Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meminta pelajar SMP dan SMA di Kota Pahlawan, Jawa Timur, tidak ikut dalam unjuk rasa yang digelar para mahasiswa pada 14 April 2022.

"Kami berharap untuk seluruh sekolah baik SMP dan SMA agar memberikan pengertian kepada pelajar  tidak ikut turun jalan (unjuk rasa). Sebab, ini belum menjadi bagiannya," kata Wali Kota Eri Cahyadi di Surabaya, Rabu.

Diketahui Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Surabaya akan menyuarakan beberapa tuntutan dalam unjuk rasa 14 April di antaranya soal Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS), reforma agraria, kenaikan harga BBM Pertamax yang disusul kelangkaan Pertalite dan Solar, melambungnya harga bahan pokok termasuk minyak goreng serta menolak kenaikan PPN 11 persen.

Wali Kota Eri meminta setiap lembaga pendidikan jenjang  SMP dan SMA/SMK di Surabaya memberikan pengertian arti demonstrasi atau unjuk rasa sesungguhnya kepada masing-masing siswanya.  Hal ini, lanjut dia, perlu dilakukan untuk mengantisipasi pelajar Surabaya terlibat dalam unjuk rasa seperti yang terjadi di sejumlah daerah.

Untuk itu, Wali Kota Eri meminta kepada seluruh pelajar Surabaya agar tidak mudah terprovokasi dan terlibat unjuk rasa. Dia berharap, para pelajar Surabaya fokus menyelesaikan pendidikan di sekolah.

Selain itu, pihaknya juga berpesan kepada perguruan tinggi di Surabaya agar dapat berkolaborasi dengan BEM. Pada intinya, pihaknya mengimbau mahasiswa agar ketika menyuarakan pendapat di muka umum tetap mengedepankan cara-cara yang santun dan tidak anarkis.

"Kami titip kepada seluruh kampus untuk bisa berkolaborasi dengan BEM. Apa fungsinya? Tolong sampaikan pendapat dengan santun. Silahkan turun namun jaga kotanya. Jangan sampai merusak kota, sehingga masyarakat merasa tidak nyaman," kata dia.

Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu menuturkan, bagaimanapun juga kenyamanan dan ketertiban kota ini harus terus dijaga. Terlebih lagi, saat ini telah memasuki Bulan Suci Ramadhan 1443 Hijriah.

"Bagaimana pun kota ini harus dijaga bersama, apalagi puasa. Gerakan mahasiswa itu wajar, dari dulu sudah ada gerakan mahasiswa. Memang untuk menyerukan. Tapi tolong pelajar jangan ikut-ikutan," ujar dia.

Dia kembali mengingatkan, menyuarakan pendapat di muka umum telah diatur dalam undang-undang. Namun jangan sampai kebebasan berpendapat itu justru disalahgunakan dengan aksi anarkis yang dapat merugikan masyarakat, diri sendiri dan keluarga. 

"Mahasiswa juga jangan merusak atau anarkis, jangan sampai niat baik mahasiswa ini ditunggangi oleh seseorang atau kelompok tertentu," kata dia. (*)

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022