Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menyebut ada 323 kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) ditemukan di Kota Pahlawan, Jawa Timur, sepanjang tahun 2021.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Rabu, mengatakan, kasus HIV yang ada saat ini sedang dalam proses pengobatan atau telah mendapat penanganan oleh Pemkot Surabaya. 

"Penderita dan orang yang tertular HIV tidak menunjukkan gejala apapun," kata Nanik.

Menurutnya, selama ini Pemkot Surabaya secara intensif selalu melakukan sosialisasi dan melakukan skrining, yakni deteksi dini HIV dan melakukan pendekatan kepada kelompok resiko tertular HIV seperti waria, pekerja sex, IMS (penyakit akibat infeksi yang dapat tertular melalui hubungan seksual), dan pengguna narkoba jarum suntik.

"Lalu pada kelompok rentan tertular HIV, seperti ibu hamil, calon pengantin, pekerja hiburan, ABK (Anak Buah Kapal) dan pekerja pabrik," ujarnya.

Nanik menjelaskan, pihaknya juga melakukan skrining pada pasien dengan penyakit tertentu yang kemungkinan dapat disertai oleh HIV, seperti pasien IMS, pneumonia, dermatitis kronis, dan diare. Dengan semakin gencarnya melakukan skrining, alhasil pihaknya menemukan banyak temuan kasus.

"Dengan keaktifan kami, akhirnya kasus semakin tinggi terdeteksinya. Pemeriksaan HIV ini ada di 63 puskesmas di Kota Surabaya, 54 rumah sakit, satu klinik berbasis pemerintah, dan satu klinik milik kantor kesehatan pelabuhan (KKP)," katanya.

Untuk penanganannya, Nanik menerangkan bahwa  memberikan pengobatan layanan gratis yang diberikan oleh 13 puskesmas dan 10 rumah sakit di Kota Surabaya. Kemudian, juga memberikan pendampingan, konseling, dan memberikan home care ke rumah penderita HIV, serta memberikan dukungan.

"Dari kelurahan juga memberikan susu dan permakanan untuk penderita yang tidak mampu. Kita juga selalu memberikan informasi yang komprehensif terhadap pencegahan penularan, yang rutin kita lakukan kepada sekolah, mahasiswa, kelompok pekerja hiburan dan masyarakat luas yang rentan terhadap penyakit ini," katanya.

Tak hanya itu saja, lanjut dia, pihaknya juga membentuk petugas penjangkau yang menjangkau kelompok-kelompok beresiko dengan melakukan akses pemeriksaan HIV di layanan Dinkes Kota Surabaya. 

Kemudian melakukan monitoring pemberian pengobatan dengan pemeriksaan secara berkala, serta berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olah Raga serta Pariwisata untuk mendatangi rumah hiburan.

"Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sampai dengan tahun 2021 lalu adalah penurunan signifikan dibanding tahun 2018 yang paling tinggi. Maka skrining terus kami lakukan dan Kota Surabaya juga memiliki Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang aktif pada 31 kecamatan.

Nanik juga mengomentasi soal data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur yang menyebut Kota Surabaya menjadi kota dengan kasus baru HIV/AIDS tertinggi se-Jawa Timur pada tahun 2021. Tercatat sebanyak 323 pasien AIDS baru di Kota Surabaya, disusul Kabupaten Banyuwangi 186, dan Jember sebanyak 174. 

Ia mengatakan salah satu penyebab utamanya karena banyak warga luar Surabaya yang melakukan pengobatan di Kota Pahlawan. "Jadi, banyak warga luar yang berobat ke Surabaya," kata Nanik. (*)

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022