Tim medis Rumah Sakit Lapangan Indrapura di Surabaya memastikan dua orang pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 varian baru mendapatkan penanganan khusus.

"Alhamdulillah, sekarang ada yang negatif dua kali hasil pemeriksaan. Tapi, kami masih menunggu sampai hari ke-14," ujar Penanggung Jawab Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Laksma TNI dr. I Dewa Gede Nalendra, Sp.B, Sp.BTKV kepada wartawan di Surabaya, Selasa.

Pemprov Jatim telah mengumumkan dua orang pekerja migran Indonesia yang baru tiba di Surabaya terkonfirmasi positif COVID-19 varian berbeda.

Mereka tercatat datang di Indonesia dari Malaysia pada 5 Mei 2021 dan langsung masuk Asrama Haji Surabaya, kemudian dilakukan tes usap PCR yang hasilnya keluar pada 7 Mei 2021 dengan status positif COVID-19.

Selanjutnya, keduanya dikirim ke RSLI Surabaya dan mulai menjalani perawatan, diambil sampel beberapa spesimen, kemudian sebagian dikirim ke Balitbangkes Jakarta untuk uji lanjutan terhadap potensi varian baru.

Ternyata, kata Nalendra, hasil dari uji laboratorium pada 11 Mei 2021, salah seorang pasien asal Jember terkonfirmasi varian COVID-19 jenis B.117 strain UK (Inggris), serta satu orang dari Sampang terkonfirmasi varian jenis B.1351 strain Afrika Selatan.

"Karena terkonfirmasi varian baru, dilakukan penanganan khusus," ucap Nalendra.

Perbedaan perawatan, kata Nalendra, terletak pada isolasinya, yakni dipisahkan tersendiri untuk mencegah penularan yang terjadi begitu cepat. "Kurang lebih 36 sampai 75 persen lebih tinggi kecepatan penyebarannya," katanya.

Menurut ia, risikonya berat dan sungguh luar biasa, sehingga ini yang ditakutkan. "Jika dibandingkan dengan pasien dulu beda, kalau dulu kami kumpulkan dan diajak olahraga," tutur Nalendra.

Selain itu, kedua pasien mengalami indikasi gejala varian baru COVID-19, seperti mengeluh nyeri otot, kelelahan, lalu disusul gejala lanjutan yang sama seperti virus corona sebelumnya.

Sementara itu, dokter spesialis paru dr. Nevy Shinta Damayanti mengatakan saat ini RSLI Surabaya merawat 32 orang pekerja migran, dari total 72 orang pekerja migran yang menjalani masa isolasi.

"Dua orang dari 32 orang pekerja migran terdeteksi virus varian baru yang gejalanya kelelahan, sakit seluruh badan, dan flu ringan. Artinya, mutasi ini memang mirip dengan yang tidak mutasi," katanya.

Perlakukan kepada pasien tersebut, lanjut dia, sedikit berbeda dengan pasien yang tidak terinfeksi virus mutasi, yakni sejak kedatangan sudah dipisahkan, lalu setelah terdeteksi juga disendirikan lagi.

Nevy mengingatkan bahwa deteksi dini menjadi sangat penting, karena mutasi virus menyebar dengan cepat. Terlebih sampai saat ini belum ada data konkret berapa jumlah orang terpapar strain mutasi virus di Tanah Air.

"Mutasi ini sangat ditakuti karena menyebarnya sangat cepat," katanya.

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021