Gerakan melawan stunting atau kekerdilan ang dilaksanakan HaloPuan memasuki Kota Sukabumi, setelah sebelumnya berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Relawan HaloPuan, Poppy Astari, dalam siaran persnya yang diterima di Surabaya, Minggu mengatakan, kegiatan ini juga didukung DPC PDI Perjuangan Kota Sukabumi, dan peluncurannya dilakukan di halaman kantor DPC PDI Perjuangan Kota Sukabumi.
Poppy mengatakan, gerakan ini menargetkan 100 balita dan ibu hamil, dan juga memberikan 100 paket sembako dan bubuk daun kelor kepada warga sasaran tersebut.
"Angka prevalensi stunting di Kota Sukabumi turun dari 15,6 persen pada 2019 menjadi 7,3 persen pada 2020. Meskipun demikian, kami membutuhkan kewaspadaan karena pandemi COVID-19 bisa saja menaikkan kembali prevalensi," ujarnya.
Poppy menambahkan, HaloPuan menyosialisasikan dampak buruk kekerdilan dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak-anak.
Lebih daripada itu, HaloPuan membawa gagasan berupa pemberian bubuk kelor sebagai asupan makanan tambahan bagi balita dan ibu hamil.
Kelor atau moringa oleifera ditetapkan WHO sebagai makanan super karena kaya dengan mikronutrisi, seperti berbagai vitamin dan serat selain juga mengandung protein yang tinggi.
WHO telah memanfaatkan bubuk kelor untuk memerangi kelaparan dan malnutrisi di Afrika.
"HaloPuan telah membuktikan bubuk kelor mampu meningkatkan massa tubuh balita," tutur Poppy.
Bubuk kelor bisa menjadi asupan alternatif bagi balita dan ibu hamil, apalagi kelor mudah didapatkan di Indonesia. Kader-kader PKK dan posyandu bisa menyajikan bubuk kelor dalam berbagai menu, seperti bubur, bolu, ataupun diminum sebagai teh.
HaloPuan adalah lembaga sosial Puan Maharani yang bergerak bersama warga dalam mengatasi masalah-masalah sosial di masyarakat.
Selain Gerakan Melawan Stunting, HaloPuan bergerak membangkitkan kembali kesenian tradisional di kota-kota dalam Gerakan Kota Berbudaya dan meningkatkan kesadaran bersama kepada kesetiakawanan sosial dalam Gerakan Wira-Wira Sosial.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Relawan HaloPuan, Poppy Astari, dalam siaran persnya yang diterima di Surabaya, Minggu mengatakan, kegiatan ini juga didukung DPC PDI Perjuangan Kota Sukabumi, dan peluncurannya dilakukan di halaman kantor DPC PDI Perjuangan Kota Sukabumi.
Poppy mengatakan, gerakan ini menargetkan 100 balita dan ibu hamil, dan juga memberikan 100 paket sembako dan bubuk daun kelor kepada warga sasaran tersebut.
"Angka prevalensi stunting di Kota Sukabumi turun dari 15,6 persen pada 2019 menjadi 7,3 persen pada 2020. Meskipun demikian, kami membutuhkan kewaspadaan karena pandemi COVID-19 bisa saja menaikkan kembali prevalensi," ujarnya.
Poppy menambahkan, HaloPuan menyosialisasikan dampak buruk kekerdilan dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak-anak.
Lebih daripada itu, HaloPuan membawa gagasan berupa pemberian bubuk kelor sebagai asupan makanan tambahan bagi balita dan ibu hamil.
Kelor atau moringa oleifera ditetapkan WHO sebagai makanan super karena kaya dengan mikronutrisi, seperti berbagai vitamin dan serat selain juga mengandung protein yang tinggi.
WHO telah memanfaatkan bubuk kelor untuk memerangi kelaparan dan malnutrisi di Afrika.
"HaloPuan telah membuktikan bubuk kelor mampu meningkatkan massa tubuh balita," tutur Poppy.
Bubuk kelor bisa menjadi asupan alternatif bagi balita dan ibu hamil, apalagi kelor mudah didapatkan di Indonesia. Kader-kader PKK dan posyandu bisa menyajikan bubuk kelor dalam berbagai menu, seperti bubur, bolu, ataupun diminum sebagai teh.
HaloPuan adalah lembaga sosial Puan Maharani yang bergerak bersama warga dalam mengatasi masalah-masalah sosial di masyarakat.
Selain Gerakan Melawan Stunting, HaloPuan bergerak membangkitkan kembali kesenian tradisional di kota-kota dalam Gerakan Kota Berbudaya dan meningkatkan kesadaran bersama kepada kesetiakawanan sosial dalam Gerakan Wira-Wira Sosial.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021