Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan (Sekjen Kemnaker) Anwar Sanusi, Sabtu ini dikukuhkan sebagai profesor aktif ke-166 dan ke-291 dari seluruh profesor yang dihasilkan Universitas Brawijaya (UB) Malang.

Anwar Sanusi yang dikukuhkan sebagai profesor tidak tetap dalam bidang Ilmu Kebijakan Publik (Pengembangan Pedesaan) UB.

Dalam pidato pengukuhannya di Gedung Samantha Krida Kampus UB, Anwar mengatakan perkembangan era digital menyebabkan ekonomi dunia mengalami transformasi besar ke arah knowledge economy.



"Dinamika perkembangan desa juga tidak lepas dari arus besar ini," kata profesor kedua dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB tersebut.

Dalam pidato ilmiah yang berjudul Multi-level Collaborative Governance: Sebuah Pendekatan Baru dalam Mewujudkan Desa Mandiri di Era Digital" itu, Prof Anwar Sanusi mengatakan desa tidak hanya mengalami digitisation (konversi teknologi informasi analog ke dalam bentuk digital).

Namun, lanjut Anwar, juga digitalisation (proses sosio-teknis yang dikelilingi penggunaan teknologi digital, yang berpengaruh terhadap konteks sosial dan institutional), yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di pedesaan.



"Melihat kompleksitas perkembangan kondisi dan tantangan strategis perdesaan, maka diperlukan bentuk-bentuk kebijakan publik perdesaan yang lebih lincah, adaptif, transformatif dan kokoh," ucapnya.

Selain Prof Anwar Sanusi, UB juga mengukuhkan Prof Didik Suprayogo sebagai profesor dalam bidang Ilmu Konservasi Tanah dan Air. Prof Didik merupakan profesor aktif ke-165 dan ke-290 dari seluruh profesor yang dihasilkan kampus tersebut.



Dalam pidato ilmiah dengan judul "Inovasi BioGT-BOT+ untuk Pertanian Konservasi dalam Budi Daya Tanaman Semusim Di Lahan Kering", Prof Didik mengatakan degradasi tanah terkait dengan penurunan kualitas tanah dalam mendukung produksi tanaman dan kualitas sumber daya alam, serta penurunan produktivitas ekosistem.

Menurut dia, penurunan fungsi tanah dapat mengakibatkan hilangnya unsur hara tanah, penurunan bahan organik tanah, pemadatan, erosi tanah, dan hilangnya keanekaragaman hayati.



Ia mengatakan sekitar 60 persen dari luas daratan dunia mengalami degradasi, termasuk karena erosi tanah, yang merupakan salah satu tantangan terbesar bagi pengelola lahan.

"Solusi teknologi untuk pengendalian erosi tanah di awal musim tanam adalah pemberian mulsa di permukaan tanah. Namun, penggunaan mulsa kurang disukai oleh petani karena kurang praktis dan mudah berserakan di lahan," ujarnya. (*)
 

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022