Menyayangi satwa liar bisa dilakukan dengan tidak merampas haknya untuk hidup nyaman di habitatnya sendiri, membiarkannya hidup di alam bebas dan tidak mengurungnya sebagai peliharaan, kata aktivis pembela kesejahteraan hewan Doni Herdaru.

"Setiap hewan punya fungsi masing-masing dengan menjaga keseimbangan alam," kata Doni yang juga pendiri yayasan Animal Defenders Indonesia dalam bincang-bincang di Jakarta, Rabu.

Dengan merenggut mereka, apalagi satwa yang dilindungi, dari habitat dan memeliharanya di rumah, maka dampak negatif tak cuma dirasakan oleh satwa liar yang bersangkutan, tetapi juga alam semesta yang pada akhirnya bakal berpengaruh terhadap kehidupan manusia.

Sebagai contoh, kata dia, siamang di habitatnya di hutan punya peran meregenerasikan hutan dengan memencarkan biji-bijian. Ia mengajak masyarakat dari segala kalangan untuk berhenti memelihara satwa liar yang lebih cocok berada di alam bebas.

Baca juga: Polisi tangkap perajin di Jember gunakan bahan satwa liar dilindungi

"Jangan sampai merasa hebat dan keren kalau memelihara hewan yang tidak dipunyai orang lain," ujar dia.

Memelihara satwa liar di tempat yang bukan habitat aslinya memiliki risiko berbahaya bila ada yang memicu insting ganas dan pada akhirnya membahayakan orang di sekitar. Jika hal terburuk terjadi, pada akhirnya yang akan jadi korban adalah satwa tersebut.

"Kalau ada kejadian enggak enak, ada insiden hewan menyerang pemilik, yang ditembak pasti binatangnya," kata dia.

Aktris dan aktivis pembela hak hidup dan kesejahteraan hewan Davina Veronica menambahkan, satwa liar memang seharusnya berada di alam bebas karena memiliki peran penting dalam keseimbangan bumi. Membiarkan satwa-satwa liar pada fitrahnya adalah pilihan terbaik untuk semua pihak.

"Pada akhirnya manusia yang akan menikmati manfaat keseimbangan bumi," tegas pendiri yayasan Natha Satwa Nusantara itu(*)

Pewarta: Nanien Yuniar

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022