Limbah organik eco enzym hasil olahan rumah tangga di Desa Sumberwaru, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jatim, bermanfaat menjadi bahan disinfektan bagi sapi yang terancam wabah penyakit kuku dan mulut (PMK).
Relawan Eco Enzym Indonesia (REEI) Kabupaten Gresik Tatik Erawati pada Selasa, mengatakan limbah organik yang diberi nama eco enzym itu dibuat untuk mengurangi sampah rumah tangga karena bahan-bahannya berasal dari sisa bahan pangan atau makan rumah tangga.
"Seperti kulit mangga, pisang, kulit pepaya, dan sebagainya," kata Tatik.
Bahan-bahan itu, kata Tatik, kemudian difermentasi dalam bak plastik berpenutup rapat dengan campuran air dan gula merah paling sedikit selama 90 hari.
Penyimpanan harus diletakkan di tempat yang bersih dan teduh. Disarankan sebelah wadah diletakkan tanaman lidah mertua untuk menetralisasi gas metana
"Jadi, komposisinya sisa buah dan sayuran 3 kilogram, gula merah atau molases 1 kilogram, dan air 10 liter, ditutup rapat agar tidak ada udara yang masuk," kata Tatik.
Dikatakannya, bahan limbah rumah tangga yang dipakai untuk membuat eco enzym harus dalam keadaan segar dan tidak busuk.
"Disarankan lima jenis limbah organik dalam satu kali produksi," katanya, menambahkan.
Manfaat dari eco enzym ini banyak sekali, antara lain untuk detoksifikasi, cuci baju, obat luka, menghilangkan bau toilet, dapur dan garasi.
Saat pemakaian, cairan eco enzym dilarutkan dalam air. Komposisinya satu botol air dalam tempat penyemprotan ditetesi satu tutup atau dua tutup botol eco enzym.
"Bisa juga untuk pencegahan penyakit ternak seperti PMK dan membantu penyembuhan," urai Tatik.
Senior Staff General Affairs PT Smelting Rachmayani mengatakan pihaknya mendukung REEI melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam membuat limbah tersebut.
Dukungan yang diberikan PT Smelting, bentuknya dengan pemberian peralatan yang dibutuhkan untuk produksi. Hal ini sejalan dengan visi perusahaan dalam pelestarian lingkungan.
"Smelting mendukung upaya yang dilakukan REEI, selain karena eco enzym punya manfaat yang luar biasa, pengguna limbah rumah tangga juga bisa mengurangi penumpukan sampah di TPA," kata Rachmayani.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Relawan Eco Enzym Indonesia (REEI) Kabupaten Gresik Tatik Erawati pada Selasa, mengatakan limbah organik yang diberi nama eco enzym itu dibuat untuk mengurangi sampah rumah tangga karena bahan-bahannya berasal dari sisa bahan pangan atau makan rumah tangga.
"Seperti kulit mangga, pisang, kulit pepaya, dan sebagainya," kata Tatik.
Bahan-bahan itu, kata Tatik, kemudian difermentasi dalam bak plastik berpenutup rapat dengan campuran air dan gula merah paling sedikit selama 90 hari.
Penyimpanan harus diletakkan di tempat yang bersih dan teduh. Disarankan sebelah wadah diletakkan tanaman lidah mertua untuk menetralisasi gas metana
"Jadi, komposisinya sisa buah dan sayuran 3 kilogram, gula merah atau molases 1 kilogram, dan air 10 liter, ditutup rapat agar tidak ada udara yang masuk," kata Tatik.
Dikatakannya, bahan limbah rumah tangga yang dipakai untuk membuat eco enzym harus dalam keadaan segar dan tidak busuk.
"Disarankan lima jenis limbah organik dalam satu kali produksi," katanya, menambahkan.
Manfaat dari eco enzym ini banyak sekali, antara lain untuk detoksifikasi, cuci baju, obat luka, menghilangkan bau toilet, dapur dan garasi.
Saat pemakaian, cairan eco enzym dilarutkan dalam air. Komposisinya satu botol air dalam tempat penyemprotan ditetesi satu tutup atau dua tutup botol eco enzym.
"Bisa juga untuk pencegahan penyakit ternak seperti PMK dan membantu penyembuhan," urai Tatik.
Senior Staff General Affairs PT Smelting Rachmayani mengatakan pihaknya mendukung REEI melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam membuat limbah tersebut.
Dukungan yang diberikan PT Smelting, bentuknya dengan pemberian peralatan yang dibutuhkan untuk produksi. Hal ini sejalan dengan visi perusahaan dalam pelestarian lingkungan.
"Smelting mendukung upaya yang dilakukan REEI, selain karena eco enzym punya manfaat yang luar biasa, pengguna limbah rumah tangga juga bisa mengurangi penumpukan sampah di TPA," kata Rachmayani.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022