Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota setempat memastikan bahwa para tenaga kesehatan (nakes) dalam kondisi yang prima dan mempercepat pembayaran insentif nakes.

Anggota Komisi D DPRD Surabaya Tjutjuk Supariono di Surabaya, Minggu, mengatakan, dengan beban kerja yang semakin tinggi itu, ternyata sampai saat ini para nakes masih menunggu hak insentif mereka yang belum dibayarkan. Hal itu, lanjut dia, diketahui saat dirinya melakukan blusukan dan mengunjungi nakes di salah satu rumah sakit di Surabaya, Sabtu (3/7). 

"Mereka mengeluhkan bahwa insentif terakhir dibayarkan pada Oktober 2020. Insentif ini harus segera diberikan, jumlahnya pun harus penuh, jangan dicicil. Saya mendesak Pemkot Surabaya untuk segera membayarkan hak para nakes ini," kata Tjutjuk.

Menurut dia, Pemkot Surabaya harus memperhatikan para nakes yang merupakan garda terdepan dalam penanganan COVID-19. Apalagi, lanjut dia, kinerja nakes semakin berat selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai 3 Juli hingga 20 Juli mendatang.

Untuk itu, ia memberokan tiga usulan kepada Pemkot Surabaya untuk mendukung kinerja nakes yakni pertama, adanya pemberian multivitamin untuk nakes.

"Pemberian multivitamin diperlukan untuk seluruh nakes di Surabaya. Sudah terlalu banyak nakes yang gugur, jangan sampai ada lagi nakes yang terpapar virus ini," ujar anggota dewan dari Fraksi PSI ini.

Kedua, mendorong segera mempercepat pembayaran insentif bagi para nakes dan ketiga, mendorong kerja sama dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang memiliki fakultas kedokteran untuk memastikan ketersediaan nakes di Surabaya.

Menurut dia, ketersediaan nakes di Surabaya juga perlu dipastikan dalam menghadapi gelombang kedua COVID-19 ini. Rekrutmen untuk relawan nakes dan tenaga pendukung penanganan COVID-19 sudah dibuka oleh pemkot. 

Namun, kata dia, secara khusus Pemkot Surabaya perlu melakukan kerja sama dengan PTN dan PTS yang memiliki fakultas kedokteran, untuk meringankan beban nakes di lapangan dan menambah jumlah SDM.

"Mahasiswa koas maupun mahasiswa PPDS seharusnya bisa diperbantukan dalam penanganan COVID-19," ujarnya. 

Ia menilai para mahasiswa kedokteran ini tentunya sudah memiliki dasar-dasar ilmu kesehatan sehingga bisa diperbantukan dalam percepatan proses vaksinasi COVID-19.

"Sehingga, saya secara khusus meminta kepada Dinas Kesehatan agar kerja sama ini bisa dilaksanakan, untuk meringankan beban kerja nakes dan agar kasus COVID-19 di Surabaya cepat melandai," ujar Tjutjuk.

Selama sebulan ini, kata dia, Kota Surabaya mengalami lonjakan kasus COVID-19, yang juga berdampak pada banyaknya nakes yang terpapar virus corona itu. Sebanyak 75 dokter dan 21 perawat di Surabaya positif COVID-19.

"Jumlah ini berpotensi meningkat, mengingat sampai saat ini di Surabaya belum menunjukkan adanya penurunan angka kasus COVID-19," katanya. (*)



 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021