Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Surabaya mendapatkan penghargaan sebagai contributing services dalam acara Anugerah Perhumas 2021.
"Anugerah ini diberikan atas kinerja peningkatan peran strategis public relations berkontribusi terhadap dunia kehumasan," kata Ketua Perhumas Surabaya Dr. Suko Widodo di Surabaya, Senin.
Suko menjelaskan Perhumas Surabaya adalah kumpulan dari humas kalangan universitas dan swasta. Organisasi ini, lanjut dia, menjadi pengalaman berharga lembaga pemerintah agar bisa menyesuaikan perkembangan zaman.
"Asalnya satu atau dua orang humas, dari warung dan kafe kita ngobrol dan kami tertarik membuat Perhumas di Surabaya. Kami kontak Jakarta dan ternyata mengizinkan," ujarnya.
Awalnya, kata Suko, Perhumas Surabaya beranggotakan 15 orang humas. Saat ini Perhumas Surabaya beranggotakan puluhan orang humas.
Suko menjabarkan cara humas untuk bertahan di tengah banyaknya tantangan zaman. Ia banyak belajar dari dunia swasta yang bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
"Saya belajar dari dunia swasta yang bisa menyesuaikan ini perkembangan zaman. Secara struktural humasnya dekat dengan pimpinan tertinggi. Berbeda dengan di universitas, tetapi saat di Unair saya mencoba langsung berhubungan dengan pimpinan tertinggi dan menawarkan gagasan," katanya.
"Meskipun sebenarnya struktur humas ini di level empat, tidak bisa langsung ke pimpinan," ujarnya, menambahkan.
Menurutnya, humas ini dalam kontes profesional sejajar dengan pimpinan tertinggi. Karena eranya sekarang komunikasi dan kalau tidak dan jembatan dengan pimpinan tinggi maka akan kalah dengan instansi lain.
"Lembaga negara dan pemerintah harus belajar tata cara kehumasan. Saya melihat struktur humas di pemerintahan ini levelnya di bawah," ujarnya.
Lebih lanjut, Suko mengatakan humas harus bisa menjelaskan kebijakan pimpinan jika levelnya di bawah.
"Humas ini tugasnya bukan mempromosikan atau membaik-baikkan, tetapi membawa misi kejujuran," katanya.
"Maka humas tidak hanya memproduksi informasi, tetapi dia juga harus menerima suara dari manapun, apalagi sejarahnya massa dan media tidak bisa dipisahkan," tuturnya, menambahkan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021