Maraknya kasus pencabulan anak di sejumlah pondok pesantren dan boarding school menjadi atensi serius Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari. Apalagi tindak asusila tersebut sudah merembet di wilayah tetangga terdekat Kota Mojokerto.

Keprihatinan itu disampaikan Wali Kota Ning Ita saat sidak ke Ponpes Alqur'an Nurul Huda, Surodinawan, dan Ponpes Manarul Huda, Kedung Kwali, Kota Mojokerto, Selasa.

"Saat ini sedang ramai di media massa banyak anak-anak yang sedang menimba ilmu di ponpes mengalami perlakuan kurang baik dan mirisnya itu baru terungkap setelah ada media yang berani mengekspos," ujarnya.

Ning Ita menyebut sistem pendidikan ponpes yang membatasi interaksi dengan dunia luar dan mengharuskan santri untuk menginap bisa menjadi potensi terjadinya tindak kriminalitas, baik itu pelecehan seksual maupun tindak kekerasan lainnya.

"Ini yang jadi keprihatinan saya, kenapa justru di tempat yang mulia untuk menimba ilmu agama justru malah terjadi tindakan di luar norma agama, sosial dan hukum oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab," katanya.

Untuk itu, Ning Ita meminta para santriwan dan santriwati agar lebih terbuka dan tidak menutup diri saat mendapatkan perlakuan yang tak wajar dari siapapun juga yang berada di dalam maupun luar ponpes agar hal buruk tersebut bisa dicegah dan diantisipasi secara dini.

"Jangan takut dan sungkan untuk melapor apabila mengalami perlakuan yang keluar dari norma. Siapa yang kalian percaya maka sampaikan," pesan Ning Ita.

Tak hanya itu, wali kota perempuan pertama di Kota Mojokerto ini juga mengingatkan bahaya narkoba yang sekarang ini sudah masuk ke ponpes dan boarding school. Pasalnya kasus tersebut benar ada dan sudah terjadi di Kota Mojokerto.

"Penyalahgunaan narkoba di Kota Mojokerto tidak lagi menyasar remaja usia SMA ke atas, tapi sudah menyentuh pelajar SMP. Bahkan, info terbaru yang saya dapat, salah satunya berada di sekolah agama," tuturnya.

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Nurul Huda Kiai Haji Faqih Usman memiliki cara untuk membentengi para santrinya dari berbagai hal negatif, di antaranya dengan menggandeng kepolisian dan TNI untuk melakukan pengawasan serta sosialisasi setiap hari Jumat.

"Santri kita total ada 1.600-an, setiap Jumat ada sosialisasi serta pengawasan tentang kenakalan remaja dari kawan-kawan polisi, tentara dan instansi terkait. Ini untuk memberi pemahaman kepada santri terkait hal negatif yang bertentangan dengan norma hukum," tukasnya.

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021