Bupati Konawe Selatan Surunuddin Dangga tertarik mengembangkan porang varietas Madiun-1 yang telah menjadi komoditas unggulan ekspor untuk dibudidayakan di wilayahnya guna meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Kami sengaja ke Kabupaten Madiun untuk mencari ilmu bagaimana mengembangkan porang, karena kondisi alam di Sulawesi Tenggara sangat cocok. Di sana juga ada porang tapi belum tersertifikasi. Porang Madiun-1 ini sudah banyak ditanam di berbagai daerah di Indonesia," ujar Bupati Konawe Selatan Surunuddin Dangga saat melakukan kunjungan kerja di Madiun, Jawa Timur, Senin.
Menurut ia, sesuai instruksi presiden, bahwa pemerintah daerah harus mengembangkan tanaman-tanaman atau komoditas yang berkualitas ekspor, salah satu di antaranya porang.
"Di Konawe Selatan kami sudah memiliki tanaman ekspor seperti merica, sawit, serta nilam. Dan porang ini yang sedang kita kembangkan. Karenanya, kami akan mendatangkan porang Madiun-1. Hal ini sesuai permintaan masyarakat Konawe yang didukung juga dengan kondisi alamnya yang cocok serta wilayah hutan di Konawe yang sangat luas," ungkapnya.
Bupati Madiun Ahmad Dawami mengucapkan terima kasih dan menyambut baik kerja sama ekonomi yang akan dijalin antara Kabupaten Madiun dengan Kabupaten Konawe Selatan.
"Kami sudah berbincang-bincang terkait kerja sama antardaerah yang tujuannya sama, yaitu untuk kesejahteraan masyarakat masing-masing. Yang jelas, kami siap bekerja sama terkait pengembangan porang Madiun-1, baik itu bibitnya sampai dengan tenaga ahlinya," kata Bupati Ahmad Dawami.
Porang telah menjadi komoditas primadona di Kabupaten Madiun untuk diekspor ke Jepang, China, dan sejumlah negara lainnya. Porang tersebut diekspor dalam bentuk olahan chips (irisan tipis) kering, yang harganya sekitar Rp55.000 per kilogram. Selain itu juga dalam bentuk tepung porang yang nilai jualnya bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp150.000 per kilogram.
Karena sangat ekonomis, banyak warga Kabupaten Madiun yang menanam porang. Hal itu terlihat dari tren kenaikan luas lahan selama lima tahun terakhir. Sesuai data Dinas Pertanian setempat, pada 2016 di Kabupaten Madiun hanya terdapat 1.484 hektare lahan porang. Setahun kemudian bertambah menjadi 1.536 hektare dan pada 2018 mencapai 1.568 hektare.
Pada 2019 luas lahan porang mengalami lonjakan drastis menjadi 3.465 hektare. Kemudian, tahun 2020 bertambah menjadi seluas 5.363 hektare, dan dimungkinkan terus bertambah.
Sentra budi daya porang juga telah dikembangkan di 10 kecamatan dari sebelumnya yang hanya beberapa kecamatan. Yakni, Kecamatan Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Madiun.
Selain itu, mengingat potensi ekonomisnya yang tinggi, Pemkab Madiun juga telah menjadikan porang sebagai komoditas unggulan daerah setempat dengan intervensi mematenkan varietas porang asli Kabupaten Madiun yang unggul dan diberi nama Porang Madiun-1.
Sementara, dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Madiun, Bupati Konawe Selatan H. Surunuddin Dangga juga melihat lahan pembudidayaan porang dan mengunjungi pabrik pengolahan porang PT Asia Prima Konjac di Desa Kuwu, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Kami sengaja ke Kabupaten Madiun untuk mencari ilmu bagaimana mengembangkan porang, karena kondisi alam di Sulawesi Tenggara sangat cocok. Di sana juga ada porang tapi belum tersertifikasi. Porang Madiun-1 ini sudah banyak ditanam di berbagai daerah di Indonesia," ujar Bupati Konawe Selatan Surunuddin Dangga saat melakukan kunjungan kerja di Madiun, Jawa Timur, Senin.
Menurut ia, sesuai instruksi presiden, bahwa pemerintah daerah harus mengembangkan tanaman-tanaman atau komoditas yang berkualitas ekspor, salah satu di antaranya porang.
"Di Konawe Selatan kami sudah memiliki tanaman ekspor seperti merica, sawit, serta nilam. Dan porang ini yang sedang kita kembangkan. Karenanya, kami akan mendatangkan porang Madiun-1. Hal ini sesuai permintaan masyarakat Konawe yang didukung juga dengan kondisi alamnya yang cocok serta wilayah hutan di Konawe yang sangat luas," ungkapnya.
Bupati Madiun Ahmad Dawami mengucapkan terima kasih dan menyambut baik kerja sama ekonomi yang akan dijalin antara Kabupaten Madiun dengan Kabupaten Konawe Selatan.
"Kami sudah berbincang-bincang terkait kerja sama antardaerah yang tujuannya sama, yaitu untuk kesejahteraan masyarakat masing-masing. Yang jelas, kami siap bekerja sama terkait pengembangan porang Madiun-1, baik itu bibitnya sampai dengan tenaga ahlinya," kata Bupati Ahmad Dawami.
Porang telah menjadi komoditas primadona di Kabupaten Madiun untuk diekspor ke Jepang, China, dan sejumlah negara lainnya. Porang tersebut diekspor dalam bentuk olahan chips (irisan tipis) kering, yang harganya sekitar Rp55.000 per kilogram. Selain itu juga dalam bentuk tepung porang yang nilai jualnya bisa mencapai Rp100.000 hingga Rp150.000 per kilogram.
Karena sangat ekonomis, banyak warga Kabupaten Madiun yang menanam porang. Hal itu terlihat dari tren kenaikan luas lahan selama lima tahun terakhir. Sesuai data Dinas Pertanian setempat, pada 2016 di Kabupaten Madiun hanya terdapat 1.484 hektare lahan porang. Setahun kemudian bertambah menjadi 1.536 hektare dan pada 2018 mencapai 1.568 hektare.
Pada 2019 luas lahan porang mengalami lonjakan drastis menjadi 3.465 hektare. Kemudian, tahun 2020 bertambah menjadi seluas 5.363 hektare, dan dimungkinkan terus bertambah.
Sentra budi daya porang juga telah dikembangkan di 10 kecamatan dari sebelumnya yang hanya beberapa kecamatan. Yakni, Kecamatan Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng, dan Madiun.
Selain itu, mengingat potensi ekonomisnya yang tinggi, Pemkab Madiun juga telah menjadikan porang sebagai komoditas unggulan daerah setempat dengan intervensi mematenkan varietas porang asli Kabupaten Madiun yang unggul dan diberi nama Porang Madiun-1.
Sementara, dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Madiun, Bupati Konawe Selatan H. Surunuddin Dangga juga melihat lahan pembudidayaan porang dan mengunjungi pabrik pengolahan porang PT Asia Prima Konjac di Desa Kuwu, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021