Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Perth, Australia, menekankan pentingnya vaksinasi virus corona (COVID-19) dosis ketiga atau booster demi mewaspadai penularan varian baru Omicron.
Untuk itu, Dharma Wanita Persatuan (DWP) KJRI Perth menggelar sosialisasi yang diikuti 25 orang diaspora maupun warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di kota tersebut.
"Sosialisasi digelar di dalam kelas. Karenanya pesertanya kami batasi hanya 25 orang dengan menerapkan protokol kesehatan, khususnya menjaga jarak aman, demi pencegahan COVID-19," kata Ketua DWP KJRI Perth Novita Avalist, melalui keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Kamis.
Mengutip data terbaru yang diterbitkan pemerintah kota setempat per 27 Januari 2022, tercatat sebanyak 131 kasus aktif COVID-19, 12 di antaranya teridentifikasi sebagai kasus baru, dengan dua orang dirawat di rumah sakit.
Sementara capaian vaksinasi COVID-19 di Kota Perth telah mencapai 97,2 persen untuk dosis pertama, 90,2 persen dosis kedua dan 32,7 persen dosis ketiga.
"Saat ini Pemerintah Kota Perth memang sedang mendorong warganya untuk menjalani vaksinasi booster, khususnya demi mewaspadai penularan varian baru Omicron. Karenanya kami menggelar sosialisasi agar diaspora dan WNI di sini agar segera menjalani booster," ujar Novita.
Dalam sosialisasi tersebut, DWP KJRI Perth menggandeng Professional Migrant Women's Network (PWMN) dan Australia Islamic Woman Association (AIWA).
Di antaranya menghadirkan pakar kesehatan dr. Yuridyah SpA yang menjelaskan bahwa vaksin COVID-19 yang diinformasikan di dalamnya terkandung unsur microchip dan terbuat dari bahan haram adalah hoaks.
Narasumber lainnya dr. Sher Shah memaparkan pentingnya seseorang melakukan vaksinasi booster.
"Adaptasi penerimaan vaksin atau efek samping pada tiap individu beragam. Namun, vaksinasi tetap lebih utama dilakukan untuk melatih daya tahan tubuh dalam melawan varian COVID-19 yang semakin beragam," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Untuk itu, Dharma Wanita Persatuan (DWP) KJRI Perth menggelar sosialisasi yang diikuti 25 orang diaspora maupun warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di kota tersebut.
"Sosialisasi digelar di dalam kelas. Karenanya pesertanya kami batasi hanya 25 orang dengan menerapkan protokol kesehatan, khususnya menjaga jarak aman, demi pencegahan COVID-19," kata Ketua DWP KJRI Perth Novita Avalist, melalui keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Kamis.
Mengutip data terbaru yang diterbitkan pemerintah kota setempat per 27 Januari 2022, tercatat sebanyak 131 kasus aktif COVID-19, 12 di antaranya teridentifikasi sebagai kasus baru, dengan dua orang dirawat di rumah sakit.
Sementara capaian vaksinasi COVID-19 di Kota Perth telah mencapai 97,2 persen untuk dosis pertama, 90,2 persen dosis kedua dan 32,7 persen dosis ketiga.
"Saat ini Pemerintah Kota Perth memang sedang mendorong warganya untuk menjalani vaksinasi booster, khususnya demi mewaspadai penularan varian baru Omicron. Karenanya kami menggelar sosialisasi agar diaspora dan WNI di sini agar segera menjalani booster," ujar Novita.
Dalam sosialisasi tersebut, DWP KJRI Perth menggandeng Professional Migrant Women's Network (PWMN) dan Australia Islamic Woman Association (AIWA).
Di antaranya menghadirkan pakar kesehatan dr. Yuridyah SpA yang menjelaskan bahwa vaksin COVID-19 yang diinformasikan di dalamnya terkandung unsur microchip dan terbuat dari bahan haram adalah hoaks.
Narasumber lainnya dr. Sher Shah memaparkan pentingnya seseorang melakukan vaksinasi booster.
"Adaptasi penerimaan vaksin atau efek samping pada tiap individu beragam. Namun, vaksinasi tetap lebih utama dilakukan untuk melatih daya tahan tubuh dalam melawan varian COVID-19 yang semakin beragam," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022