Sejumlah siswa dan guru yang menjadi korban keracunan makanan nasi kotak pesanan (katering) sekolah di SMKN 1 Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, diizinkan beristirahat hingga beberapa hari ke depan, termasuk dari kewajiban mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM), demi memastikan kondisi mereka pulih seperti semula.
"Anak-anak harus istirahat dulu dari semua kegiatan pembelajaran. Dan untuk pengawasan kesehatan, nanti semua ditanggung sekolah. Kami juga akan memberikan santunan perawatan," kata Kepala SMKN 1 Rejotangan Masrur Hanafi di Tulungagung, Jawa Timur, Senin.
Kebijakan itu diberlakukan khusus karena insiden keracunan tersebut dianggap sebagai kejadian luar biasa. Pihak sekolah juga merasa bertanggung jawab karena pengadaan makanan nasi kotak diinisiasi oleh sekolah.
Siswa yang sudah dinyatakan sembuh dan boleh pulang pun tetap diimbau Hanafi untuk istirahat terlebih dulu, sampai kondisi mereka benar-benar fit.
Hal serupa juga diberlakukan kepada beberapa guru yang mengalami kejadian serupa, keracunan dengan gejala mual, muntah, pusing disertai diare.
"Jadi setelah kejadian Sabtu itu, kami melalukan pendataan terhadap siswa maupun guru, hasilnya itu ada 24 orang," katanya.
Namun tidak semua yang mengalami gejala keracunan ini dirawat di Puskesmas Banjarejo. Ada beberapa yang memilih rawat di rumah, atau ke klinik lain karena alasan kedekatan dengan tempat tinggal, ataupun pertimbangan lainnya.
"Awalnya dianggap diare biasa, sehingga mereka ada yang dibawa ke dokter dan klinik di luar puskesmas," katanya.
Hanafi menambahkan, saat ini pihaknya terus melakukan pemantauan kodisi belasan siswa yang masih menjalani rawat inap di puskesmas.
"Alhamdulillah mulai membaik, sebetulnya mereka sudah ingin pulang, tapi karena masih ada keluhan, sehingga diminta dirawat dulu sampai benar-benar sembuh," katanya.
Hingga berita ini dilaporkan jumlah siswa SMKN 1 Rejotangan yang menjalani perawatan di Puskesmas Banjarejo mencapai 14 orang. Namun kondisi mereka berangsur mulai membaik.
Insiden keracunan masal di lingkungan SMKN 1 Rejotangan mulai diketahui pada Jumat (8/10) sore/malam. Bermula dari beberapa siswa yang mengalami mual, pusing, muntah dan ada yang diare dialami beberapa siswa sepulang dari mengikuti kegiatan pameran seni dan kreasi, atau semacam pentas seni kreasi di sekolah pada siang harinya.
Kondisi mereka sebagian memburuk pada Sabtu pagi saat kembali masuk sekolah sehingga harus dilarikan ke puskesmas terdekat guna mendapat perawatan.
Dari pemeriksaan yang dilakukan dugaan keracunan berasal dari makanan katering yang dimakan para siswa.
Namun polisi melakukan pendalaman, lantaran makanan yang disantap para siswa berasal dari tiga katering berbeda.
Menurut data pihak SMKN 1 Rejotangan, total ada 24 siswa dan guru yang mengalami gejala keracunan, 13 orang di antaranya dirawat di puskesmas Banjarejo, demikian Masrur Hanafi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Anak-anak harus istirahat dulu dari semua kegiatan pembelajaran. Dan untuk pengawasan kesehatan, nanti semua ditanggung sekolah. Kami juga akan memberikan santunan perawatan," kata Kepala SMKN 1 Rejotangan Masrur Hanafi di Tulungagung, Jawa Timur, Senin.
Kebijakan itu diberlakukan khusus karena insiden keracunan tersebut dianggap sebagai kejadian luar biasa. Pihak sekolah juga merasa bertanggung jawab karena pengadaan makanan nasi kotak diinisiasi oleh sekolah.
Siswa yang sudah dinyatakan sembuh dan boleh pulang pun tetap diimbau Hanafi untuk istirahat terlebih dulu, sampai kondisi mereka benar-benar fit.
Hal serupa juga diberlakukan kepada beberapa guru yang mengalami kejadian serupa, keracunan dengan gejala mual, muntah, pusing disertai diare.
"Jadi setelah kejadian Sabtu itu, kami melalukan pendataan terhadap siswa maupun guru, hasilnya itu ada 24 orang," katanya.
Namun tidak semua yang mengalami gejala keracunan ini dirawat di Puskesmas Banjarejo. Ada beberapa yang memilih rawat di rumah, atau ke klinik lain karena alasan kedekatan dengan tempat tinggal, ataupun pertimbangan lainnya.
"Awalnya dianggap diare biasa, sehingga mereka ada yang dibawa ke dokter dan klinik di luar puskesmas," katanya.
Hanafi menambahkan, saat ini pihaknya terus melakukan pemantauan kodisi belasan siswa yang masih menjalani rawat inap di puskesmas.
"Alhamdulillah mulai membaik, sebetulnya mereka sudah ingin pulang, tapi karena masih ada keluhan, sehingga diminta dirawat dulu sampai benar-benar sembuh," katanya.
Hingga berita ini dilaporkan jumlah siswa SMKN 1 Rejotangan yang menjalani perawatan di Puskesmas Banjarejo mencapai 14 orang. Namun kondisi mereka berangsur mulai membaik.
Insiden keracunan masal di lingkungan SMKN 1 Rejotangan mulai diketahui pada Jumat (8/10) sore/malam. Bermula dari beberapa siswa yang mengalami mual, pusing, muntah dan ada yang diare dialami beberapa siswa sepulang dari mengikuti kegiatan pameran seni dan kreasi, atau semacam pentas seni kreasi di sekolah pada siang harinya.
Kondisi mereka sebagian memburuk pada Sabtu pagi saat kembali masuk sekolah sehingga harus dilarikan ke puskesmas terdekat guna mendapat perawatan.
Dari pemeriksaan yang dilakukan dugaan keracunan berasal dari makanan katering yang dimakan para siswa.
Namun polisi melakukan pendalaman, lantaran makanan yang disantap para siswa berasal dari tiga katering berbeda.
Menurut data pihak SMKN 1 Rejotangan, total ada 24 siswa dan guru yang mengalami gejala keracunan, 13 orang di antaranya dirawat di puskesmas Banjarejo, demikian Masrur Hanafi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021