Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota merevitalisasi jembatan bambu di kawasan wisata Mangrove Wonorejo, Surabaya, Jatim, yang kini kondinya rusak.
Ketua Komisi C DPRD Surabaya Baktiono di Surabaya, Sabtu, mengatakan jembatan bambu dengan panjang 600 meter dan tinggi 12 meter harus segera mendapat penanganan, baik itu direvitalisasi ataupun pembangunan ulang.
“Tapi, kami meminta jika jembatan bambu itu direvitalisasi harus mengedepankan kajian,” katanya.
Menurut dia, sebagai evaluasi, jika mau membuat jembatan bambu paling tidak itu harus ada atapnya. Selain atap sebagai dekorasi, juga untuk melindungi pengunjung kalau hujan atau panas, dan melindungi jembatan tentunya.
“Sehingga nampak bagus dan bertahan lama," ujar Baktiono.
Untuk itu, pihaknya mengingatkan apabila pemkot merancang bangunan dari struktur yang rawan hancur seperti kayu atau bambu maka harus diawali dengan memperhitungkan tingkat ketahanannya.
"Memang benar bahan dari bambu dan kayu itu nampak bagus dan artistik, tapi ya harus diperhitungkan ketahanannya sampai kapan, juga harus diberi lapisan supaya tidak termakan rayap," katanya.
Selain itu, pemilihan bahan juga tidak boleh sembarang. Misalkan, dari bahan bambu maka yang digunakan bambu bongkotan. Atau jika dari bahan kayu maka kayu ulin atau kayu besi bisa menjadi opsi.
"Memang meggunakan bahan dari bambu itu murah tapi rawan rapuh. Tapi kalau kayu ulin itu sangat sesuai diaplikasikan di kawasan Mangrove Wonorejo karena hidupnya di air, jadi lebih tahan dan bagus. Hanya saja pengerjaannya sulit," katanya.
Baktiono memastikan pekan depan pihaknya akan menggelar rapat dengar pendapat bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya, menyusul nasib jembatan bambu di kawasan ekowisata Mangrove Wonorejo yang terbengkalai.
"Ya, pekan depan akan kami panggil DKPP untuk rapat bersama. Ini karena rancangan pembangunan dari Dinas Pertanian waktu itu," ujarnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemerintah Kota Surabaya Yuniarto Herlambang mengatakan kerusakan jembatan bambu tersebut belum diperbaiki karena belum ada anggaran.
Jembatan bambu di kawasan wisata Wonorejo dibangun pada Mei 2018. Pembangunan jembatan tahap pertama dilanjutkan pada akhir Desember 2018 dan tahap kedua hingga selanjutnya dilakukan pada pertengahan tahun 2019.
Jembatan gantung yang dibangun menggunakan bambu betung itu menghubungkan Mangrove Information Center dengan area joging di kawasan wisata mangrove Wonorejo.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Ketua Komisi C DPRD Surabaya Baktiono di Surabaya, Sabtu, mengatakan jembatan bambu dengan panjang 600 meter dan tinggi 12 meter harus segera mendapat penanganan, baik itu direvitalisasi ataupun pembangunan ulang.
“Tapi, kami meminta jika jembatan bambu itu direvitalisasi harus mengedepankan kajian,” katanya.
Menurut dia, sebagai evaluasi, jika mau membuat jembatan bambu paling tidak itu harus ada atapnya. Selain atap sebagai dekorasi, juga untuk melindungi pengunjung kalau hujan atau panas, dan melindungi jembatan tentunya.
“Sehingga nampak bagus dan bertahan lama," ujar Baktiono.
Untuk itu, pihaknya mengingatkan apabila pemkot merancang bangunan dari struktur yang rawan hancur seperti kayu atau bambu maka harus diawali dengan memperhitungkan tingkat ketahanannya.
"Memang benar bahan dari bambu dan kayu itu nampak bagus dan artistik, tapi ya harus diperhitungkan ketahanannya sampai kapan, juga harus diberi lapisan supaya tidak termakan rayap," katanya.
Selain itu, pemilihan bahan juga tidak boleh sembarang. Misalkan, dari bahan bambu maka yang digunakan bambu bongkotan. Atau jika dari bahan kayu maka kayu ulin atau kayu besi bisa menjadi opsi.
"Memang meggunakan bahan dari bambu itu murah tapi rawan rapuh. Tapi kalau kayu ulin itu sangat sesuai diaplikasikan di kawasan Mangrove Wonorejo karena hidupnya di air, jadi lebih tahan dan bagus. Hanya saja pengerjaannya sulit," katanya.
Baktiono memastikan pekan depan pihaknya akan menggelar rapat dengar pendapat bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya, menyusul nasib jembatan bambu di kawasan ekowisata Mangrove Wonorejo yang terbengkalai.
"Ya, pekan depan akan kami panggil DKPP untuk rapat bersama. Ini karena rancangan pembangunan dari Dinas Pertanian waktu itu," ujarnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemerintah Kota Surabaya Yuniarto Herlambang mengatakan kerusakan jembatan bambu tersebut belum diperbaiki karena belum ada anggaran.
Jembatan bambu di kawasan wisata Wonorejo dibangun pada Mei 2018. Pembangunan jembatan tahap pertama dilanjutkan pada akhir Desember 2018 dan tahap kedua hingga selanjutnya dilakukan pada pertengahan tahun 2019.
Jembatan gantung yang dibangun menggunakan bambu betung itu menghubungkan Mangrove Information Center dengan area joging di kawasan wisata mangrove Wonorejo.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021