Kiev diguncang beberapa ledakan pada Minggu pagi, kata Wali Kota Vitali Klitschko.

"Sejumlah ledakan (terjadi) di distrik Darnytskyi dan Dniprovskyi di ibu kota," kata Klitschko di aplikasi pengiriman pesan Telegram.

"Petugas sedang bekerja di lokasi. Informasi lebih terperinci - nanti."

Seorang saksi mata mengatakan dia melihat asap di kota itu setelah ledakan.

Peristiwa itu terjadi sehari setelah Ukraina mengatakan tentaranya berhasil merebut zona-zona pertempuran di kota Sievierodonetsk dalam serangan balasan terhadap pasukan Rusia.

Klaim Ukraina itu tidak bisa diverifikasi secara independen. Moskow mengatakan pasukannya di sana meraih kemenangan.

Wali Kota Sievierodonetsk Oleksandr Stryuk mengatakan pertempuran di jalan terus berlangsung sepanjang Sabtu, ketika dua pihak saling melancarkan serangan artileri.

"Situasinya tegang, rumit," kata Stryuk kepada stasiun TV nasional, seraya menyebut adanya kelangkaan makanan, bahan bakar dan obat-obatan.

"Militer kami sedang melakukan apa pun yang mereka bisa untuk menghalau musuh keluar dari kota."

Rusia telah memusatkan pasukannya di Sievierodonetsk dalam beberapa pekan terakhir. Pertempuran di sana menjadi salah satu yang terbesar selama perang tersebut.

Moskow tampaknya mempertaruhkan aksi militernya di Ukraina dengan berusaha merebut salah satu dari dua provinsi di wilayah barat.

Kedua pihak mengeklaim telah menimbulkan banyak korban di pihak musuh dalam pertempuran.

Pakar-pakar militer mengatakan pertempuran itu dapat menentukan pihak mana yang memperoleh momentum untuk perang berkepanjangan dalam beberapa bulan mendatang.

Di bidang diplomatik, Kiev mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan bahwa tidak "mempermalukan" Moskow adalah hal yang penting.

"Kita jangan mempermalukan Rusia sehingga suatu hari ketika pertempuran berakhir kita dapat menciptakan jalan keluar melalui cara-cara diplomatik," kata Macron dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu.

Dia menambahkan bahwa dirinya "yakin peran Prancis adalah menjadi kekuatan penengah."

Menanggapi pernyataan Macron, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menulis di Twitter: "Seruan untuk tidak mempermalukan Rusia hanya mempermalukan Prancis dan setiap negara lain yang menyerukannya."

"Karena Rusia sendirilah yang mempermalukan dirinya sendiri. Kita semua sebaiknya fokus pada bagaimana menaruh Rusia di tempatnya. Itulah yang akan membawa perdamaian dan menyelamatkan nyawa."

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menulis: "Konsekuensi mengerikan dari perang ini bisa dihentikan kapan saja jika seseorang di Moskow memberi perintah," kata dia, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Dan fakta bahwa belum ada perintah semacam itu jelas merupakan penghinaan bagi seluruh dunia."

Putin akan membahas perang tersebut dalam wawancara yang akan disiarkan secara nasional pada Minggu.

Dalam cuplikan wawancara itu pada Sabtu dia mengatakan pasukan anti pesawat Rusia telah menembak jatuh puluhan jet tempur Ukraian dan "meremukkan mereka seperti kacang". (*)
 

Pewarta: Anton Santoso

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022