PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk menargetkan pengembangan jaringan gas (jargas) rumah tangga sebanyak 245.567 sambungan rumah (SR) di Jawa Timur dan Jawa Tengah pada 2022, sebagai bagian dari komitmen percepatan "gasifikasi" di wilayah Sales Operation Region (SOR) III.
Manajer Humas SOR III PGN, Hamalsyahan di Surabaya, Senin mengatakan, untuk nasional PGN telah menargetkan pengembangan jargas sebanyak 1 juta SR yang tersebar di seluruh Indonesia, dan saat ini realisasinya baru mencapai 668.000 SR, dan akan terus dipercepat.
"Dari target itu, Jawa Timur mendapatkan target sebanyak 245.567 SR yang menyasar sebanyak 246 kecamatan di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah," kata Hamalsyahan, dalam Sosialiasasi Pengembangan Jargas di Jatim.
Khusus untuk wilayah Jatim, kata dia, akan menyasar sebanyak 195.714 SR yang tersebar di Bojonegoro 2.243 SR, Pasuruan 5.613 SR, Sidoarjo 95.701 SR, dan Surabaya 92.157 SR.
Ia mengatakan, pembangunan jargas akan terus digencarkan karena pemerintah menargetkan pada 2024 jargas kota harus terpasang sebanyak 4 juta sambungan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
"Untuk itulah, selain melaksanakan penugasan pembangunan jargas rumah tangga dari pemerintah dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), PGN juga melakukan pengembangan sendiri," katanya.
Sementara itu Area Head Surabaya PGN, Arief Nurrachman mengatakan, khusus untuk wilayah Surabaya hingga kini jargas eksisting masih mencapai 48.000 SR, dan akan terus dikembangkan dengan menjajal area baru.
"Sebanyak 60 persen dari target kami akan dilakukan di area-area baru. Sedangkan, sisanya merupakan penetrasi dari wilayah yang sudah terjangkau dengan jaringan pipa," katanya.
Arief mengakui untuk mendapatkan pelanggan baru tidak mudah karena masyarakat masih terbiasa menggunakan epiji subsidi yang menawarkan harga lebih murah.
"Kalau dibandingkan dengan elpiji melon, memang jargas kita lebih mahal karena elpiji itu subsidi, tetapi kalau dibandingkan komersial, jargas lebih murah,” katanya.
Ia mengatakan, jarga sangat diperlukan karena selama ini elpiji subsidi telah menelan anggaran negara, dan 70 persen bahan bakunya harus impor.
Menurutnya, jika Indonesia berhasil mengkonversi elpiji ke jargas, maka negara bisa mengurangi sebanyak 144 juta kg elpiji impor per tahun. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Manajer Humas SOR III PGN, Hamalsyahan di Surabaya, Senin mengatakan, untuk nasional PGN telah menargetkan pengembangan jargas sebanyak 1 juta SR yang tersebar di seluruh Indonesia, dan saat ini realisasinya baru mencapai 668.000 SR, dan akan terus dipercepat.
"Dari target itu, Jawa Timur mendapatkan target sebanyak 245.567 SR yang menyasar sebanyak 246 kecamatan di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah," kata Hamalsyahan, dalam Sosialiasasi Pengembangan Jargas di Jatim.
Khusus untuk wilayah Jatim, kata dia, akan menyasar sebanyak 195.714 SR yang tersebar di Bojonegoro 2.243 SR, Pasuruan 5.613 SR, Sidoarjo 95.701 SR, dan Surabaya 92.157 SR.
Ia mengatakan, pembangunan jargas akan terus digencarkan karena pemerintah menargetkan pada 2024 jargas kota harus terpasang sebanyak 4 juta sambungan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
"Untuk itulah, selain melaksanakan penugasan pembangunan jargas rumah tangga dari pemerintah dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), PGN juga melakukan pengembangan sendiri," katanya.
Sementara itu Area Head Surabaya PGN, Arief Nurrachman mengatakan, khusus untuk wilayah Surabaya hingga kini jargas eksisting masih mencapai 48.000 SR, dan akan terus dikembangkan dengan menjajal area baru.
"Sebanyak 60 persen dari target kami akan dilakukan di area-area baru. Sedangkan, sisanya merupakan penetrasi dari wilayah yang sudah terjangkau dengan jaringan pipa," katanya.
Arief mengakui untuk mendapatkan pelanggan baru tidak mudah karena masyarakat masih terbiasa menggunakan epiji subsidi yang menawarkan harga lebih murah.
"Kalau dibandingkan dengan elpiji melon, memang jargas kita lebih mahal karena elpiji itu subsidi, tetapi kalau dibandingkan komersial, jargas lebih murah,” katanya.
Ia mengatakan, jarga sangat diperlukan karena selama ini elpiji subsidi telah menelan anggaran negara, dan 70 persen bahan bakunya harus impor.
Menurutnya, jika Indonesia berhasil mengkonversi elpiji ke jargas, maka negara bisa mengurangi sebanyak 144 juta kg elpiji impor per tahun. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022