Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengirimkan sejumlah dokter spesialis anak yang tergabung dalam Satgas Bencana IDAI untuk membantu para tenaga kesehatan di wilayah bencana erupsi Gunung Semeru Jawa Timur.
Ketua Umum IDAI, Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan Tim Relawan Satgas Bencana IDAI dan anggota IDAI di wilayah terdekat sudah melakukan penyisiran awal untuk memetakan kondisi kesehatan serta melakukan pelayanan kesehatan bagi korban bencana erupsi Gunung Semeru, khususnya anak-anak.
"Kami juga akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat, fasilitas kesehatan setempat, serta IDI Cabang dan badan penanganan bencana di wilayah tersebut agar dapat memaksimalkan potensi bantuan dari Relawan Satgas Bencana IDAI," ujar Dr. Piprim dalam siaran resminya dikutip pada Senin.
Tim Satgas bencana IDAI dibagi menjadi dua ke area terdampak di Lumajang yaitu di wilayah Kecamatan Pronojiwo dan kecamatan Candipuro.
Ketua Satgas Bencana IDAI Dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, SpA(K) yang memimpin penyisiran di Kecamatan Pronojiwo memaparkan bahwa alur rujukan korban bencana di wilayah tersebut akan dibantu oleh Pemerintah Kabupaten dan pemerintah Kota Malang.
Pada saat penyisiran di wilayah tersebut melalui empat titik pengungsian yaitu Kantor desa Oro-Oro Ombo, SDN 2 dan SDN 4 Oro-Oro Ombo, serta Masjid Oro-Oro Ombo belum ditemukan korban dewasa dan anak yang mengalami luka bakar. Keempat titik pengungsian tersebut menampung pengungsi dari desa terdampak yaitu desa Supit Urang.
Dalam penyisiran awal di wilayah Kecamatan Pronojiwo tersebut, Dr. Kadafi bersama dengan anggota IDAI Malang dr. Daendy Nova SpA juga membagikan 2,500 masker medis melalui puskesmas setempat dan diberikan langsung ke posko kesehatan seraya melakukan pengecekan kesehatan pada pengungsi di wilayah tersebut.
Berdasarkan hasil penyisiran, dr. Kadafi mencatat bahwa wilayah tersebut saat ini membutuhkan bantuan air bersih dikarenakan pemadaman listrik sehingga warga kesulitan mengakses air bersih.
Selain itu bantuan pembalut wanita dan selimut untuk semua usia juga dibutuhkan. Sementara dari sisi makanan, dr Khadafi merekomendasikan bagi masyarakat yang hendak memberikan bantuan sebaiknya tidak dominan memberikan mi instan karena membutuhkan air bersih yang mana masih menjadi kendala utama di wilayah tersebut.
Dapur umum darurat yang dibangun di SDN 02 Oro-Oro Ombo saat ini menjadi titik utama distribusi makanan siap makan bagi para pengungsi.
Sementara itu, dr. Muhammad Reza, M. Biomed, SpA(K) dari Satgas Bencana IDAI yang juga anggota IDAI Probolinggo bertugas menyusur wilayah Kecamatan Candipuro Lumajang dan berkoordinasi dengan IDI Lumajang untuk melakukan pelayanan kesehatan segera bagi korban bencana.
Di wilayah Kabupaten Lumajang ini terdapat tujuh posko pengungsian terpusat milik pemerintah kabupaten, dan empat posko pengungsian di wilayah kisaran Candipuro.
Sementara pusat penyaluran bantuan logistik berada di Pendopo Bupati dan Badan Penanggulanganan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang sebagai koordinator penerimaan dan penyaluran logistik, bantuan alat kesehatan dan obat-obatan terpusat di Dinas kesehatan Lumajang.
Rata-rata posko pengungsian di kisaran Candipuro berisi 40 hingga 60 anak-anak, di mana dari total seluruh pengungsian di Candipuro, 40 persen diantaranya adalah Balita.
Untuk wilayah Candipuro, seluruh korban bencana yang membutuhkan tatalaksana spesialistik akan dirujuk ke RSUD Pasirian sebagai yang paling terdekat, RS Bhayangkara dan RSUD Haryoto di Lumajang.
Hingga saat ini, dr. Reza telah mendapati dua orang remaja dengan luka bakar tingkat sedang di RSUD Pasirian, belum dijumpai adanya pasien trauma inhalan, atau kondisi infeksi lainnya dampak langsung dari erupsi.
Sementara para pasien dewasa masih mendominasi dengan kondisi luka bakar ditangani di beberapa RS Rujukan. Untuk jumlah korban jiwa anak-anak masih belum dapat dipastikan angkanya dikarenakan evakuasi di lokasi terdampak masih cukup susah dengan keterbatasan cuaca, sarana prasarana dan tenaga.
Berdasarkan penyisiran, dr. Reza mencatat bahwa pengungsi wilayah Candipuro banyak membutuhkan bantuan pakaian anak-anak, selimut, popok anak, susu formula, makanan bayi, wadah peralatan makanan yang bersih dan peralatan mandi bayi.
Secara keseluruhan Tim Satgas Bencana IDAI masih belum menemukan kasus ISPA dan diare pada anak-anak pada hari pertama dan kedua ini.
Meski demikian, dr. Kadafi dan dr. Reza sepakat mengatakan bahwa umumnya kasus ISAP, diare dan Pneumonia pada anak di wilayah bencana biasanya baru akan terlihat diantara hari ketiga atau hari kelima.
Hingga saat ini, tim Satgas bencana IDAI masih bertugas memantau dan membantu pelayanan kesehatan di kedua wilayah tersebut seraya melakukan koordinasi dengan pihak terkait.
IDAI pun merekomendasikan panduan kepada orangtua untuk anak ketika terjadi bencana gunung meletus. Hal pertama yang harus dilakukan adalah orangtua harus tetap memantau dan mematuhi peringatan dari pemerintah eelama terjadi bencana.
Bila dianjurkan oleh pemerintah untuk segera mengungsi, maka lakukan segera dan lebih awal. Orangtua sebaiknya memantau kualitas udara di lingkungannya terutama yang berhubungan dengan abu vulkanik.
Anak sebaiknya bermain dan beraktifitas di dalam ruangan, dan cegah anak beraktifitas di luar ruangan untuk menghindari hirupan udara abu secara berlebihan. Agar anak tidak bosan maka sebaiknya orangtua atau anggota keluarga membuat dan mengajak anak membuat permainan di dalam ruangan.
Orangtua sebaiknya rutin membersihkan ruangan untuk mencegah paparan abu di dalam ruangan. Jika ada anggota keluarga harus keluar rumah maka wajib mengenakan masker.
Abu letusan gunung berapi dapat menimbulkan iritasi kulit, maka sebaiknya anak menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang untuk meminimalisasi kontak dengan abu vulkanik.
Selain melindungi tubuh anak dari debu dengan baju tertutup, pakaikan masker pada anak yang sudah bisa menggunakan masker, karena selain untuk mencegah debu terhirup juga mencegah penularan covid 19 selama di pengungsian.
Untuk menghindari iritasi mata akibat abu letusan yang pekat, maka anak bisa menggunakan kacamata. Sebelum mengungsi, orangtua sebaiknya menyiapkan obat-obatan emergensi, dan perlengkapan emergensi dalam satu tas darurat.
Hindari mengungsi di daerah hilir letusan, dan sebaiknya mengungsi di posko yang sudah ditetapkan pemerintah. Tetap disiplin menjaga protokol kesehatan selama di pengungsian.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Ketua Umum IDAI, Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan Tim Relawan Satgas Bencana IDAI dan anggota IDAI di wilayah terdekat sudah melakukan penyisiran awal untuk memetakan kondisi kesehatan serta melakukan pelayanan kesehatan bagi korban bencana erupsi Gunung Semeru, khususnya anak-anak.
"Kami juga akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat, fasilitas kesehatan setempat, serta IDI Cabang dan badan penanganan bencana di wilayah tersebut agar dapat memaksimalkan potensi bantuan dari Relawan Satgas Bencana IDAI," ujar Dr. Piprim dalam siaran resminya dikutip pada Senin.
Tim Satgas bencana IDAI dibagi menjadi dua ke area terdampak di Lumajang yaitu di wilayah Kecamatan Pronojiwo dan kecamatan Candipuro.
Ketua Satgas Bencana IDAI Dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, SpA(K) yang memimpin penyisiran di Kecamatan Pronojiwo memaparkan bahwa alur rujukan korban bencana di wilayah tersebut akan dibantu oleh Pemerintah Kabupaten dan pemerintah Kota Malang.
Pada saat penyisiran di wilayah tersebut melalui empat titik pengungsian yaitu Kantor desa Oro-Oro Ombo, SDN 2 dan SDN 4 Oro-Oro Ombo, serta Masjid Oro-Oro Ombo belum ditemukan korban dewasa dan anak yang mengalami luka bakar. Keempat titik pengungsian tersebut menampung pengungsi dari desa terdampak yaitu desa Supit Urang.
Dalam penyisiran awal di wilayah Kecamatan Pronojiwo tersebut, Dr. Kadafi bersama dengan anggota IDAI Malang dr. Daendy Nova SpA juga membagikan 2,500 masker medis melalui puskesmas setempat dan diberikan langsung ke posko kesehatan seraya melakukan pengecekan kesehatan pada pengungsi di wilayah tersebut.
Berdasarkan hasil penyisiran, dr. Kadafi mencatat bahwa wilayah tersebut saat ini membutuhkan bantuan air bersih dikarenakan pemadaman listrik sehingga warga kesulitan mengakses air bersih.
Selain itu bantuan pembalut wanita dan selimut untuk semua usia juga dibutuhkan. Sementara dari sisi makanan, dr Khadafi merekomendasikan bagi masyarakat yang hendak memberikan bantuan sebaiknya tidak dominan memberikan mi instan karena membutuhkan air bersih yang mana masih menjadi kendala utama di wilayah tersebut.
Dapur umum darurat yang dibangun di SDN 02 Oro-Oro Ombo saat ini menjadi titik utama distribusi makanan siap makan bagi para pengungsi.
Sementara itu, dr. Muhammad Reza, M. Biomed, SpA(K) dari Satgas Bencana IDAI yang juga anggota IDAI Probolinggo bertugas menyusur wilayah Kecamatan Candipuro Lumajang dan berkoordinasi dengan IDI Lumajang untuk melakukan pelayanan kesehatan segera bagi korban bencana.
Di wilayah Kabupaten Lumajang ini terdapat tujuh posko pengungsian terpusat milik pemerintah kabupaten, dan empat posko pengungsian di wilayah kisaran Candipuro.
Sementara pusat penyaluran bantuan logistik berada di Pendopo Bupati dan Badan Penanggulanganan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang sebagai koordinator penerimaan dan penyaluran logistik, bantuan alat kesehatan dan obat-obatan terpusat di Dinas kesehatan Lumajang.
Rata-rata posko pengungsian di kisaran Candipuro berisi 40 hingga 60 anak-anak, di mana dari total seluruh pengungsian di Candipuro, 40 persen diantaranya adalah Balita.
Untuk wilayah Candipuro, seluruh korban bencana yang membutuhkan tatalaksana spesialistik akan dirujuk ke RSUD Pasirian sebagai yang paling terdekat, RS Bhayangkara dan RSUD Haryoto di Lumajang.
Hingga saat ini, dr. Reza telah mendapati dua orang remaja dengan luka bakar tingkat sedang di RSUD Pasirian, belum dijumpai adanya pasien trauma inhalan, atau kondisi infeksi lainnya dampak langsung dari erupsi.
Sementara para pasien dewasa masih mendominasi dengan kondisi luka bakar ditangani di beberapa RS Rujukan. Untuk jumlah korban jiwa anak-anak masih belum dapat dipastikan angkanya dikarenakan evakuasi di lokasi terdampak masih cukup susah dengan keterbatasan cuaca, sarana prasarana dan tenaga.
Berdasarkan penyisiran, dr. Reza mencatat bahwa pengungsi wilayah Candipuro banyak membutuhkan bantuan pakaian anak-anak, selimut, popok anak, susu formula, makanan bayi, wadah peralatan makanan yang bersih dan peralatan mandi bayi.
Secara keseluruhan Tim Satgas Bencana IDAI masih belum menemukan kasus ISPA dan diare pada anak-anak pada hari pertama dan kedua ini.
Meski demikian, dr. Kadafi dan dr. Reza sepakat mengatakan bahwa umumnya kasus ISAP, diare dan Pneumonia pada anak di wilayah bencana biasanya baru akan terlihat diantara hari ketiga atau hari kelima.
Hingga saat ini, tim Satgas bencana IDAI masih bertugas memantau dan membantu pelayanan kesehatan di kedua wilayah tersebut seraya melakukan koordinasi dengan pihak terkait.
IDAI pun merekomendasikan panduan kepada orangtua untuk anak ketika terjadi bencana gunung meletus. Hal pertama yang harus dilakukan adalah orangtua harus tetap memantau dan mematuhi peringatan dari pemerintah eelama terjadi bencana.
Bila dianjurkan oleh pemerintah untuk segera mengungsi, maka lakukan segera dan lebih awal. Orangtua sebaiknya memantau kualitas udara di lingkungannya terutama yang berhubungan dengan abu vulkanik.
Anak sebaiknya bermain dan beraktifitas di dalam ruangan, dan cegah anak beraktifitas di luar ruangan untuk menghindari hirupan udara abu secara berlebihan. Agar anak tidak bosan maka sebaiknya orangtua atau anggota keluarga membuat dan mengajak anak membuat permainan di dalam ruangan.
Orangtua sebaiknya rutin membersihkan ruangan untuk mencegah paparan abu di dalam ruangan. Jika ada anggota keluarga harus keluar rumah maka wajib mengenakan masker.
Abu letusan gunung berapi dapat menimbulkan iritasi kulit, maka sebaiknya anak menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang untuk meminimalisasi kontak dengan abu vulkanik.
Selain melindungi tubuh anak dari debu dengan baju tertutup, pakaikan masker pada anak yang sudah bisa menggunakan masker, karena selain untuk mencegah debu terhirup juga mencegah penularan covid 19 selama di pengungsian.
Untuk menghindari iritasi mata akibat abu letusan yang pekat, maka anak bisa menggunakan kacamata. Sebelum mengungsi, orangtua sebaiknya menyiapkan obat-obatan emergensi, dan perlengkapan emergensi dalam satu tas darurat.
Hindari mengungsi di daerah hilir letusan, dan sebaiknya mengungsi di posko yang sudah ditetapkan pemerintah. Tetap disiplin menjaga protokol kesehatan selama di pengungsian.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021