Dinas Kesehatan Kota Kediri, Jawa Timur, mempercepat pemberian vaksin atau pemberian imunisasi PCV (Pneumokokus Konyugasi Vaksin) untuk balita secara gratis sebagai upaya terbebas dari penyakit pneumonia atau radang paru akibat bakteri.

Pengelola Program Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Kediri Meylany Rosa Puspita di Kediri, Rabu, mengemukakan Kota Kediri termasuk satu dari delapan daerah di Jawa Timur yang mendapatkan prioritas pemberian imunisasi PCV gratis dari pemerintah.

Tujuh kabupaten/kota lainnya adalah Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Malang, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Jember, Kabupaten Kediri dan Kota Malang.

"Kami mendapatkan introduksi vaksin PCV mulai Juni 2021, sehingga kami telah memberikan pengumuman, melalui radio, baliho, bagi bayi kelahiran mulai April 2021. Namun karena kondisi COVID-19, capaian vaksin masih 18 persen. Untuk itu, kami kembali mengajak ibu-ibu agar segera mendaftar daring," kata Meylany.

Ia menambahkan, imunisasi PCV ini memang diberikan kepada balita agar terbebas dari penyakit pneumonia atau radang paru akibat bakteri Pneumokokus. Pemberiannya dilakukan tiga kali yakni ketika bayi berusia dua bulan, tiga bulan, dan 12 bulan.

Balita yang berhak didaftarkan imunisasi PCV gratis ini adalah yang lahir mulai April 2021. Pembatasan tanggal lahir mulai April dikarenakan program imunisasi PCV gratis baru dirilis Juni 2021.

Pihaknya membuka pendaftaran secara daring lewat WhatsApp bagi orangtua yang memiliki balita yang belum diimunisasi PCV. Kriteria balita itu adalah khusus yang lahir mulai April 2021.

Untuk teknis pendaftaran bisa dilakukan dengan nomor bidan desa/kelurahan tempat balita berdomisili. Setelah mendaftar via WA ke bidan desa, nantinya akan dijadwalkan waktu imunisasi PCV-nya.

Imunisasi PCV, kata dia, bisa diberikan secara gratis bagi balita Kota Kediri, karena PCV telah masuk sebagai imunisasi rutin yang dibiayai pemerintah, seperti halnya imunisasi BCG, DPT, Campak.

"Kalau suntik sendiri di dokter spesialis, harga vaksin PCV ini sekali suntik sekitar Rp1 juta," kata dia.

Dinas Kesehatan Kota Kediri juga telah menggelar dialog terkait dengan pneumonia yang juga dihadiri oleh Epidemiolog Unair Surabaya, Dr dr Atoillah Isfandiari M.Kes.

Atoillah mengatakan pneumonia adalah radang paru-paru. Penyebab utamanya adalah infeksi mikroorganisme (bakteri, jamur, virus) dan bahan kimia. Sebagian besar mikroorganisme penyebab pneumonia adalah bakteri Pneumokokus.

Untuk gejala awalnya seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), yakni batuk pilek di bagian saluran nafas atas. Kalau kumannya turun ke paru-paru, maka menyebabkan paru-paru radang atau rusak yang dinamai pneumonia.

"Sama seperti COVID-19, awalnya ISPA, kalau kumannya masuk paru-paru jadi pneumonia. Bakteri Pneumokokus ini juga kalau masuk ke paru-paru menyebabkan radang atau pneumonia," kata Atok.

Ia menambahkan, yang paling rentan terserang pneumonia akibat bakteri Penumokokus ini adalah bayi di bawah usia setahun.

"Pada anak-anak atau balita, seperti batuk pilek biasa. Namun kok kemudian frekuensi nafasnya meningkat, menggeh-menggeh bahasa Jawanya, atau ngos-ngosan. Kalau begini, balitanya segera bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat agar bisa cepat diantisipasi," kata dia. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021