Lima mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang merancang inti penyerap pembalut wanita dari limbah agar-agar yang diklaim bisa mencegah terjadinya kanker serviks.
Kelima mahasiswa UB Malang itu adalah Galuh Zhafirah Gafnie, Riska Sulistianti Putri, Rafifa Bunga Jashinta, Nur Amalani Saputri, dan Abdul Gafur, yang dibimbing oleh Dr. Ir. Anies Chamidah, MP.
"Limbah agar-agar memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi, sekitar 27,38 hingga 39,45 persen. Selulosa inilah yang diubah menjadi hidrogel dan dicampurkan dengan kitosan. Kitosan memiliki sifat sebagai antibakteri yang tidak berbau dan tidak berbahaya bagi tubuh," kata Galuh Zhafirah Gafnie di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Menurut Galuh, inti penyerap ini memiliki sifat yang ramah lingkungan, karena dibuat dengan memanfaatkan limbah hasil produksi agar-agar dan limbah karapas (kulit) udang, sehingga lebih mudah didegradasi oleh bakteri pengurai.
Selain itu, inti penyerap ini juga aman bagi pengguna, karena terkandung kitosan di dalamnya.
Galuh berharap penelitian yang dilakukan bersama timnya itu dapat menjadi solusi atas keresahan yang terjadi di masyarakat.
Walaupun sudah ada beberapa pembalut alternatif, seperti menstrual cup dan pembalut kain, mayoritas perempuan di Indonesia masih banyak yang menggunakan pembalut pada saat menstruasi.
Namun, penggunaan bahan sintetis seperti dioxin, pewangi dan pemutih yang sering diaplikasikan pada pembalut wanita memiliki efek samping yang kurang baik bagi kesehatan tubuh, salah satuya adalah kanker serviks.
Berdasarkan data dan informasi Kemenkes pada tahun 2015, jumlah penderita penyakit kanker serviks di Indonesia mencapai 98.692 kasus, dimana sebagian besar masih termasuk dalam usia subur.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Kelima mahasiswa UB Malang itu adalah Galuh Zhafirah Gafnie, Riska Sulistianti Putri, Rafifa Bunga Jashinta, Nur Amalani Saputri, dan Abdul Gafur, yang dibimbing oleh Dr. Ir. Anies Chamidah, MP.
"Limbah agar-agar memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi, sekitar 27,38 hingga 39,45 persen. Selulosa inilah yang diubah menjadi hidrogel dan dicampurkan dengan kitosan. Kitosan memiliki sifat sebagai antibakteri yang tidak berbau dan tidak berbahaya bagi tubuh," kata Galuh Zhafirah Gafnie di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Menurut Galuh, inti penyerap ini memiliki sifat yang ramah lingkungan, karena dibuat dengan memanfaatkan limbah hasil produksi agar-agar dan limbah karapas (kulit) udang, sehingga lebih mudah didegradasi oleh bakteri pengurai.
Selain itu, inti penyerap ini juga aman bagi pengguna, karena terkandung kitosan di dalamnya.
Galuh berharap penelitian yang dilakukan bersama timnya itu dapat menjadi solusi atas keresahan yang terjadi di masyarakat.
Walaupun sudah ada beberapa pembalut alternatif, seperti menstrual cup dan pembalut kain, mayoritas perempuan di Indonesia masih banyak yang menggunakan pembalut pada saat menstruasi.
Namun, penggunaan bahan sintetis seperti dioxin, pewangi dan pemutih yang sering diaplikasikan pada pembalut wanita memiliki efek samping yang kurang baik bagi kesehatan tubuh, salah satuya adalah kanker serviks.
Berdasarkan data dan informasi Kemenkes pada tahun 2015, jumlah penderita penyakit kanker serviks di Indonesia mencapai 98.692 kasus, dimana sebagian besar masih termasuk dalam usia subur.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021