Petrokimia Gresik mencatatkan kinerja positif dengan perolehan laba sebesar Rp1,42 triliun (audited) atau 118 persen dari target Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2020.

"Kinerja positif di tahun 2020 ini merupakan wujud kontribusi nyata perusahaan dalam mendukung pemerintah memperkuat ekonomi nasional di tengah pandemi COVID-19,” kata Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo, di Gresik, Sabtu.

Saat penyampaian kinerja dalam acara peringatan hari ulang tahun ke-49 Petrokimia Gresik, Dwi mengatakan kinerja positif ini karena pertanian menjadi salah satu sektor yang tumbuh positif selama pandemi COVID-19, sehingga sejalan dengan peningkatan kinerja perusahaan.

“Ini membuktikan Petrokimia Gresik mampu mengubah tantangan menjadi peluang,” kata Dwi, dalam siaran persnya kepada wartawan.

Dwi mengatakan, Petrokimia Gresik akan terus mendorong kinerja positif, salah satu upayanya melalui peningkatan kinerja serta akselerasi program hilirisasi produk melalui pembangunan pabrik baru.

Selain itu, ancaman krisis pangan akibat pandemi COVID-19 telah menjadi stimulus bagi industri pupuk dan pangan dalam negeri, khususnya Petrokimia Gresik untuk memperkuat sektor produksi pertanian domestik sebagai penopang ketahanan pangan nasional.

"Tidak hanya di pasar domestik, adanya global supply shock ini juga memberikan peluang Petrokimia Gresik untuk melakukan ekspansi pasar dan menggenjot ekspor," katanya.

Dwi mencatat, selama tahun 2020, penjualan ekspor Petrokimia Gresik mencapai 494 ribu ton, meningkat 25 persen dari penjualan ekspor tahun 2019, serta menguasai market share pupuk NPS di India sebesar 35 persen.

"Selama 49 tahun berdiri, Petrokimia Gresik telah memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan teknologi pemupukan di Indonesia. Di antaranya menjadi pioneer pupuk berbasis fosfat pada tahun 1980an, pioneer pupuk NPK berbasis chemical reaction di tahun 2000, dan pioneer pupuk organik di tahun 2005," katanya.

Untuk tahun 2021, kata dia, akan juga menjadi tonggak sejarah baru bagi Petrokimia Gresik, karena telah melakukan langkah strategis meningkatkan daya saing sekaligus kontribusi dalam memperkuat ekonomi nasional.

"Salah satu yang telah terealisasi di tahun ini adalah pembangunan pabrik Green Surfactant berkapasitas 600 kiloliter (kL) yang memanfaatkan gas SO3 dari pabrik asam sulfat sebagai bahan baku. Green Surfactant merupakan produk surfaktan lokal pertama di Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery)," katanya.

Selanjutnya, Petrokimia Gresik juga akan membangun pabrik Soda Ash berkapasitas 300 ribu ton. Soda Ash merupakan bahan baku produk-produk yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari seperti deterjen, kaca dan produk turunannya, hingga pasta gigi. Namun, kebutuhan Soda Ash dalam negeri saat ini masih dipenuhi melalui impor.

"Soda Ash merupakan strategi meningkatkan nilai tambah dari produk samping. Pabrik ini nantinya akan memanfaatkan CO2 yang merupakan hasil samping (by product) dari Pabrik Amoniak," katanya.

Sedangkan, produk samping Soda Ash berupa Amonium Klorida (NH4Cl) dapat digunakan sebagai bahan baku NPK, sehingga dapat mengurangi kebutuhan impor ZA sebagai bahan baku NPK.

Tidak hanya itu, tahun 2021 Petrokimia Gresik juga telah mendapatkan izin pengecualian gipsum dari kategori Limbah B3 oleh Kementerian KLHK, sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara masif, tidak hanya di lingkup internal perusahaan, tetapi juga dapat mendukung industri lainnya yang membutuhkan gipsum.

“Ke depan, pengembangan bisnis dengan optimalisasi potensi akan difokuskan pada hilirisasi produk untuk memperkuat posisi Petrokimia Gresik sebagai perusahaan berbasis related diversified industry agar terus tumbuh dan sustainable,” katanya. (*)



Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021