Akademisi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Riska Rian Fauziah, Ph.D., memaparkan beberapa tips tentang cara aman mengonsumsi daging kurban di tengah maraknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah.

"Mengonsumsi daging dan susu sapi di tengah mewabahnya PMK itu aman, meskipun dari ternak yang terinfeksi PMK selama proses memasaknya sudah benar," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat.

Ia mengatakan pada umumnya masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim melaksanakan ibadah kurban dengan menyembelih sapi, kambing atau domba pada Hari raya Idul Adha.

"Tahun ini, euforia kurban tidak akan sesemarak tahun-tahun sebelumnya karena merebaknya wabah PMK yang terjadi saat ini dan penyakit yang menyerang hewan berkaki belah itu saat ini cukup viral," tuturnya.

Berdasarkan Badan Kesehatan Hewan Dunia, PMK atau Foot and Mouth Disease (FMD) adalah penyakit yang meyerang hewan berkaki belah seperti sapi, kambing, domba, kerbau, dan babi yang disebabkan oleh Apthovirus, yang merupakan virus RNA.

Penyakit itu utamanya akan menyebabkan luka pada bagian mulut dan kuku ternak, sehingga virus tersebut juga bisa bertahan di dalam kelanjar getah bening, tulang, kelenjar susu, dan organ visceral pada ternak yang terinfeksi.

PMK bisa menular sangat cepat antar ternak, bisa melalui kontak langsung ataupun ditularkan melalui udara. Meskipun penyakit itu mudah menular antarternak, namun sampai saat ini tidak ada laporan yang menyebutkan bahwa PMK bisa menular pada manusia karena bukanlah zoonosis atau penyakit yang bisa ditularkan dari hewan kepada manusia.

"Aphtovirus itu akan mati pada suhu 70 derajat celcius. Apabila membeli daging atau mendapat pembagian daging kurban, sebaiknya daging langsung direbus tanpa dicuci dulu hingga mendidih selama 15 menit (pre-heating) dan plastik/pembungkus disiram dengan detergen terlebih dahulu sebelum dibuang," katanya.

Riska menjelaskan, daging yang telah dilakukan pre-heating bisa dicuci dan diolah sesuai selera. Jika ternak yang disembelih terinfeksi PMK sebaiknya bagian kaki dan mulut (cingur) tidak dikonsumsi, sebelum dibuang dibakar terlebih dahulu agar virusnya mati dan tidak menyebar ke lingkungan.

"Sebenarnya yang lebih mengkhawatirkan saat perhelatan ibadah kurban di tengah wabah PMK itu adalah penyebaran virus PMK yang semakin massif," ucap pakar daging FTP Unej itu.

Anggota Kelompok Riset Pangan ASUH itu mengatakan panitia kurban perlu memastikan hewan yang akan disembelih sehat Meskipun secara penampakan ternak tersebut terlihat sehat, belum tentu bebas PMK.

"Hal itu karena masa inkubasi virus PMK adalah 1-14 hari, sehingga panitia kurban perlu memperhatikan sanitasi hygiene yang benar untuk mengurangi risiko penyebaran PMK," ucap pengajar Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (THP) Unej itu.

Panitia perlu memilah orang yang menangani daging dan yang menangani jeroan. Orang yang menangani jeroan tidak boleh kontak lagi dengan daging dan jeroan sebaiknya direbus terlebih dahulu sebelum dibagikan.

"Peralatan yang digunakan dalam proses penyembelihan dilakukan pembersihan dengan desinfektan atau detergen. Limbah dari penyembelihan sebaiknya tidak langsung dibuang ke lingkungan, tetapi dibakar terlebih dahulu atau dikubur," ujarnya.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022