Dokter Spesialis Saraf dari Siloam Hospitals Jambi, dr. Harly. MT Lumbantoruan, Sp.S., mengatakan penanganan untuk penyakit migrain adalah melalui kombinasi perawatan mandiri, obat, serta perubahan gaya hidup.

"Berbagai faktor dapat menyebabkan migrain, baik genetik maupun lingkungan," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima di Surabaya, Jumat malam.

Migrain adalah sakit kepala yang terasa berdenyut, biasanya terjadi pada satu sisi kepala saja, dan merupakan penyakit saraf yang dapat menimbulkan gejala, seperti mual, muntah, serta sensitif terhadap cahaya atau suara.

Serangan migrain, kata dia, dengan rasa nyeri yang mengganggu dapat berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari.

Dikatakan Harly, meski penyebabnya masih belum bisa dipastikan, tetapi migrain juga bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain terjadi perubahan hormon pada wanita akibat efek samping pil KB atau terapi hormon, pola diet dan konsumsi makanan seperti rasa asin, manis, gurih, kafein dan alkohol.

Kemudian, karena asap rokok dan bau yang menyengat, stres serta depresi, hingga kelelahan, pola dan kualitas tidur.

"Sementara keluhan migrain kerap diikuti dengan tubuh berkeringat, di sebagian orang yang terkena merasa badan dingin atau bahkan panas, adanya sakit perut atau diare serta sulit berkonsentrasi," tutur Harly.

Sementara itu, diagnosis migrain didapatkan oleh dokter umum atau dokter spesialis saraf setelah mengetahui riwayat penyakit pengidap beserta keluarga, juga gejala yang muncul. 

Dokter, lanjut dia, akan melakukan pemeriksaan fisik, biasanya termasuk pemeriksaan kondisi saraf.

"Untuk memastikan bahwa migrain bukan terjadi karena kondisi lain, turut dilakukan beberapa jenis pemeriksaan lanjutan, yaitu tes darah, olah pindai CT Scan dan Pungsi Lumbal," kata dia. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021