Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Surabaya Dr. dr. Brahmana Askandar Tjokroprawiro Sp.OG K-Onk mengungkapkan sudah ada 212 orang tenaga dokter di kota tersebut yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Dr. Brahmana di Surabaya, Kamis mengatakan jumlah tersebut hanya dokter saja, belum termasuk tenaga Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), perawat, tenaga pemulasaran dan lain-lain.
"Selama ini tenaga dokter di Surabaya sudah melayani sebaik mungkin. Namun kapasitas tenaga dokter tidak sebanding dengan kasus yang melonjak yang mengakibatkan pelayanan tidak optimal. Sehingga tenaga kesehatan pun satu persatu tumbang," ujarnya.
Selain itu, ia menyebut kondisi rumah sakit di Surabaya saat ini semua penuh. Pasien datang tertahan di unit gawat darurat (UGD) juga lumrah terjadi setiap hari.
Penambahan kapasitas rumah sakit, lanjutnya, selalu dilakukan namun yang menjadi pekerjaan berat jika harus menambah tenaga kesehatan.
Dr. Brahmana memandang kondisi saat ini seperti atap yang bocor dan dokter sebagai orang yang membersihkan lantai.
"Selama atap yang bocor tidak ditekan, jumlah kasus tetap meledak, berapapun tenaga untuk membersihkan lantai ditambah, lantai tidak akan pernah bersih," ujarnya.
Iapun meminta kepada masyarakat agar terus mematuhi protokol kesehatan dan mematuhi PPKM dari pemerintah dengan sepenuh hati.
"Dengan tidak keluar rumah jika tidak diperlukan, diharapkan penyebaran COVID-19 akan bisa ditekan," tutur pria yang juga menjabat Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) ini.
Sementara itu, salah satu mahasiswa PPDS 1 Obstetri dan Ginekologi FK Unair - RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dr. Aliy Akbar Al Busani menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan COVID- 19.
Dokter Aliy meninggal dunia pukul 08.12 WIB di Ruang Intensif Khusus (RIK 1) RSUD Dr Soetomo, Kamis (8/7).
Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi dan Informasi Unar, dr. Miftahussurur menuturkan, meninggalnya mahasiswa PPDS merupakan pukulan yang mendalam bagi Unair khususnya Fakultas Kedokteran.
"Unair kembali kehilangan salah satu pengabdinya yang selalu memberikan sumbangsih pada penelitian dan pelayanan kesehatan. Kami memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih sebesar-besarnya atas kontribusinya di Unair selama menjalani pendidikan," ujarnya.
Dokter Aliy merupakan PPDS Obgin FK Unair angkatan tahun tahun 2019. Saat ini dia sedang menempuh PPDS 1 dan masuk ke semester 5. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Dr. Brahmana di Surabaya, Kamis mengatakan jumlah tersebut hanya dokter saja, belum termasuk tenaga Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), perawat, tenaga pemulasaran dan lain-lain.
"Selama ini tenaga dokter di Surabaya sudah melayani sebaik mungkin. Namun kapasitas tenaga dokter tidak sebanding dengan kasus yang melonjak yang mengakibatkan pelayanan tidak optimal. Sehingga tenaga kesehatan pun satu persatu tumbang," ujarnya.
Selain itu, ia menyebut kondisi rumah sakit di Surabaya saat ini semua penuh. Pasien datang tertahan di unit gawat darurat (UGD) juga lumrah terjadi setiap hari.
Penambahan kapasitas rumah sakit, lanjutnya, selalu dilakukan namun yang menjadi pekerjaan berat jika harus menambah tenaga kesehatan.
Dr. Brahmana memandang kondisi saat ini seperti atap yang bocor dan dokter sebagai orang yang membersihkan lantai.
"Selama atap yang bocor tidak ditekan, jumlah kasus tetap meledak, berapapun tenaga untuk membersihkan lantai ditambah, lantai tidak akan pernah bersih," ujarnya.
Iapun meminta kepada masyarakat agar terus mematuhi protokol kesehatan dan mematuhi PPKM dari pemerintah dengan sepenuh hati.
"Dengan tidak keluar rumah jika tidak diperlukan, diharapkan penyebaran COVID-19 akan bisa ditekan," tutur pria yang juga menjabat Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) ini.
Sementara itu, salah satu mahasiswa PPDS 1 Obstetri dan Ginekologi FK Unair - RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dr. Aliy Akbar Al Busani menghembuskan nafas terakhir setelah berjuang melawan COVID- 19.
Dokter Aliy meninggal dunia pukul 08.12 WIB di Ruang Intensif Khusus (RIK 1) RSUD Dr Soetomo, Kamis (8/7).
Wakil Rektor Bidang Internasionalisasi, Digitalisasi dan Informasi Unar, dr. Miftahussurur menuturkan, meninggalnya mahasiswa PPDS merupakan pukulan yang mendalam bagi Unair khususnya Fakultas Kedokteran.
"Unair kembali kehilangan salah satu pengabdinya yang selalu memberikan sumbangsih pada penelitian dan pelayanan kesehatan. Kami memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih sebesar-besarnya atas kontribusinya di Unair selama menjalani pendidikan," ujarnya.
Dokter Aliy merupakan PPDS Obgin FK Unair angkatan tahun tahun 2019. Saat ini dia sedang menempuh PPDS 1 dan masuk ke semester 5. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021