Omzet penjualan seragam di toko-toko konveksi yang menjual setelan seragam maupun atribut sekolah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, meningkat seiring akan dimulainya pembelajaran tatap muka terbatas untuk jenjang SD, SMP dan SMA di daerah itu.
Sebagaimana terlihat di toko-toko seragam yang berlokasi di Jalan Basuki Rahmad, Kota Tulungagung, Rabu, puluhan orang mengantri untuk membeli seragam anak mereka yang akan masuk sekolah mulai Kamis (9/9).
Sejumlah pedagang mengaku permintaan seragam sekolah mulai ramai sejak tiga hari terakhir, tepatnya mulai Senin (6/9) dimana beberapa SMA/SMK mulai melakukan ujicoba PTM.
"Alhamdulillah penjualan saat ini boleh dibilang meningkat 100 persen," kata salah satu pemilik toko seragam yang lokasinya persis di depan SMPN 1 Tulungagung, Muhammad Nur Amprin.
Keputusan pemeberlakuan PTM untuk siswa sekolah ini rupanya kurang diantisipasi para pedagang. Terbukti, kendati mereka telah menyiapkan stok seragam namun jumlahnya belum cukup banyak.
Beberapa toko seperti milik Nur Amprin sempat kehabisan stok sehingga calon pembeli harus beralih ke toko lain demi mendapat seragam dan atribut sekolah yang diinginkan.
Dalam sehari, toko NurAmprin mampu menjual sekitar 170 stel seragam. Peningkatan ini mulai terjadi dalam 2-3 hari terakhir. "Sebelum ini, terutama selama pandemi ini sepi karena memang belum ada kebijakan sekolah masuk (pembelajaran tatap muka),” ujarnya.
Salah satu orang tua yang membeli seragam, Arisanti, warga Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, belanja seragam untuk anaknya yang kelas 7.
Ia mengaku sengaja membeli seragam mendekati jadwal pelaksanaan PTM karena sempat mengira siswa bakal mendapat jatah bantuan seragam yang disubsidi pemerintah.
Terlepas dari itu, Arisanti mengaku senang dengan kebijakan pembelajaran tatap muka di sekolah saat ini. Kendati jumlahnya dibatasi, belajar di sekolah akan melatih anaknya untuk bersosialisasi dengan teman-temannya di kelas.
Selain itu siswa bisa lebih fokus mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam ruang kelas.
"Senang banget. Biar tidak stres, pikiran pusing kalau anak kelamaan tidak sekolah," katanya dengan ekspresi senang.
Untuk membeli seragam ini, dirinya harus merogoh kocek cukup dalam. Untuk dua stel seragam dengan harga sekitar Rp500 ribu.
“Ini tadi satu 250 untuk satu warna (pramuka), satunya 210 (biru putih)," katanya.
Harga itu hanya seragam saja, belum termasuk atribut sekolah seperti topi, badge dan dasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Sebagaimana terlihat di toko-toko seragam yang berlokasi di Jalan Basuki Rahmad, Kota Tulungagung, Rabu, puluhan orang mengantri untuk membeli seragam anak mereka yang akan masuk sekolah mulai Kamis (9/9).
Sejumlah pedagang mengaku permintaan seragam sekolah mulai ramai sejak tiga hari terakhir, tepatnya mulai Senin (6/9) dimana beberapa SMA/SMK mulai melakukan ujicoba PTM.
"Alhamdulillah penjualan saat ini boleh dibilang meningkat 100 persen," kata salah satu pemilik toko seragam yang lokasinya persis di depan SMPN 1 Tulungagung, Muhammad Nur Amprin.
Keputusan pemeberlakuan PTM untuk siswa sekolah ini rupanya kurang diantisipasi para pedagang. Terbukti, kendati mereka telah menyiapkan stok seragam namun jumlahnya belum cukup banyak.
Beberapa toko seperti milik Nur Amprin sempat kehabisan stok sehingga calon pembeli harus beralih ke toko lain demi mendapat seragam dan atribut sekolah yang diinginkan.
Dalam sehari, toko NurAmprin mampu menjual sekitar 170 stel seragam. Peningkatan ini mulai terjadi dalam 2-3 hari terakhir. "Sebelum ini, terutama selama pandemi ini sepi karena memang belum ada kebijakan sekolah masuk (pembelajaran tatap muka),” ujarnya.
Salah satu orang tua yang membeli seragam, Arisanti, warga Desa Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, belanja seragam untuk anaknya yang kelas 7.
Ia mengaku sengaja membeli seragam mendekati jadwal pelaksanaan PTM karena sempat mengira siswa bakal mendapat jatah bantuan seragam yang disubsidi pemerintah.
Terlepas dari itu, Arisanti mengaku senang dengan kebijakan pembelajaran tatap muka di sekolah saat ini. Kendati jumlahnya dibatasi, belajar di sekolah akan melatih anaknya untuk bersosialisasi dengan teman-temannya di kelas.
Selain itu siswa bisa lebih fokus mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam ruang kelas.
"Senang banget. Biar tidak stres, pikiran pusing kalau anak kelamaan tidak sekolah," katanya dengan ekspresi senang.
Untuk membeli seragam ini, dirinya harus merogoh kocek cukup dalam. Untuk dua stel seragam dengan harga sekitar Rp500 ribu.
“Ini tadi satu 250 untuk satu warna (pramuka), satunya 210 (biru putih)," katanya.
Harga itu hanya seragam saja, belum termasuk atribut sekolah seperti topi, badge dan dasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021