Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melepas secara simbolik sebanyak 791 mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) untuk melakukan digitalisasi di sejumlah pondok pesantren.

Pelepasan dilakukan oleh Rektor Unusa Prof. Achmad Jazidie, Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Wahid Wahyudi MT yang mewakili Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-'ien, Ngunut, Tulungagung,  KH. Muhson Hamdani secara virtual melalui Zoom, Senin.

Rektor Unusa Prof. Achmad Jazidie mengatakan KKN tahun ini mengambil tema "Belajar Bersama Unusa: Pesantren Tangguh COVID-19" dengan sub tema bidang pendidikan, ekonomi dan manajemen, sistem informasi dan kesehatan. Selain KKN ke pesantren, 791 mahasiswa juga akan disebar di kelurahan, dan puskesmas.

"Kami berharap kehadiran mahasiswa tidak semata akan memberikan pencerahan kepada masyarakatnya tapi juga bisa mengambil pelajaran tentang dinamika yang terjadi di masyarakat di tengah pandemi COVID-19," ujarnya.

Jazidie mengingatkan, para mahasiswa sebaiknya jangan memperdebatkan soal pandemi COVID-19, tapi diharapkan untuk lebih memberi pengertian kepada masyarakat bahwa COVID-19 itu ada dan bagaimana cara menanggulanginya.

Pada kesempatan itu, Wahid Wahyudi berharap para mahasiswa dapat memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat baik dalam hal memberikan pengetahuan tentang COVID-19 maupun kebutuhan lain yang memang sangat dibutuhkan di era pandemi ini.

"Bagaimana menyiapkan pembelajaran daring dan menyiapkan pembelajaran tatap muka adalah salah satu hal yang diharapkan," ucapnya.

Salah satu kegiatan yang dilakukan kelompok mahasiswa di pondok pesantren adalah melakukan digitalisasi kantin Ponpes Mansyaul Ulum, Malang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk berkontribusi nyata bagi perkembangan pesantren berbasis digital.

Ketua kelompok 61 Siti Romlah mengatakan dirinya dan anggota kelompoknya sudah merancang berbagai kegiatan untuk dilaksanakan di lokasi KKN, baik secara daring maupun luring.

"Setidaknya saya bersama teman-teman akan melakukan tiga kegiatan utama, yaitu pendampingan pengelolaan kantin pesantren berbasis digital, pelatihan tata kelola organisasi dan usaha di pesantren, serta pelatihan penyusunan laporan keuangan usaha di pesantren," katanya.

Kegiatan akan dilakukan secara blended, yaitu perpaduan antara metode daring dan luring yang dilakukan karena pendekatan daring penuh dirasa cukup memberatkan bagi pesantren.

"Metode yang akan kami gunakan ada dua macam yakni luring dan daring. Saat luring anggota kelompok tetap menaga 5M plus 1D, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilitas, dan doa," kata Romlah. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021