing karena para pelaku UMKM tidak memiliki akses pasar.
"Sejak dua tahun terakhir ini Kemendes melatih pelaku UMKM menjadi eksportir berbasis komoditas desa. Ini ide lama dan tidak banyak yang melakukan. Kami sudah melakukan pelatihan semacam ini dan berhasil," katanya.
Menurut Syamsul, pelaku UMKM bisa memanfaatkan teknologi informasi untik bisa menjadi eksportir skala kecil. Karena, kata dia, selama ini menjadi eksportir harus berskala besar.
Seperti perajin bunga hias di Kabupaten Kediri, ia mencontohkan, yang setiap hari hanya mengirim 20 hingga 40 paket bunga hias ke luar negeri, namun memiliki omzet hingga Rp400 juta setiap bulannya.
"Selama ini kalau jadi eksportir harus satu kontainer. Nah, sekarang kami menemukan konsepnya agar pelaku UMKM jadi eksportir tapi dengan skala kecil," katanya.
Dalam pelatihan eksportir itu, dipandu para ahli dan pelaku UMKM yang sudah berhasil menjadi eksportir. Selain dibekali materi, para peserta langsung melakukan praktik menjadi eksportir memanfaatkan teknologi informasi.
Tiap peserta pelatihan eksportir diminta membawa laptop, karena mereka akan langsung praktik bagaimana pelaku UMKM menjadi eksportir dengan tagline UMKM mendunia.
Sementara Bupati Situbondo Karna Suswandi menyampaikan terima kasih pada Kementerian Koperasi dan UKM, Kemendes PDTT dan Kemenparekraf telah memberikan pelatihan eksportir bagi UMKM di Situbondo.
"Harapan kami kepada para pelaku UMKM yang mengikuti pelatihan eksportir benar-benar memanfaatkannya dengan baik. Ini kesempatan baik bagi pelaku UMKM menjadi eksportir skala kecil dengan memanfaatkan teknologi informasi," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022