Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menggelar program "Bridging Course Vokasi" Tahun 2021.

Dalam keterangan tertulis diterima di Surabaya, Minggu, program ini merupakan kursus intensif persiapan/pembekalan kompetensi bahasa dan akademik pendukung untuk insan vokasi agar mampu memenuhi persyaratan untuk diterima pada perguruan tinggi di luar negeri.

"Program ini tidak hanya membuat insan vokasi belajar Bahasa Inggris secara kontekstual, tapi yang lebih penting adalah bagaimana dapat aktif dalam studi dan menyesuaikan diri dengan budaya berbeda," ujar Dekan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB), Arief Daryanto.

Melalui program tersebut diharapkan insan vokasi mendapatkan penguatan kemampuan bahasa Inggris dan keterampilan akademik pendukung yang diselenggarakan secara terstruktur serta pendampingan-pendampingan profesional agar bisa mendapatkan Letter of Accaptance (LoA) pada perguruan tinggi impian.

Dengan demikian, kata dia, ketersediaan insan vokasi yang memenuhi kualifikasi untuk melanjutkan studi ke program S2/S3 dapat meningkat.

Program ini ditujukan untuk dosen dan bukan dosen, baik guru dan tenaga kependidikan SMK, instruktur lembaga kursus dan pelatihan (LKP), widyaiswara di lingkungan Ditjen Vokasi, maupun masyarakat umum yang memiliki kontribusi langsung pada pendidikan vokasi dan berencana melanjutkan studi S2/S3 ke luar negeri.

Baca juga: Jelang ditutup, pendaftar program riset keilmuan terapan dalam negeri lampaui target

Baca juga: Fakultas Vokasi Unair gandeng dunia industri aplikasikan program "link and match"

Dekan Arief juga mengatakan pemerintah telah membuka kesempatan seluas-luasnya kepada insan vokasi Indonesia untuk mengakses kesempatan studi di luar negeri.

Harapannya, lanjut dia, ke depan para insan vokasi dapat mengambil kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuannya, salah satunya melalui program "Bridging Course Vokasi".

"Sekarang adalah waktunya bagi teman-teman untuk ambil studi ke luar negeri, tapi fokus pada pendidikan vokasi. Kita perlu motivasi yang khusus dan insentif sudah disediakan," katanya.

Sementara itu, lulusan program Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada yang juga CEO Eboni Watch, Afidha Fajar Adhitya, mengatakan insan-insan vokasi memerlukan keuletan dan kecepatan untuk beradaptasi.

Dua hal tersebut dinilainya menjadi kunci bagi insan vokasi, terutama saat menghadapi krisis seperti selama pandemi COVID-19.

"Sebagai lulusan pendidikan vokasi, saya menilai kehadiran program-program beasiswa, termasuk 'Bridging Course Vokasi', sebagai kesempatan bagus," tutur-nya (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021