Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto menyatakan ada beberapa kendala yang dihadapi untuk menciptakan enterpreneur atau wirausaha muda nasional, salah satunya adalah kurangnya dukungan sistem pendidikan di Indonesia.

Adik Dwi Putranto seusai menjadi pembicara utama dalam acara Diklatda III BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim di Surabaya, Minggu, mengatakan sejumlah pengusaha mengeluhkan rendahnya kualitas sumber daya manusia lulusan SMK dan perguruan tinggi.

"Padahal harusnya mereka diciptakan untuk menjadi enterpreneur atau tenaga kerja yang siap kerja. Namun, lulusan SMK dan perguruan tinggi menurut kami belum begitu sesuai dengan kebutuhan industri dan wirausaha," katanya.

Oleh karena itu, kata Adik, Kadin atau HIPMI harus memiliki cara-cara pendekatan dan solusi untuk meningkatkan jumlah wirausaha dan percepatan pemulihan ekonomi dengan gaya baru.

"Saya memiliki harapan besar terhadap HIPMI Jatim sebab tujuan dan visi misi HIPMI sebenarnya sama dengan Kadin, yaitu membantu mendorong percepatan pemulihan ekonomi Indonesia," katanya.

Adik menyebut HIPMI bisa berperan ikut dalam percepatan pembangunan ekonomi yang menjadi cita-cita semua, salah satunya dengan menciptakan wirausaha.

"Wirausaha baru ini diharapkan akan bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Kalau ada wirausaha baru maka ada penyerapan tenaga kerja, tenaga kerja bisa menabung, bisa investasi, dan seterusnya. Bahkan akan muncul pasar dan permintaan baru selanjutnya akan muncul lagi wirausaha baru. Siklusnya seperti itu,” jelas Adik.

Sementara pendiri HIPMI Abdul Latief yang juga ikut secara virtual kegiatan Diklatda III BPD HIPMI Jatim menegaskan bahwa HIPMI terus berusaha mendorong terciptanya wirausahawan baru.

Salah satunya dengan mengajak beberapa tokoh HIPMI menyusun roadmap (peta jalan) HIPMI 50 tahun ke depan. "Dalam roadmap tersebut ditegaskan bahwa 50 tahun ke depan jumlah enterpreneur di Indonesia harus mencapai sekitar 12 hingga 14 persen," kata Latief.

Sebab, kata dia, jumlah wirausahawan di Indonesia saat ini masih minim, dan jika mengacu pada standar negara maju di antaranya adalah sekitar 12-14 persen dari jumlah penduduknya adalah wirausahawan.

"Sementara di sini masih di bawah 3 persen. Waktu saya mendirikan HIPMI tahun 1972, saya ingin 50 tahun ke depan jumlah pengusaha Indonesia harus mencapai 8 persen. Tapi, sampai sekarang baru 3 persen, artinya cuma 8 juta. Itu pun 65-70 persen adalah UMKM. Praktis level pendidikan dibawah SD. Maka itu kami harus bekerja sungguh-sungguh. Ini harus dipikirkan dan inilah tujuan saya mendirikan HIPMI, untuk mencetak entrepreneur muda," kata Latief.

Diklatda III BPD HIPMI Jatim diselenggarakan secara virtual dengan tema “Jatim Bangkit dan Beraksi”, serta diikuti sekitar 300 pengurus BPD HIPMI Jatim dan BPC HIPMI kabupaten/kota di se-Jatim.

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021