Pelayanan konsultasi keluarga atau dikenal Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang berada di lantai 2 Gedung Siola, Kota Surabaya, Jawa Timur memberikan pendampingan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).

Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Surabaya Rini Indriyani mengatakan, Puspaga saat ini bukan hanya melayani konsultasi untuk keluarga yang bermasalah atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), tetapi juga menerima konsultasi orang tua yang mempunyai anak-anak ABK juga disabilitas.

"Di Puspaga itu ada beberapa konseling, ada ruang khusus ABK dan ada juga pendampingan untuk anak dan orang tuanya juga," kata Rini saat memperingati Hari Kesadaran Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day (WAAD) dan Hari Kartini di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, setiap orang tua khususnya seorang ibu harus bisa memahami karakteristik dan kepribadian anak. Jika tidak mendalami dan mempelajari lebih dalam karakteristik ABK, maka akan sangat sulit berkembang. 

Selain itu, lanjut dia, peran lingkungan keluarga untuk  mensupport ABK itu sangat penting. Menurut Rini, penguatan keluarga dalam menerima ABK itu sangat membantu perkembangan anak di masa depan. 

Rini mengatakan, seorang ABK juga membutuhkan sosialisasi dan berinteraksi dengan dunia luar. Oleh karena itu, dia mengimbau kepada orang tua untuk tidak malu ketika mempunyai anak istimewa ini. 

"Apapun kondisinya harus pelan-pelan, karena kan itu (merawat anak ABK) membutuhkan ketelatenan luar biasa. Oleh karena itu, saya salut dengan mama-mama yang sangat tulus dalam merawat anak-anak istimewa ini," kata Rini.

Untuk itu, Rini mengingatkan kepada seluruh orang tua yang memiliki anak, untuk tidak lupa melakukan deteksi dini ketika mengetahui ada ciri-ciri ABK pada anaknya. 

"Ayo bahu membahu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini ABK. Terus semangat untuk semua ibu di Surabaya meskipun diberi anak dengan kondisi berbeda dan istimewa ini," katanya.

Guru Besar Guru Besar Bidang Pendidikan Inklusi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Dr. Budiyanto, M.Pd sebelumnya dalam talkshow yang digelar Puspaga pada Selasa (19/4) mengatakan,  probabilita mempunyai anak autis dengan anak normal itu hampir sama. 

Oleh karena itu, lanjut Budiyanto, setiap orang tua khususnya seorang ibu harus bisa memahami karakteristik dan kepribadian anak. Jika tidak mendalami dan mempelajari lebih dalam karakteristik ABK, maka akan sangat sulit berkembang. 

"Anak autis ini kan ada dua karakteristiknya, ada yang tidak mau berinteraksi dengan lingkungan, di sisi lain ada yang ekstra aktif. Di kondisi seperti ini lah perlu peran orang tua mempelajari karakteristik anak-anak ABK ini, jadi jangan sampai dibiarkan begitu saja di rumah," kata dia. 

Budiyanto menjelaskan, orang tua harus melakukan deteksi dini ketika tahu ada ciri-ciri ABK pada anaknya. Tanda-tanda anak hiperaktif biasanya, lambat berbicara atau kurang stimulasi segera konsultasikan ke pakar yang ahli di bidang menangani anak-anak berkebutuhan khusus. 

"Deteksi dini itu bagaimana kita sebagai orang tua mengenali perilaku-perilaku yang dapat diindikasikan mempunyai hambatan. Baik itu dari segi fisik, mental, intelektual maupun sensorik," kata dia. (*)

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022