Tim gabungan di Pamekasan, Jawa Timur, Rabu, melakukan penyemprotan disinfektan di Pasar Sapi Keppo guna mencegah penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
Tim gabungan terdiri dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perkebunan (DKPPP), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan unsur TNI-Polri.
"Penyemprotan disinfektan ini kami lakukan setelah BPBD Pamekasan menerima bantuan disinfektan dari BPBD Provinsi Jawa Timur," kata Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pamekasan Budi Cahyono.
Penyemprotan disinfektan di pasar sapi terbesar di Pamekasan ini menyasar semua sudut pasar, termasuk kios dan lapak pedagang kaki lima di pasar itu.
Selain di Pasar Sapi Keppo, penyemprotan disinfektan juga digelar di rumah potong hewan (RPH) Pamekasan.
Menurut Budi, penyemprotan disinfektan di pasar hewan dan RPH itu tergolong lambat, karena persediaan disinfektan menipis.
"Yang kami utamakan sebelum ini adalah ke kandang sapi milik warga. Saat ini kamu sudah menerima bantuan disinfektan, sehingga penyemprotan disinfektan ke pasar sapi langsung kami lakukan," katanya.
Berdasarkan rilis masing-masing pemkab di Pulau Madura, Kabupaten Pamekasan termasuk kabupaten dengan jumlah kasus PMK paling banyak di Pulau Garam itu.
Jumlah sapi yang dilaporkan sakit bergejala seperti terserang wabah PMK di Kabupaten ini sebanyak sebanyak 5.207 ekor, lalu sebanyak 5.157 ekor di Kabupaten Bangkalan, sedangkan di Kabupaten Sampang sebanyak 4.630 ekor dan di Kabupaten Sumenep sebanyak 3.743 ekor sapi.
Wabah PMK pertama kali diketahui menyerang sapi milik warga di Kabupaten Bangkalan, berdasarkan hasil uji laboratorium pada sapi-sapi yang hendak dikirim ke luar Pulau Madura di karantina hewan Badan Karantina Pertanian di Kabupaten Bangkalan.
Hasil pelacakan petugas Dinas Peternakan Pemkab Bangkalan kala itu menyebutkan, sapi yang positif terserang wabah PMK itu ternyata yang dibeli dari pasar sapi Keppo di Pamekasan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Tim gabungan terdiri dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perkebunan (DKPPP), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan unsur TNI-Polri.
"Penyemprotan disinfektan ini kami lakukan setelah BPBD Pamekasan menerima bantuan disinfektan dari BPBD Provinsi Jawa Timur," kata Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pamekasan Budi Cahyono.
Penyemprotan disinfektan di pasar sapi terbesar di Pamekasan ini menyasar semua sudut pasar, termasuk kios dan lapak pedagang kaki lima di pasar itu.
Selain di Pasar Sapi Keppo, penyemprotan disinfektan juga digelar di rumah potong hewan (RPH) Pamekasan.
Menurut Budi, penyemprotan disinfektan di pasar hewan dan RPH itu tergolong lambat, karena persediaan disinfektan menipis.
"Yang kami utamakan sebelum ini adalah ke kandang sapi milik warga. Saat ini kamu sudah menerima bantuan disinfektan, sehingga penyemprotan disinfektan ke pasar sapi langsung kami lakukan," katanya.
Berdasarkan rilis masing-masing pemkab di Pulau Madura, Kabupaten Pamekasan termasuk kabupaten dengan jumlah kasus PMK paling banyak di Pulau Garam itu.
Jumlah sapi yang dilaporkan sakit bergejala seperti terserang wabah PMK di Kabupaten ini sebanyak sebanyak 5.207 ekor, lalu sebanyak 5.157 ekor di Kabupaten Bangkalan, sedangkan di Kabupaten Sampang sebanyak 4.630 ekor dan di Kabupaten Sumenep sebanyak 3.743 ekor sapi.
Wabah PMK pertama kali diketahui menyerang sapi milik warga di Kabupaten Bangkalan, berdasarkan hasil uji laboratorium pada sapi-sapi yang hendak dikirim ke luar Pulau Madura di karantina hewan Badan Karantina Pertanian di Kabupaten Bangkalan.
Hasil pelacakan petugas Dinas Peternakan Pemkab Bangkalan kala itu menyebutkan, sapi yang positif terserang wabah PMK itu ternyata yang dibeli dari pasar sapi Keppo di Pamekasan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022