PT Pelindo Terminal Petikemas atau SPTP mulai melakukan pemindahan sejumlah peralatan bongkar muat peti kemas dari satu terminal ke terminal lainnya untuk meningkatkan produktivitas melalui optimalisasi aset peralatan bongkar muat yang tersebar di seluruh terminal.
Corporate Secretary SPTP, Widyaswendra di Surabaya, Selasa, mengatakan optimalisasi aset menjadi program unggulan perseroan pascamerger dan menjadi salah satu langkah yang ditempuh SPTP untuk mendukung kinerja bongkar muat terminal peti kemas di terminal yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi.
Selain itu, optimalisasi aset menjadi cara perseroan untuk dapat merencanakan kebutuhan investasi sesuai kebutuhan agar lebih maksimal.
"Pemindahan peralatan juga menjadi upaya utilisasi peralatan bongkar muat, yang tentunya diselaraskan dengan infrastruktur dan tren ukuran kapal dan arus peti kemas yang terus meningkat," kata Widyaswendra, dalam siaran persnya.
Widyaswendra menyebut pemindahan peralatan bongkar muat yang saat ini sedang berjalan meliputi dua unit Rubber Tyred Gantry Crane/RTG (alat bongkar muat peti kemas di lapangan penumpukan) dari TPK MNP, Makassar ke PT Kaltim Kariangau Terminal.
Selanjutnya satu unit Quay Container Crane/QCC (alat bongkar muat peti kemas di dermaga) dari Pelabuhan Ternate ke PT Kaltim Kariangau Terminal.
Pemindahan lainnya adalah 2 unit QCC dari PT Jakarta International Container Terminal (JICT) ke TPK MNP, Makassar.
"Tidak hanya pada peralatan jenis RTG dan QCC, optimalisasi aset juga terhadap peralatan lainnya, dengan dukungan peralatan yang baik diharapkan mampu meningkatkan kinerja bongkar muat peti kemas yang berdampak pada berkurangnya waktu sandar kapal di terminal atau port stay, sehingga kapal dapat segera berlayar kembali yang akan berdampak pada berkurangnya biaya," kata Widyaswendra.
Sementara itu, sejumlah upaya perbaikan terminal peti kemas oleh PT Pelindo Terminal Petikemas juga sudah mulai dirasakan oleh para pengguna jasa.
Kepala PT Tanto Intim Line Cabang Ambon Vence Pattiwael mengatakan, peningkatan kinerja operasional di TPK Ambon mengalami perbaikan yang cukup signifikan.
Pihaknya mengaku saat ini waktu bongkar muat satu kapal dengan muatan 600 peti kemas dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih 36 jam.
"Kami pernah mengalami bongkar muat 200 peti kemas sampai memakan waktu lebih dari 3 hari, dengan sistem yang ada sekarang tentu lebih cepat dan yang terpenting untuk layanan administrasi sudah dapat diakses dengan telepon, tidak perlu antre," katanya.
Hal senada disampaikan Kepala PT Meratus Line Cabang Makassar, Steven Kristanto yang menyebut layanan pengaduan pelanggan di TPK Makassar saat ini lebih baik dari sebelumnya.
Menurutnya, TPK Makassar lebih tanggap dalam menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan oleh para shipping line. Hal itu juga berdampak pada kepercayaan pelanggan terhadap layanan pengiriman barang yang dilakukan oleh Meratus Line.
"Kegiatan bongkar muat di TPK Makassar saat ini juga semakin cepat, rata-rata bisa mencapai 50 box petikemas per jam," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Corporate Secretary SPTP, Widyaswendra di Surabaya, Selasa, mengatakan optimalisasi aset menjadi program unggulan perseroan pascamerger dan menjadi salah satu langkah yang ditempuh SPTP untuk mendukung kinerja bongkar muat terminal peti kemas di terminal yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi.
Selain itu, optimalisasi aset menjadi cara perseroan untuk dapat merencanakan kebutuhan investasi sesuai kebutuhan agar lebih maksimal.
"Pemindahan peralatan juga menjadi upaya utilisasi peralatan bongkar muat, yang tentunya diselaraskan dengan infrastruktur dan tren ukuran kapal dan arus peti kemas yang terus meningkat," kata Widyaswendra, dalam siaran persnya.
Widyaswendra menyebut pemindahan peralatan bongkar muat yang saat ini sedang berjalan meliputi dua unit Rubber Tyred Gantry Crane/RTG (alat bongkar muat peti kemas di lapangan penumpukan) dari TPK MNP, Makassar ke PT Kaltim Kariangau Terminal.
Selanjutnya satu unit Quay Container Crane/QCC (alat bongkar muat peti kemas di dermaga) dari Pelabuhan Ternate ke PT Kaltim Kariangau Terminal.
Pemindahan lainnya adalah 2 unit QCC dari PT Jakarta International Container Terminal (JICT) ke TPK MNP, Makassar.
"Tidak hanya pada peralatan jenis RTG dan QCC, optimalisasi aset juga terhadap peralatan lainnya, dengan dukungan peralatan yang baik diharapkan mampu meningkatkan kinerja bongkar muat peti kemas yang berdampak pada berkurangnya waktu sandar kapal di terminal atau port stay, sehingga kapal dapat segera berlayar kembali yang akan berdampak pada berkurangnya biaya," kata Widyaswendra.
Sementara itu, sejumlah upaya perbaikan terminal peti kemas oleh PT Pelindo Terminal Petikemas juga sudah mulai dirasakan oleh para pengguna jasa.
Kepala PT Tanto Intim Line Cabang Ambon Vence Pattiwael mengatakan, peningkatan kinerja operasional di TPK Ambon mengalami perbaikan yang cukup signifikan.
Pihaknya mengaku saat ini waktu bongkar muat satu kapal dengan muatan 600 peti kemas dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih 36 jam.
"Kami pernah mengalami bongkar muat 200 peti kemas sampai memakan waktu lebih dari 3 hari, dengan sistem yang ada sekarang tentu lebih cepat dan yang terpenting untuk layanan administrasi sudah dapat diakses dengan telepon, tidak perlu antre," katanya.
Hal senada disampaikan Kepala PT Meratus Line Cabang Makassar, Steven Kristanto yang menyebut layanan pengaduan pelanggan di TPK Makassar saat ini lebih baik dari sebelumnya.
Menurutnya, TPK Makassar lebih tanggap dalam menindaklanjuti pengaduan yang disampaikan oleh para shipping line. Hal itu juga berdampak pada kepercayaan pelanggan terhadap layanan pengiriman barang yang dilakukan oleh Meratus Line.
"Kegiatan bongkar muat di TPK Makassar saat ini juga semakin cepat, rata-rata bisa mencapai 50 box petikemas per jam," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022