Pasar sapi di Pamekasan, Jawa Timur, sepi dalam dua pekan terakhir ini terdampak wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang sapi sebagian peternak di wilayah itu.
Suasana sepi salah satunya tampak di Pasar Sapi Keppo, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan, yang terletak sekitar 10 kilometer ke arah timur pusa kota.
Berdasarkan pantauan ANTARA, Selasa, tidak satu pun ternak sapi di pasar itu, baik dari pedagang maupun peternak.
"Sudah sejak dua pekan lalu sepi," kata petugas keamanan pasar dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pamekasan Hairul.
Tidak hanya di Pasar Sapi Keppo, sejumlah pasar hewan, seperti Pasar 17 Agustus di Kelurahan Bugih, Pamekasan, juga terpantau sepi.
Di pasar ini, penjualan hewan hanya jenis burung. Padahal, biasanya juga sapi dan kambing. Demikian pula di Pasar Hewan Blumbungan di Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, Pamekasan.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan (DKPPP) Pamekasan Ajib Abdullah, pasar hewan itu sepi karena warga dan pedagang khawatir untuk membeli sapi.
"Kalau di sini kan tidak ada kebijakan menutup pasar. Pasar-pasar itu sepi karena pedagang dan peternak takut untuk membeli hewan. Secara otomatis peternak yang hendak menjual hewan juga tidak bisa karena pembelinya tidak ada," katanya ketika dihubungi per telepon.
Ajib menjelaskan bahwa pihaknya memang meminta para peternak menahan diri terlebih dahulu untuk membeli sapi di pasaran. Apalagi, sapi yang dijual di pasaran itu belum diketahui asalnya.
"'Kan ada sapi yang dikirim dari Jawa. Jadi, meski di sini aman dari PMK, sapi yang berasal dari luar Madura ini, misalnya tertular PMK, secara otomatis akan menular ke sapi-sapi lain," katanya, menjelaskan.
Sapi sakit bergejala seperti terserang wabah PMK pertama kali diketahui terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Kadur, Pamekasan dan di Kecamatan Larangan.
Namun, dalam perkembangannya menyebar di hampir semua kecamatan, bahkan di Kecamatan Proppo, Pamekasan sudah ada sapi yang positif terpapar PMK berdasarkan hasil uji laboratorium Balai Besar Veteriner Yogyakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Suasana sepi salah satunya tampak di Pasar Sapi Keppo, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan, yang terletak sekitar 10 kilometer ke arah timur pusa kota.
Berdasarkan pantauan ANTARA, Selasa, tidak satu pun ternak sapi di pasar itu, baik dari pedagang maupun peternak.
"Sudah sejak dua pekan lalu sepi," kata petugas keamanan pasar dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pamekasan Hairul.
Tidak hanya di Pasar Sapi Keppo, sejumlah pasar hewan, seperti Pasar 17 Agustus di Kelurahan Bugih, Pamekasan, juga terpantau sepi.
Di pasar ini, penjualan hewan hanya jenis burung. Padahal, biasanya juga sapi dan kambing. Demikian pula di Pasar Hewan Blumbungan di Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, Pamekasan.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan (DKPPP) Pamekasan Ajib Abdullah, pasar hewan itu sepi karena warga dan pedagang khawatir untuk membeli sapi.
"Kalau di sini kan tidak ada kebijakan menutup pasar. Pasar-pasar itu sepi karena pedagang dan peternak takut untuk membeli hewan. Secara otomatis peternak yang hendak menjual hewan juga tidak bisa karena pembelinya tidak ada," katanya ketika dihubungi per telepon.
Ajib menjelaskan bahwa pihaknya memang meminta para peternak menahan diri terlebih dahulu untuk membeli sapi di pasaran. Apalagi, sapi yang dijual di pasaran itu belum diketahui asalnya.
"'Kan ada sapi yang dikirim dari Jawa. Jadi, meski di sini aman dari PMK, sapi yang berasal dari luar Madura ini, misalnya tertular PMK, secara otomatis akan menular ke sapi-sapi lain," katanya, menjelaskan.
Sapi sakit bergejala seperti terserang wabah PMK pertama kali diketahui terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Kadur, Pamekasan dan di Kecamatan Larangan.
Namun, dalam perkembangannya menyebar di hampir semua kecamatan, bahkan di Kecamatan Proppo, Pamekasan sudah ada sapi yang positif terpapar PMK berdasarkan hasil uji laboratorium Balai Besar Veteriner Yogyakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022