Kelangkaan minyak goreng curah di Kabupaten Probolinggo dipicu berkurangnya pasokan komoditas tersebut dari pabrikan, kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) setempat, Moh. Natsir.

"Hasil survei diperoleh bahwa pasokan minyak goreng curah dari pabrikan menurun. Biasanya pada kondisi normal dipasok dua tangki per hari, tetapi saat ini hanya satu tangki per hari dengan waktu penyaluran tujuh hari dalam seminggu," katanya di Probolinggo, Jawa Timur, Selasa.

Pihaknya melakukan survei dan monitoring langsung kepada tiga distributor minyak goreng, yakni PT Semangat, PT Fajar dan PT Lancar Rejeki, serta memantau beberapa pasar tradisional di Kabupaten Probolinggo.

"Pengurangan pasokan pengiriman itu berdampak dengan semakin langka minyak goreng curah di pasar-pasar tradisional. Minyak goreng curah itu kualitasnya tidak kalah dengan minyak goreng kemasan," tuturnya.

Menurutnya, harga minyak goreng curah sesuai dengan ketentuan pemerintah yakni dengan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp11.500 per liter sangat sulit sekali diperoleh, sedangkan minyak goreng kemasan premium Rp14.000 per liter dan medium Rp13.500 per liter.

"Dari hasil rapat dengan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, kami sudah berkoordinasi supaya pasokan pengirimannya ditambah 1 tangki atau bisa langsung ke pasar-pasar tradisional. Jadi nantinya kami bawa tangki dengan kapasitas 6.000 liter ke pasar tradisional," katanya.

Ia menjelaskan pihaknya sudah melakukan lobi-lobi ke Disperindag Provinsi Jawa Timur agar Kabupaten Probolinggo bisa mendapatkan tambahan pasokan dan kini masih dilakukan pendataan dulu terkait dengan kebutuhan pedagang di pasar-pasar tradisional.

"Pendataan itu sangat diperlukan karena pada waktu pengiriman tangki sudah harus kosong. Sementara minyak goreng curah tidak tahan lama, paling lama sekitar 10 hari, sehingga berbeda dengan minyak goreng kemasan yang mampu bertahan hingga 1 tahun," ujarnya.

Apabila diketahui ada yang menjual di atas HET maka akan dikenai sanksi administrasi dan bisa jadi ditutup usahanya, namun hanya saja untuk saat ini pihaknya fokus menyelesaikan kelangkaan minyak goreng curah di pasar tradisional karena menyangkut kebutuhan masyarakat banyak.

Natsir mengatakan kelangkaan minyak goreng curah terjadi karena berkurangnya pasokan, sehingga pihaknya masih berkoordinasi bagaimana pasokan itu bisa lebih maksimal dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Salah satu opsinya dengan memesan langsung ke pabrik dan langsung didistribusikan ke pasar-pasar. Rencananya kami akan menambah kuota pemesanan ke pabrik atau agennya, namun konsekuensinya harus bayar tunai," katanya.

Pihak Disperindag masih mencari mekanisme bagaimana tangki minyak goreng curah datang ke pasar tradisional dan langsung habis karena selama ini antara pabrikan dengan distributor ada broker dan tidak langsung ke pabrik.

"Oleh karena itu, perlu fasilitasi agar distributor itu bisa langsung ke pabrikan, sehingga kelangkaan minyak goreng curah bisa segera teratasi. Kami akan mencari solusi untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng curah," ujarnya.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022