Sebanyak 1.648 orang tua yang anaknya masuk kategori stunting atau kerdil mengikuti sosialiasi pemantapan wawasan pola asuh anak yang digelar serentak di sembilan kecamatan Kota Pahlawan, Jatim, Rabu.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya Tomi Ardiyanto mengatakan, dalam sosialisasi ini ada tiga poin yang disampaikan kepada para orang tua, di antaranya pola asuh, pola makan dan fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh masing-masing kepala keluarga (KK).
"Materi yang akan disampaikan itu yang paling utama adalah pola asuh yang benar. Banyak orang tua yang penampilannya heboh tapi anaknya stunting. Itu jangan sampai terjadi lagi," kata Tomi di acara sosialisasi bertajuk Pemantapan Peran Orang Tua Dalam Pola Asuh Generasi Emas (Eliminasi Masalah Stunting) dan Penanganan Kekerasan Pada Anak yang digelar di Convention Hall, Surabaya, Rabu.
Menurut dia, sosialisasi serentak ini digelar di sembilan gedung aula SMP yang ada di wilayah selatan, utara, timur, barat dan tengah Kota Surabaya. Selain itu, kata dia, pematerinya juga dihadirkan dari perguruan tinggi dan ada pula dari Yayasan Majelis Taklim Surabaya yang memberikan pengarahan dari sisi religiusnya.
"Bukan hanya materi, juga ada praktiknya. Kami memberikan pemahaman agar orang tua tidak salah mengolah menu alternatifnya, agar segera lulus dari stunting," ujarnya.
Tomi menambahkan, sosialisasi ini juga diikuti oleh pasangan suami istri yang baru menikah, agar ke depannya ketika memiliki seorang anak sudah siap memberikan gizi dan mengerti cara pola asuh yang baik dan benar.
"Kami harapkan pasangan muda yang baru menikah bertambah wawasannya, agar paham bagaimana cara mengasuh bayi atau balita supaya terhindar dari stunting," kata dia.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ( TP PKK) Surabaya Rini Indriyani mengatakan, penanganan dan pencegahan masalah stunting itu sudah menjadi tugas bersama antara Pemkot Surabaya dan seluruh jajaran camat dan lurah.
Selain itu, Rini juga meminta para Kader Surabaya Hebat di Kota Pahlawan untuk menyampaikan kepada orang tua, agar tidak lalai dalam memberikan makanan bergizi dan mengasuh anak.
"Jangan sampai lupa memberikan gizi yang seimbang karena pernah ada orang tua yang hanya peduli dengan penampilan diri sendiri, tapi anaknya stunting," ujar dia.
Istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi itu juga menyampaikan, sebelumnya jumlah anak-anak stunting di Kota Surabaya sempat menyentuh angka 5.727 anak. Namun berkat kerja sama dari para OPD, camat, lurah dan kader, angka itu menunjukkan penurunan drastis mencapai 1.534 anak.
"Pada Oktober 2021 lalu jumlahnya 5.727, sekarang alhamdulillah, di tanggal 29 Maret 2022 menjadi 1.543," kata Rini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya Tomi Ardiyanto mengatakan, dalam sosialisasi ini ada tiga poin yang disampaikan kepada para orang tua, di antaranya pola asuh, pola makan dan fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh masing-masing kepala keluarga (KK).
"Materi yang akan disampaikan itu yang paling utama adalah pola asuh yang benar. Banyak orang tua yang penampilannya heboh tapi anaknya stunting. Itu jangan sampai terjadi lagi," kata Tomi di acara sosialisasi bertajuk Pemantapan Peran Orang Tua Dalam Pola Asuh Generasi Emas (Eliminasi Masalah Stunting) dan Penanganan Kekerasan Pada Anak yang digelar di Convention Hall, Surabaya, Rabu.
Menurut dia, sosialisasi serentak ini digelar di sembilan gedung aula SMP yang ada di wilayah selatan, utara, timur, barat dan tengah Kota Surabaya. Selain itu, kata dia, pematerinya juga dihadirkan dari perguruan tinggi dan ada pula dari Yayasan Majelis Taklim Surabaya yang memberikan pengarahan dari sisi religiusnya.
"Bukan hanya materi, juga ada praktiknya. Kami memberikan pemahaman agar orang tua tidak salah mengolah menu alternatifnya, agar segera lulus dari stunting," ujarnya.
Tomi menambahkan, sosialisasi ini juga diikuti oleh pasangan suami istri yang baru menikah, agar ke depannya ketika memiliki seorang anak sudah siap memberikan gizi dan mengerti cara pola asuh yang baik dan benar.
"Kami harapkan pasangan muda yang baru menikah bertambah wawasannya, agar paham bagaimana cara mengasuh bayi atau balita supaya terhindar dari stunting," kata dia.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ( TP PKK) Surabaya Rini Indriyani mengatakan, penanganan dan pencegahan masalah stunting itu sudah menjadi tugas bersama antara Pemkot Surabaya dan seluruh jajaran camat dan lurah.
Selain itu, Rini juga meminta para Kader Surabaya Hebat di Kota Pahlawan untuk menyampaikan kepada orang tua, agar tidak lalai dalam memberikan makanan bergizi dan mengasuh anak.
"Jangan sampai lupa memberikan gizi yang seimbang karena pernah ada orang tua yang hanya peduli dengan penampilan diri sendiri, tapi anaknya stunting," ujar dia.
Istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi itu juga menyampaikan, sebelumnya jumlah anak-anak stunting di Kota Surabaya sempat menyentuh angka 5.727 anak. Namun berkat kerja sama dari para OPD, camat, lurah dan kader, angka itu menunjukkan penurunan drastis mencapai 1.534 anak.
"Pada Oktober 2021 lalu jumlahnya 5.727, sekarang alhamdulillah, di tanggal 29 Maret 2022 menjadi 1.543," kata Rini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022