Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mencatat sebanyak 294 sekolah mulai mengimplementasikan Kurikulum Merdeka meski dalam praktiknya masih memadukan antara Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Situbondo Siti Aisyah menyatakan sudah ada beberapa sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka secara komprehensif sejak diluncurkannya Kurikulum Merdeka oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim pada awal tahun 2022.

"Di Situbondo sudah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak beberapa bulan yang lalu, mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP dan SMA," kata Aisyah di Situbondo, Jumat.

Ia menyebutkan ada sebanyak 294 sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka, mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP dan SMA. Sebagian menerapkan secara komprehensif sebagian masih ada yang memadukan antara Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013.

"Ada 294 sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka, yaitu 16 PAUD, 189 SD, 39 SMP, 13 SMA 32 SMK, 3 SLB, 1 SKB, dan 1 PKBM," paparnya.

Sementara Bupati Situbondo Karna Suswandi menyambut baik implementasi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Situbondo, yang merupakan terobosan baru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"Tentu kami bangga beberapa sekolah di Situbondo bisa menerapkan Kurikulum Merdeka," katanya.

Menurut Bupati Karna, Kurikulum Merdeka ini lebih menarik, karena guru sifatnya mengarahkan siswa sesuai dengan kemampuan, untuk mengasah dan mengembangkan kreativitas peserta didik.

"Kami optimistis melalui Kurikulum Merdeka ini, siswa akan mampu mengembangkan kreativitas-nya," ujar Bung Karna, sapaan bupati.
Pelaksana Tugas Direktur SMA Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Winner Jihad Akbar saat kunjungan kerja di Situbondo, Rabu (27/7/2022) (ANTARA/Novi H)


Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur SMA Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Winner Jihad Akbar memaparkan keunggulan Kurikulum Merdeka saat kunjungan kerja Implementasi Kurikulum Merdeka secara Mandiri dan Audiensi jenjang TK, SD, SMP, dan SMA, di Pendopo Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Rabu (27/7).

"Ada beberapa keunggulan dalam Kurikulum Merdeka, yakni kurikulum ini lebih sederhana dan mendalam. Dulu, kita belajar di Kurikulum 2013 ada kompetensi inti, kompetensi dasar, sehingga setelah dilaksanakan evaluasi, para guru banyak mengejar untuk menyampaikan kompetensi tiga dasar itu, sehingga kurang interaksi dengan anak didik, dan hanya mengejar target kurikulumnya," katanya.

Oleh karena itu, kurikulum yang baru ini dilakukan penyederhanaan atau jadi lebih sedikit yang diberikan, namun lebih dalam, serta lebih bisa berinteraksi dengan siswa. Karena, tujuannya visi semua kebijakan merdeka belajar Kemendikbudristek adalah tujuannya untuk siswa.

Menurut dia, Kemendikbudristek menginginkan semua pembelajaran di sekolah kepada siswa benar-benar terjalin dengan baik, bisa berinteraksi berpusat pada murid dan bagaimana meningkatkan literasi, numerasi dan juga karakter untuk menjadi profil pelajar Pancasila.

"Itu yang diinginkan. Jadi, tidak hanya sekadar ganti kurikulum, ganti nama, ganti administratif, tapi yang diinginkan transformasi pembelajaran di sekolah itu. Hubungan antara murid dan guru juga berubah. Yang sebelumnya bersekolah tapi nyatanya tidak belajar. Guru mengajarnya berkurang tapi belajar-nya murid lebih banyak," katanya.

Kata Akbar (sapaannya), berbeda dengan sebelum ada kurikulum baru, yakni guru adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan dulu tiap pengetahuan semua sumbernya adalah guru.

"Sehingga guru menyampaikan ilmu pengetahuannya dengan mengajar. Tapi, sekarang informasi atau bahan ajar itu bisa dari mana saja, bisa googling di internet," ujarnya.

Dengan adanya bahan ajar yang bisa diperoleh dari mana saja, fungsi guru berubah bukan hanya mengajar memberikan satu satunya sumber ilmu pengetahuan, tapi memfasilitasi dan mengarahkan serta memberi inspirasi kepada anak didik dalam belajar.

"Jadi, guru mengarahkan. Misal sumber ini kurang akurat ada hoaks dan menyesatkan, sehingga bisa belajar bersama, itu yang diinginkan peran guru saat ini," katanya.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022