Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur melatih santri dari sejumlah pondok pesantren di wilayah itu untuk mengembangkan budi daya pisang cavendish, karena jenis tanaman ini memiliki nilai ekonomi tinggi dan cocok di lahan tropis.
Menurut Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Sumenep Arif Firmanto di Sumenep, Selasa, kegiatan ini dilakukan agar para santri nantinya bisa mengembangkan pertanian, sehingga bidang usaha pertanian bisa lebih maju.
"Jika banyak santri yang terjun di bidang pertanian, ekonomi pertanian tentunya akan lebih berkembang," katanya.
Program ini, sambung dia, juga dalam rangka mensukseskan program bupati Sumenep, yakni Santri Millenial Entrepreneur 2021, yakni menjadikan santri sebagai lokomotif gerakan ekonomi di masyarakat.
Arif menjelaskan Kabupaten Sumenep juga dikenal dengan kota santri, dan banyak lembaga pendidikan pondok pesantren di wilayah itu, dengan potensi pengembangan ekonomi yang paling banyak digeluti masyarakat pada bidang pertanian.
"Oleh karena itu, kami mengarahkan agar potensi yang ada ini bisa dikembangkan, dengan cara mengajak generasi muda atau santri untuk menghidupkan semangat bertani. Sehingga mereka berminat membudidayakan pisang cavendish di Kabupaten Sumenep," katanya.
Teknik membudiyakan pisang cavendish menjadi pilihan, karena beberapa pertimbangan. Pertama, di Sumenep sudah banyak masyarakat yang membudidayakan pisang di lahan milik mereka. Hanya saja, pisang yang ditanam belum bisa menjadi penghasilan utama dan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kedua, tanaman atau budidaya pisang itu, juga sejalan program Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang menginkan agar para pertani bisa meningkatkan produksi dan budidaya buah.
Ketiga, pisang cavendish merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia, dan di Indonesia, pisang ini lebih dikenal dengan sebutan Pisang Ambon Putih. Pisang ini banyak dikembang biakan menggunakan metode kultur jaringan.
"Dan berdasarkan hasil penelitian laboratorium, di Kabupaten Sumenep ini memang sangat cocok untuk pengembangan pisang cavendish. Jadi melalui pelatihan itu, hendaknya para santri juga bisa menjadi pembudi daya pisang tersebut," katanya.
Arif Firmanto lebih lanjut menjelaskan pelatihan pengembangan usaha pertanian bagi para santri itu telah dimulai sejak 19 Agustus 2021 dengan sasaran para santri dari sejumlah pondok pesantren di Kecamatan Ganding, Sumenep. Selanjutnya pelatihan akan digelar di masing-masing kecamatan.
Selain dibekali tentang teknik budidaya dan pengembangan tanaman, peserta juga dibekali dengan teknik pemasaran, desain animasi, produk pangan dan skill sebagai pengetahuan tambahan.
"Ilmu tambahan ini diberikan, karena saat ini polanya adalah millenial, sehingga para santri juga diajari bagaimana bisa memasarkan produk hasil pertanian mereka secara digital," katanya, menjelaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Menurut Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Dispertahortbun) Sumenep Arif Firmanto di Sumenep, Selasa, kegiatan ini dilakukan agar para santri nantinya bisa mengembangkan pertanian, sehingga bidang usaha pertanian bisa lebih maju.
"Jika banyak santri yang terjun di bidang pertanian, ekonomi pertanian tentunya akan lebih berkembang," katanya.
Program ini, sambung dia, juga dalam rangka mensukseskan program bupati Sumenep, yakni Santri Millenial Entrepreneur 2021, yakni menjadikan santri sebagai lokomotif gerakan ekonomi di masyarakat.
Arif menjelaskan Kabupaten Sumenep juga dikenal dengan kota santri, dan banyak lembaga pendidikan pondok pesantren di wilayah itu, dengan potensi pengembangan ekonomi yang paling banyak digeluti masyarakat pada bidang pertanian.
"Oleh karena itu, kami mengarahkan agar potensi yang ada ini bisa dikembangkan, dengan cara mengajak generasi muda atau santri untuk menghidupkan semangat bertani. Sehingga mereka berminat membudidayakan pisang cavendish di Kabupaten Sumenep," katanya.
Teknik membudiyakan pisang cavendish menjadi pilihan, karena beberapa pertimbangan. Pertama, di Sumenep sudah banyak masyarakat yang membudidayakan pisang di lahan milik mereka. Hanya saja, pisang yang ditanam belum bisa menjadi penghasilan utama dan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kedua, tanaman atau budidaya pisang itu, juga sejalan program Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang menginkan agar para pertani bisa meningkatkan produksi dan budidaya buah.
Ketiga, pisang cavendish merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia, dan di Indonesia, pisang ini lebih dikenal dengan sebutan Pisang Ambon Putih. Pisang ini banyak dikembang biakan menggunakan metode kultur jaringan.
"Dan berdasarkan hasil penelitian laboratorium, di Kabupaten Sumenep ini memang sangat cocok untuk pengembangan pisang cavendish. Jadi melalui pelatihan itu, hendaknya para santri juga bisa menjadi pembudi daya pisang tersebut," katanya.
Arif Firmanto lebih lanjut menjelaskan pelatihan pengembangan usaha pertanian bagi para santri itu telah dimulai sejak 19 Agustus 2021 dengan sasaran para santri dari sejumlah pondok pesantren di Kecamatan Ganding, Sumenep. Selanjutnya pelatihan akan digelar di masing-masing kecamatan.
Selain dibekali tentang teknik budidaya dan pengembangan tanaman, peserta juga dibekali dengan teknik pemasaran, desain animasi, produk pangan dan skill sebagai pengetahuan tambahan.
"Ilmu tambahan ini diberikan, karena saat ini polanya adalah millenial, sehingga para santri juga diajari bagaimana bisa memasarkan produk hasil pertanian mereka secara digital," katanya, menjelaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021